Sukses

Pria Sehat Umumnya 3 hingga 6 Kali Ereksi Setiap Malam

Umumnya pria yang sehat mengalami sekitar tiga hingga enam ereksi setiap malam. Ereksi pada malam hari adalah metode tubuh untuk menjaga jaringan di dalam penis tetap sehat.

Liputan6.com, Jakarta Umumnya pria yang sehat mengalami sekitar tiga hingga enam ereksi setiap malam. Ereksi pada malam hari adalah metode tubuh untuk menjaga jaringan di dalam penis tetap sehat.

Hal ini disampaikan dokter spesialis urologi dan konsultan andro urologi, endo urologi RS Siloam ASRI, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Ponco Birowo.

Ponco Birowo mengatakan ereksi di malam hari terjadi karena penis adalah salah satu bagian dari tubuh pria yang memiliki kulit, tetapi tidak memiliki otot di bawah kulitnya. Dengan kata lain, ereksi pada malam hari adalah cara tubuh melatih penis sehingga penis cukup sehat untuk melakukan aktivitas seksual.

Namun, sebagian pria tidak mengalami ereksi di malam hari secara normal. Hal ini bisa terjadi karena gangguan kesehatan reproduksi seperti disfungsi ereksi atau erectile dysfunction (ED).

Jurnal Ilmiah Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang terbit pada 2019 menunjukkan jumlah pria dengan disfungsi ereksi. Dari total 255 responden yang mengisi survei, 92 orang (35,6 persen) di antaranya mengalami disfungsi ereksi.

“Oleh karena itu, penyakit disfungsi ereksi dan gangguan kesuburan pria tidak bisa dianggap remeh. Kebiasaan hidup tidak sehat, obesitas, hipertensi, dan kebiasaan merokok menjadi beberapa faktor yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami disfungsi ereksi,” kata Ponco.

Ia menambahkan, jika disfungsi ereksi tidak ditangani maka akan berpengaruh buruk pada kehidupan seksual. Dan bisa memicu masalah psikologis seperti depresi atau kecemasan. Serta memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan sehingga kesuburannya akan terganggu.

2 dari 4 halaman

Diagnosis Disfungsi Ereksi

Maka dari itu, diagnosis disfungsi ereksi menjadi hal penting untuk dilakukan.

“Penting untuk mencari diagnosis dan pengobatan yang sesuai dengan jenis disfungsi ereksi yang dialami oleh pria. Hal ini dibutuhkan untuk meredakan gejala serta memulihkan fungsi ereksi secara maksimal,” kata Ponco.

Dalam menangani masalah disfungsi ereksi dan gangguan kesuburan pria, lulusan Hannover Medizinische Hochschule Jerman ini menjelaskan soal RigiScan.

Ini adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan diagnostik awal. RigiScan merupakan alat diagnostik yang digunakan untuk menilai kualitas ereksi pria pada malam hari (ereksi nokturnal).

3 dari 4 halaman

Mengukur Frekuensi hingga Durasi Ereksi di Malam Hari

RigiScan digunakan untuk mengukur frekuensi, kualitas, dan durasi ereksi malam hari, sambung Ponco. Alat ini dapat membantu dalam membedakan antara disfungsi ereksi organik (akibat penyakit sistemik) dan psikogenik (akibat masalah psikologis).

Hasil diagnostik juga dapat memberikan informasi dan membantu dokter menentukan cara terbaik untuk memulai tatalaksana disfungsi ereksi.

“Dalam hal disfungsi ereksi, RigiScan bersifat sebagai alat pendukung diagnostik. Artinya, hasil dari pemeriksaan menggunakan RigiScan harus dipertimbangkan bersamaan dengan gejala dan riwayat kesehatan pasien untuk menentukan diagnosis dan tata laksana yang tepat,” jelas Ponco.

4 dari 4 halaman

Terapi ESWT untuk Pengobatan Disfungsi Ereksi

Setelah melakukan pemeriksaan menggunakan RigiScan, dokter ahli urologi dapat menentukan tata laksana yang tepat berdasarkan kondisi pasien.

Menurut Ponco, Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT) dapat menjadi salah satu pilihan terapi dalam mengatasi masalah disfungsi ereksi dan kesuburan pada pria. Terapi ini memiliki tingkat keberhasilan mencapai 60-70 persen.

Cara kerja ESWT adalah dengan merangsang pertumbuhan sel dan pembuluh darah kapiler baru pada penis yang telah mengalami kerusakan atau tersumbat. Hal tersebut dapat membantu meningkatkan aliran darah ke penis dan memperbaiki fungsi ereksi.

Pada terapi ESWT dilakukan pengaplikasian gelombang kejut dengan intensitas rendah pada penis.

“Biasanya, pasien tidak memerlukan anestesi, tapi beberapa pasien mungkin mengalami sensasi kesemutan di area yang diterapi. Terapi ESWT untuk disfungsi ereksi biasanya membutuhkan beberapa sesi perawatan dengan jeda waktu beberapa minggu antara setiap sesi,” ujar peraih European Society for Sexual Medicine Grant for Medical Research tersebut.