Sukses

Penularan Hepatitis B Mirip Sifilis, Bisa Langsung dari Ibu ke Bayi

Penyakit menular seksual seperti sifilis dan hepatitis B masih menjadi tantangan sendiri untuk Indonesia. Seperti diketahui, keduanya sama-sama punya kemiripan dalam hal proses penularannya.

Liputan6.com, Jakarta Penyakit menular seksual seperti sifilis dan hepatitis B masih menjadi tantangan untuk Indonesia. Seperti diketahui, keduanya sama-sama punya kemiripan dalam hal proses penularannya.

Sifilis dapat menular melalui aktivitas seksual dari adanya luka yang tidak menimbulkan nyeri pada alat kelamin, rektum, atau mulut. Bakteri yang menyebabkan sifilis dapat menyebar melalui selaput lendir.

Begitu pula dengan hepatitis B yang dapat menular lewat cairan dari tubuh pasien positif melalui aktivitas seksual. Seperti melakukan kontak dengan cairan tubuh pasien seperti darah, air liur, cairan vagina, cairan sperma, dan cairan tubuh lainnya.

Terlebih lagi, sifilis dan hepatitis B sama-sama dapat menular dari ibu hamil ke janin atau bayinya dalam kandungan.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI sendiri menyebut bahwa Indonesia masuk dalam daftar 20 negara dengan kasus hepatitis B terbesar di dunia.

Hepatitis B Jadi Prioritas di Indonesia

Juru Bicara Kemenkes RI, dr Mohammad Syahril mengungkapkan, Indonesia berada dalam urutan ketiga terbesar dari 20 negara lainnya. Itulah mengapa hepatitis B turut menjadi prioritas pemerintah.

Menurutnya, penting melakukan pencegahan hepatitis B lewat deteksi dini. Khususnya bagi ibu hamil yang berisiko menularkan pada bayi.

"Memutus atau mencegah sedini mungkin menjadi prioritas pemerintah saat ini. Khusus untuk hepatitis B, dilakukan deteksi dini minimal 80 persen ibu hamil diperiksa, itu sudah terintegrasi dengan HIV dan sifilis," ujar Syahril dalam konferensi pers bertajuk Melindungi Anak dari Penyakit Menular Hepatitis B ditulis Rabu, (17/5/2023).

2 dari 4 halaman

90-95 Kasus Hepatitis B dari Ibu Hamil ke Bayi

Lebih lanjut Syahril mengungkapkan bahwa proses penularan hepatitis B dapat terjadi secara vertikal dari ibu ke anak. Mulai dari dalam kandungan, saat proses kelahiran, maupun saat menyusui.

"Penularan hepatitis B didominasi oleh penularan secara vertikal dari ibu ke anak," ujar Syahril.

Sebenarnya, penularan hepatitis B juga bisa terjadi secara horizontal. Seperti dari hubungan seksual sesama jenis, lain jenis, dan penggunaan jarum suntik dari pasien positif.

Hanya saja, menurut Syahril, persentase kasusnya lebih banyak dari ibu ke anak.

"Nah, ini yang secara vertikal itu tinggi 90-95 persen kasus. Sedangkan yang secara horizontal hanya 5-10 persen," kata Syahril.

3 dari 4 halaman

Kelompok Berisiko Tertular Hepatitis B

Selain itu, Syahril mengungkapkan bahwa kelompok berisiko hepatitis B tak berhenti pada homoseksual. Ada pula kategori lainnya yang punya risiko tinggi terkena hepatitis B.

Kategori yang masuk kelompok berisiko hepatitis B adalah pengguna jarum suntik, orang yang cuci darah (hemodialisa), orang dengan HIV (ODHIV), wanita pekerja seks, lelaki seks lelaki (LSL), dan warga binaan penjara (WBP).

Itulah mengapa penting pula bagi laki-laki untuk melakukan pemeriksaan hepatitis B. Syahril menyebut jikalau tes hepatitis B juga sebaiknya dilakukan. Mengingat hepatitis B turut bisa menginfeksi laki-laki. Namun, lebih dianjurkan bagi laki-laki yang masuk kategori berisiko.

"Laki-laki (perlu diperiksa), tapi tidak semua laki-laki. Hanya laki-laki yang punya risiko tinggi. Contohnya yang homoseksual atau laki-laki senang laki-laki. Kemudian penyimpangan seksual-seksual itu yang menjadi prioritas," ujar Syahril.

"Jadi tetap sama, laki-laki dan perempuan tetap punya suatu risiko yang sama (untuk terinfeksi hepatitis B)," tegasnya.

4 dari 4 halaman

Pemeriksaan untuk Cegah Penularan

Syahril mengungkapkan bahwa hanya saja pemeriksaan hepatitis B memang lebih penting untuk ibu hamil karena persentase penularannya yang tinggi yakni mencapai 90-95 persen kasus.

"Jadi tujuannya (pemeriksaan hepatitis B bagi ibu hamil) adalah untuk memutus penularan secara vertikal dari ibu ke anak," kata Syahril.

Menurut Syahril, mencegah penularan hepatitis B dari ibu ke anak dapat dimulai dari cara yang paling dasar seperti dengan memberikan imunisasi hepatitis B (HB0) sebanyak tiga dosis pada bayi.

Pemberian HB0 untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi dapat dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam. Selanjutnya, dengan pemeriksaan hepatitis B pada ibu hamil, ANC (Antenatal Care), dan pemantauan bayi.

Pemberian HBlg (hepatitis B immunoglobulin) pada bayi baru lahir dari ibu yang reaktif, dan pemberian Tenofovir pada ibu hamil dengan viral load yang tinggi juga direkomendasikan.