Liputan6.com, Jakarta Disfungsi ereksi masih menjadi masalah yang terjadi pada banyak pria termasuk di Indonesia. Namun, masih banyak pria yang masih ragu dan malu untuk membicarakan kondisi kesehatan organ reproduksi mereka.
Jurnal Ilmiah Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang terbit pada 2019 menunjukkan jumlah pria dengan disfungsi ereksi. Dari total 255 responden yang mengisi survei, 92 orang (35,6 persen) di antaranya mengalami disfungsi ereksi.
Baca Juga
“Oleh karena itu, penyakit disfungsi ereksi dan gangguan kesuburan pria tidak bisa dianggap remeh. Kebiasaan hidup tidak sehat, obesitas, hipertensi, dan kebiasaan merokok menjadi beberapa faktor yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami disfungsi ereksi,” kata dokter spesialis urologi dan konsultan andro urologi, endo urologi RS Siloam ASRI, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Ponco Birowo dalam keterangan pers, Rabu (17/5/2023).
Advertisement
Ponco menyampaikan, ada beberapa jenis disfungsi ereksi yang dapat diderita seseorang berdasarkan penyebabnya. Jenis-jenis tersebut yakni:
Disfungsi Ereksi Organik
Disfungsi ereksi organik terjadi karena penyakit sistemik atau cacat organik yang mempengaruhi fungsi ereksi penis.
Beberapa contoh penyakit yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi organik di antaranya diabetes, penyakit jantung, hipertensi, dan penyakit neurologis.
Disfungsi ereksi akibat masalah hormon dan trauma atau cedera fisik juga termasuk dalam klasifikasi disfungsi ereksi organik.
Disfungsi Ereksi Psikogenik
Disfungsi ereksi psikogenik terjadi karena masalah psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau trauma psikologis.
Disfungsi Ereksi Campuran
Disfungsi ereksi campuran merupakan disfungsi ereksi yang disebabkan karena campuran dari masalah psikogenik dan organik.
Cara Mengobati Disfungsi Ereksi
Lebih lanjut, Ponco mengatakan bahwa pengobatan untuk mengatasi masalah disfungsi ereksi dilakukan secara bertahap.
“Perlu diperhatikan bahwa tatalaksana disfungsi ereksi membutuhkan waktu dan tidak dapat diselesaikan secara instan.”
Pertama, seorang pasien disfungsi ereksi perlu didiagnosis terlebih dahulu untuk menentukan jenis dari penyakit disfungsi ereksi yang diderita. Selanjutnya, dari diagnosis tersebut, penyakit disfungsi ereksi dapat diberikan obat-obatan. Jika obat-obatan tidak dapat menyembuhkan, penanganan pasien dapat berlanjut ke tahap operasi.
“Penting untuk mencari diagnosis dan pengobatan yang sesuai dengan jenis disfungsi ereksi yang dialami oleh pria. Hal ini dibutuhkan untuk meredakan gejala serta memulihkan fungsi ereksi secara maksimal.”
Advertisement
Tanda dan Gejala Disfungsi Ereksi
Adapun gejala atau tanda-tanda terjadinya disfungsi ereksi yakni:
- Kesulitan untuk mempertahankan ereksi yang cukup keras dan tahan lama saat melakukan hubungan seksual.
- Kesulitan untuk mencapai ereksi walaupun sudah dirangsang secara seksual
- Menurunnya gairah seksual.
Dokter sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini juga menyebutkan, tanda dan gejala jika seseorang mengalami gangguan kesuburan pria adalah:
- Adanya gangguan pada kualitas dan jumlah sperma yang dihasilkan saat ejakulasi
- Penurunan gairah seksual yang memengaruhi kemampuan dalam menghasilkan sperma
- Ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi
- Munculnya rasa sakit atau ketidaknyamanan saat ejakulasi atau saat melakukan hubungan seksual.
“Masalah kesehatan fisik seperti faktor usia, diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, obesitas, penyakit pernapasan, dan penyakit kronis lainnya merupakan beberapa faktor risiko yang dapat memengaruhi timbulnya disfungsi ereksi dan masalah kesuburan pada seseorang,” ujar Ponco.
Faktor Psikologis
Selain kesehatan fisik, Ponco juga menjelaskan jika masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, stres, dan trauma emosional masa lalu seseorang dapat berpengaruh pada disfungsi ereksi dan kesuburan pria.
Ditambah memiliki riwayat merokok, minum alkohol berlebihan, atau menggunakan obat terlarang juga merupakan faktor lain yang dapat memicu disfungsi ereksi dan gangguan pada kesuburan pria.
Disfungsi ereksi bukan penyakit komplikasi, tetapi dapat menjadi tanda dari adanya masalah kesehatan yang mendasar atau penyakit yang memengaruhi sistem vaskular atau saraf. Namun, jika dibiarkan tanpa pengobatan, disfungsi ereksi bisa memburuk dan memengaruhi kehidupan seksual dan bisa memicu masalah psikologis seperti depresi atau kecemasan. Dan memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan sehingga kesuburannya akan terganggu.
“Oleh karena itu, sangat penting untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami disfungsi ereksi,” ujar Ponco.
Advertisement