Sukses

Ingin Bangun Produksi Vaksin, Ghana Minta Bantuan Bio Farma untuk Transfer Teknologi

Ghana meminta bantuan Bio Farma untuk melakukan transfer teknologi pembuatan vaksin di negaranya.

Liputan6.com, Bandung Ghana mempunyai keinginan membangun produksi vaksin mandiri demi mencukupi kebutuhan populasi sekitar 33 juta orang. Para delegasi Ghana yang berkunjung ke Indonesia meminta bantuan kepada Bio Farma agar bersedia melakukan transfer teknologi.

Sophia Kesewa Ampofo Kusi selaku Ketua Delegasi Ghana mengatakan, negaranya akan membangun manufaktur vaksin sehingga membutuhkan dukungan transfer teknologi pembuatan vaksin Bio Farma. Hal ini juga melihat Bio Farma termasuk perusahaan vaksin terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Ia pun bertanya, apakah Bio Farma bersedia melakukan transfer teknologi vaksin?

Transfer Teknologi Akan Didiskusikan

Direktur Penelitian dan Pengembangan Bisnis PT Bio Farma Yuliana Indriati merespons kerja sama transfer teknologi dengan Ghana akan didiskusikan lebih lanjut. 

“Iya, Mrs Sophia. Kami akan diskusikan ini jika Anda ingin transfer teknologi. Mungkin yang paling penting dari diskusi, kami dapat menginformasikan bahwa perusahaan kami memiliki banyak fasilitas untuk membantu transfer teknologi,” tutur Yuliana saat audiensi dengan delegasi Ghana di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat pada Rabu, 17 Mei 2023.

“Mungkin Anda pertama-tama harus mengunjungi fasilitas agar lebih memahami fasilitas produksi vaksin nanti untuk populasi di sana. Dan kami siap buat transfer teknologi, bisa juga kerja samanya lewat mekanisme filling vaccine.”

2 dari 3 halaman

Indonesia dapat Datang ke Ghana Lihat Fasilitas Vaksin

Sophia Kesewa Ampofo Kusi menyambut hangat pernyataan Yuliana Indriati. Ia menambahkan, Indonesia nanti dapat datang ke Ghana langsung untuk melihat pembangunan fasilitas vaksin. 

Proposal untuk menjalin kemitraan dengan Bio Farma juga akan dikirimkan.

“Kami ingin ada transfer teknologi dan Indonesia dapat datang ke Ghana untuk melihat fasilitas yang kami miliki dan bagaimana juga untuk mendorong peran institusi vaksin,” terang Sophia.

“Jika memungkinkan, kami menunggu proposal jadi untuk dikirim dan saya sampaikan untuk kerja sama kemitraan juga persyaratan kemitraannya.”

Persiapan Protokol Transfer Teknologi

Sebagai tambahan, Yuliana melanjutkan, kerja sama bisnis dapat dipersiapkan terlebih dahulu berupa protokol transfer teknologi dan penjelasan mengenai jenis vaksin subunit.

“Kemudian dipersiapkan quality control. Nanti perwakilan kami datang ke Ghana dan Ghana bisa mempersiapkan segala peralatan, fasilitas, dan bagaimana proses produksi vaksin terbaik untuk produk bagi populasi Anda,” lanjutnya.

“Anda dapat mendiskusikan lagi dengan kami, utamanya perusahaan vaksin di Ghana untuk membantu menyiapkan fasilitasnya.”

3 dari 3 halaman

Ghana Mulai Bangun Manufaktur Vaksin

Presiden Ghana Nana Addo Dankwa Akufo-Addo telah memulai pembangunan fasilitas manufaktur DEKs Vaccines Ltd, sebuah konsorsium perusahaan farmasi lokal dari sektor swasta.

Pabrik tersebut akan memproduksi sekitar 600 juta vaksin setiap tahun untuk malaria, pneumonia, rotavirus, dan kolera.

“Pembangunan pabrik pembuatan vaksin ini akan membantu bangsa kita mewujudkan cita-cita swasembada produksi dan pembuatan vaksin,” kata Addo pada 19 April 2023, dikutip dari Zawya.

European Investment Bank (EIB) memberikan hibah €5 juta untuk memulai proyek pembangunan pabrik vaksin.

Pendirian Fasilitas National Vaccine Institute

Pemerintah Ghana telah mengumumkan pendirian National Vaccine Institute, dengan pendanaan awal sebesar $25 juta dari EIB pada Juli 2021. Lembaga tersebut akan mengkoordinasikan dan memfasilitasi kapasitas DEKS Vaccines dan perusahaan farmasi dalam negeri lainnya.

Pabrik itu akan melakukan mekanisme fill and finish dan pengemasan vaksin COVID-19 juga vaksin lain seperti malaria dan tuberkulosis dalam dua tahun ke depan.

“Pada jangka menengah, yaitu dalam lima tahun, targetnya adalah melanjutkan pendirian lebih banyak lagi pabrik pembuatan vaksin di dalam negeri untuk memproduksi vaksin yang memenuhi standar GMP WHO,” terang Presiden Addo.

“Ini dengan target jangka panjang untuk menghasilkan kandidat vaksin. Dalam 10 tahun lagi, menggunakan teknologi inovatif.”