Liputan6.com, Jakarta - Seorang bayi menderita ruam parah setelah asyik makan seledri di bawah sinar matahari, New York Post melaporkan.
Reanna Bendzak, seorang ibu dari Kanada, memberi putrinya yang saat itu baru berusia 7 bulan sebatang seledri untuk dikunyah-kunyah guna menenangkan gusinya karena sedang tumbuh gigi.
Baca Juga
Hari itu, Bendzak dan keluarganya tengah menghabiskan waktu di luar rumah dan menikmati sinar matahari. Ia pun mengira si kecil telah terlindung dari sinar matahari.
Advertisement
"Cuacanya tidak panas, tapi cerah, jadi dia memakai onesie yang membalut leher hingga kakinya, dan kami memakaikan topi matahari untuknya, jadi kami pikir dia cukup terlindungi," katanya kepada Good Morning America, menambahkan bahwa dia terus menyeka wajah anaknya dengan kain.
Akan tetapi, keesokan paginya ketika bayi itu terbangun dengan ruam di sekitar mulutnya yang kemudian melepuh, Bendzak tahu ada sesuatu yang salah.
Siapa sangka bayi kecil yang dikira baik-baik saja ternyata menderita phytophotodermatitis–reaksi yang terjadi saat menyentuh makanan tertentu di luar, seperti seledri, jeruk, buah ara, wortel, adas liar, peterseli, dan parsnip.
"Ketika kulit Anda terpapar zat yang sensitif terhadap UV, ini akan menciptakan reaksi fototoksik jika paparan sinar matahari, tingkat keparahannya akan sebanding dengan seberapa banyak zat yang menyentuh kulit," Dr. Clarissa Yang, ketua dermatologi di Tufts Medical Center, mengatakan kepada The Post.
Phytophotodermatitis
Phytophotodermatitis atau yang juga sering disebut "margarita burn" adalah reaksi kulit seperti luka bakar yang terjadi setelah paparan cairan buah atau sayuran yang mengandung furanokumarin pada kulit dan kemudian terkena sinar matahari.
Wortel, seledri, buah jeruk (paling sering limau), buah ara, bergamot, dill, peterseli, dan parsnip semuanya mengandung furanokumarin.
"Seperti halnya semua orangtua di luar sana, reaksi pertama Anda akan semacam, 'Astaga, apa yang telah saya lakukan? Dan bagaimana saya bisa mencegahnya?," ujar Bendzak, menambahkan bahwa kalau dipikir-pikir, dia harusnya mencuci muka bayinya dengan sabun dan air.
"Akan tetapi, sebagai orangtua kemampuan seseorang terbatas, dan kami telah melakukan apa yang dirasa merupakan hal terbaik saat itu."
Putrinya, yang sekarang berusia 9 bulan, menderita blister di wajahnya selama 10 hari, yang kemudian berubah menjadi hiperpigmentasi sebelum akhirnya menghilang setelah enam minggu. Meski bayi baik-baik saja sekarang, semua reaksi tersebut dapat terjadi karena paparan sinar matahari selama 20 menit saja.
Advertisement
Berbagi Pengalaman dan Sebarkan Kesadaran
Ibu dua anak itu berbagi kisahnya di Facebook, dan bahkan menciptakan kembali reaksi yang dialami bayinya di lengannya.
"Anak kami yang berusia 7 bulan sedang mengunyah seledri sambil menikmati sinar matahari untuk membantu menenangkan gusinya yang tumbuh gigi. Dia berada di bawah sinar matahari selama 20-30 menit, cairan seledri dan air liur di wajahnya dibersihkan dengan kain kering sebelum mandi," tulisnya.
"Dia berhasil sembuh dengan baik tetapi kami menghadapi perjalanan panjang untuk mengobati hiperpigmentasi dan bekas luka."
Ia pun mengingatkan para pengguna lainnya untuk lebih berhati-hati dan memerhatikan risiko yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi makanan dan minuman tertentu di bawah cahaya matahari.
"Semoga cerita ini dapat membantu orang lain belajar dari pengalaman kami sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik untuk kehidupan pribadinya sendiri kedepannya," ujar Bendzak, yang tidak mengira hal tersebut bisa terjadi.
"Karena cuaca semakin menghangat, harap perhatikan makanan dan minuman apa yang Anda dan anak-anak nikmati dan basuh dengan bersih sebelum terkena cahaya matahari jika Anda mengkonsumsi apa pun yang berada dalam daftar ini karena ini dapat menimpa siapa saja."
Rawan Phytophotodermatitis di Pantai
Jika membicarakan tentang sinar matahari, pantai tentunya jadi salah satu hal yang muncul di benak Anda. Ada banyak sekali orang yang gemar bermain dan berjemur di pantai. Namun, perlu diingat, sinar terik matahari di pantai juga dapat menyebabkan phytophotodermatitis jika tidak berhati-hati.
Menurut Kepala Petugas Medis WebMD Dr. John Whyte, beberapa bahaya mengintai makanan dan minuman yang mungkin dikonsumsi di bawah sinar matahari.
Anda mungkin sudah terbiasa mengoleskan tabir surya untuk melindungi diri dari sinar UV yang berbahaya. Namun, beberapa makanan dan minuman yang Anda bawa bisa jadi berbahaya, lho.
"Buah jeruk, limau dan jenis jeruk lainnya dapat menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai phytophotodermatitis," menurut Whyte kepada Yahoo News. "Phytophotodermatitis adalah luka bakar yang disebabkan oleh jus jeruk yang membuat bibir dan kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari."
Oleh karenanya, Whyte merekomendasikan untuk berhati-hati saat mengonsumsi makanan ini di pantai atau tempat terik mana pun. Selain itu, pastikan untuk menghapus residu apa pun guna mencegah kemungkinan phytophotodermatitis.
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement