Sukses

IDAI: Jangan Cuma Belajar Renang, Orang Indonesia Perlu Tahu Cara Menolong Orang Tenggelam

Dokter spesialis anak Ririe Fachrina Malisie menyampaikan bahwa tenggelam adalah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak pada kelompok usia satu hingga 24 tahun.

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis anak Ririe Fachrina Malisie menyampaikan bahwa tenggelam adalah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak pada kelompok usia satu hingga 24 tahun.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setidaknya 236.000 orang meninggal akibat tenggelam setiap tahunnya.

Lebih dari setengah jumlah kematian akibat tenggelam terjadi pada kelompok usia di bahwah 30 tahun. Laki-laki yang meninggal akibat tenggelam jumlahnya dua kali lipat lebih banyak ketimbang perempuan.

Di Indonesia, kasus tenggelam juga sering terjadi. Mengingat, Indonesia adalah negara kepulauan dengan perairan yang luas. Baik perairan darat seperti danau dan sungai maupun perairan laut.

“Maka dari itu orang Indonesia tidak hanya perlu belajar renang, tapi juga perlu belajar cara menolong orang tenggelam atau hamper tenggelam,” ujar Ririe dalam temu media bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Jakarta Pusat, Selasa (23/5/2023).

Di tingkat dunia, Indonesia menduduki peringkat 123 dengan kematian akibat tenggelam mencapai 4.518 jiwa. Namun, ini merupakan fenomena gunung es, di mana kejadian sebenarnya di lapangan tentu lebih banyak.

“Sering kali kasus tenggelam di kita itu tidak terlaporkan, misalnya kasus di pegunungan atau di daerah pelosok, sehingga angka ini adalah puncak gunung es,” kata Rierie.

Dia pun menjelaskan, risiko tenggelam dapat semakin tinggi jika:

  • Banjir dan bencana lain seperti hujan ekstrem, badai, dan tsunami.
  • Bepergian dengan transportasi laut terutama jika alat transportasinya tidak dalam kondisi prima dan memuat kapasitas berlebih.
  • Berusia satu sampai empat tahun, ini adalah usia terbanyak penyumbang kematian akibat tenggelam atau drowning.
2 dari 4 halaman

Penyebab Tenggelam

Sedangkan, penyebab seseorang tenggelam bisa bermacam-macam seperti:

  • Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan.
  • Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan.
  • Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang seperti epilepsi yang kambuh.
  • Perahu atau kapal yang ditumpangi tenggelam.
  • Terperangkap atau terjerat di dalam air.
  • Bunuh diri.

Ketika tenggelam, napas akan tertahan dan menyebabkan jalan napas tertutup. Jika sudah tak kuat menahan napas, air dapat masuk ke mulut dan saluran napas, akibatnya timbul batuk dan sesak.

Maka dari itu, tingkat keselamatan orang tenggelam tergantung pada durasi tenggelamnya.

3 dari 4 halaman

Tiga Kondisi Korban Tenggelam

Durasi dan kondisi korban tenggelam dibagi menjadi tiga yakni kategori A (Awake), kategori B (Blunted), kategori C (Comatase).

  • Pada kategori A, korban masih sadar tapi sulit mengatur napas. Namun setelah diberi pertolongan, korban akan dapat kembali bernapas spontan.
  • Pada kategori B, kesadaran korban berkurang atau stupor tapi masih dapat merespons terhadap rangsangan.
  • Pada kategori C, korban dalam keadaan koma dan pernapasannya bisa berhenti sejenak (apnoe).
4 dari 4 halaman

Pertolongan Korban Tenggelam

Untuk menolong korban tenggelam, seseorang perlu memastikan apakah dirinya mampu berenang dan menolong korban. Jika tidak, maka berteriak meminta bantuan sambil berusaha menolong dengan benda yang memungkinkan bisa pula dilakukan.

Pada prinsipnya, menolong orang tenggelam dapat dilakukan dengan:

  • Raih korban dengan atau tanpa alat.
  • Lempar alat apung seperti ban atau papan yang diikat dengan tali kemudian tarik korban dengan posisi tubuh yang aman.
  • Dayung atau gunakan perahu untuk mendekati korban.
  • Renang menuju korban dan membawanya ke tepi, ini adalah upaya yang boleh dilakukan oleh orang yang bisa berenang. Tidak disarankan untuk langsung berenang kea rah korban tanpa rencana.

Setelah berhasil meraih korban, maka tindakan berikutnya yang dapat dilakukan adalah:

  • Pindahkan korban secepat mungkin dari air dengan cara paling aman.
  • Bila ada kecurigaan cedera tulang, penolong perlu mempertahankan posisi kepala, leher dan tulang punggung korban dalam satu garis lurus.
  • Buka jalan nafas korban dan periksa napasnya.
  • Upayakan wajah korban menghadap ke atas.
  • Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan resusitasi jantung paru (RJP) bila perlu.
  • Berikan oksigen bila ada.
  • Jagalah kehangatan tubuh korban, ganti pakaian basah dan selimuti.
  • Lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
  • Segera bawa ke fasilitas kesehatan.