Sukses

Selain HIV dan Sifilis, Suami Istri Juga Mesti Cek Hepatitis B

Hepatitis B menjadi penyakit menular seksual selanjutnya yang dapat ditularkan dari ibu hamil ke bayinya, selain HIV dan sifilis.

Liputan6.com, Jakarta Selain Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan sifilis, hepatitis B menjadi penyakit menular seksual selanjutnya yang dapat ditularkan dari ibu hamil ke bayinya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa proses penularan hepatitis B dapat terjadi secara vertikal dari ibu ke anak.

"Penularan hepatitis B didominasi oleh penularan secara vertikal dari ibu ke anak," ujar Syahril dalam konferensi pers bertajuk Melindungi Anak dari Penyakit Menular Hepatitis B ditulis Rabu, (17/5/2023).

Proses penularan hepatitis B pada bayi yang bersifat vertikal ini terjadi sejak dalam kandungan, saat proses kelahiran, maupun saat menyusui. Sedangkan penularan yang horizontal dapat terjadi dari hubungan seksual sesama jenis, lain jenis, dan penggunaan jarum suntik dari pasien positif.

"Nah, ini yang secara vertikal itu tinggi 90-95 persen kasus. Sedangkan yang secara horizontal hanya 5-10 persen," kata Syahril.

Penting untuk Cek Hepatitis B

Terlebih lagi, Indonesia sebenarnya masuk dalam daftar 20 negara dengan kasus hepatitis B terbesar di dunia. Tepatnya berada di urutan ketiga.

Untuk itu, Syahril menuturkan, mencegah penularan hepatitis B menjadi prioritas pemerintah. Penting melakukan pencegahannya lewat deteksi dini khususnya bagi ibu hamil yang berisiko menularkan pada bayi.

"Memutus atau mencegah sedini mungkin menjadi prioritas pemerintah saat ini. Khusus untuk hepatitis B, dilakukan deteksi dini minimal 80 persen ibu hamil diperiksa, itu sudah terintegrasi dengan HIV dan sifilis," ujar Syahril.  

2 dari 4 halaman

Kenapa Lebih Diutamakan untuk Ibu Hamil?

Lebih lanjut Syahril mengungkapkan bahwa pemeriksaan hepatitis B menjadi penting untuk ibu hamil karena memang persentase penularannya yang tinggi yakni mencapai 90-95 persen kasus.

"Jadi tujuannya (pemeriksaan hepatitis B bagi ibu hamil) adalah untuk memutus penularan secara vertikal dari ibu ke anak," kata Syahril.

Sedangkan dari sisi laki-laki atau suami, Syahril menyebut jikalau tes hepatitis B juga sebaiknya dilakukan. Mengingat hepatitis B turut bisa menginfeksi laki-laki. Namun, lebih dianjurkan bagi laki-laki yang masuk kategori berisiko.

"Laki-laki (perlu diperiksa), tapi tidak semua laki-laki. Hanya laki-laki yang punya risiko tinggi. Contohnya yang homoseksual atau laki-laki senang laki-laki. Kemudian penyimpangan seksual-seksual itu yang menjadi prioritas," ujar Syahril.

"Jadi tetap sama, laki-laki dan perempuan tetap punya suatu risiko yang sama (untuk terinfeksi hepatitis B)," tegasnya.

3 dari 4 halaman

Cek Hepatitis B untuk Kelompok Berisiko

Syahril mengungkapkan bahwa kelompok berisiko hepatitis B tak berhenti pada homoseksual. Ada pula kategori lainnya yang punya risiko tinggi terkena hepatitis B.

Kategori yang masuk kelompok berisiko hepatitis B adalah pengguna jarum suntik, orang yang cuci darah (hemodialisa), orang dengan HIV (ODHIV), wanita pekerja seks, lelaki seks lelaki (LSL), dan warga binaan penjara (WBP).

Apabila memang hasilnya reaktif, maka pasien perlu melakukan pemeriksaan lanjutan dan pengobatan untuk menyembuhkan hepatitis B.

4 dari 4 halaman

Penularan Hepatitis B dari Ibu ke Anak

Dalam kesempatan yang sama, Syahril turut mengungkapkan pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak dapat dimulai dari cara yang paling dasar. Pertama, dengan memberikan imunisasi hepatitis B (HB0) sebanyak tiga dosis pada bayi, misalnya.

Pemberian HB0 untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi dapat dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam. Selanjutnya yang kedua, dengan pemeriksaan hepatitis B pada ibu hamil, ANC (Antenatal Care), dan pemantauan bayi.

Ketiga, pemberian HBlg (hepatitis B immunoglobulin) pada bayi baru lahir dari ibu yang reaktif, dan pemberian Tenofovir pada ibu hamil dengan viral load yang tinggi.Â