Liputan6.com, Jakarta - Sebagian wanita mengaku jikalau berhubungan seks ketika menstruasi terasa lebih menyenangkan. Sebab, perubahan hormon bisa membuat tubuh terasa lebih bergairah dan vagina berada dalam kondisi terlumasi secara alami.
"Anda cenderung tidak membutuhkan pelumas jika berhubungan seks saat menstruasi, karena biasanya sudah ada pelumasan yang cukup," ujar obgyn sekaligus profesor klinis kebidanan dan ginekologi George Washington University School of Medicine, James Simon, MD mengutip laman Everyday Health, Minggu (4/6/2023).
Baca Juga
Ada pula yang merasa jikalau berhubungan seks ketika menstruasi (period sex) dapat mencegah kehamilan. Padahal, berhubungan seks saat menstruasi sebenarnya tidak sepenuhnya menurunkan risiko hamil.
Advertisement
Risiko Kehamilan Tetap Ada
Obgyn sekaligus profesor klinis di Yale-New Haven Hospital, Dr Mary Jane Minkin mengungkapkan bahwa kehamilan usai melakukan hubungan seks saat menstruasi memang jarang terjadi.
Namun, bukan berarti risiko kehamilan tidak ada sama sekali. Hal tersebut berkaitan dengan siklus menstruasi setiap wanita, seperti dikutip dari Elite Daily.
Mary menjelaskan, siklus menstruasi wanita biasanya terjadi selama empat hingga delapan hari. Kemudian, tubuh akan beralih pada fase folikuler atau proliferasi, dimana hormon estrogen terproduksi dan mempersiapkan pelepasan sel telur.
"Di tengah siklus sekitar hari ke 14 dalam siklus 28 hari, ovulasi terjadi. Ovulasi itu terjadi ketika ovarium melepaskan sel telur dan bergerak ke tuba falopi, dimana ia dapat dibuahi. Itu juga saat kemungkinan hamil menjadi paling tinggi," ujar Mary.
Risiko Kehamilan Akibat Hubungan Seks Ketika Menstruasi Bergantung pada Siklus Reproduksi Tiap Wanita
Mary menambahkan, dalam siklus reproduksi yang umum, ovulasi terjadi dua minggu sebelum menstruasi. Artinya, pada saat menstruasi terjadi, Anda tidak akan memiliki sel telur di rahim yang siap untuk dibuahi.
Sehingga dapat dikatakan jikalau siklus ovulasi Anda berdurasi normal atau lebih lama, maka peluang untuk kehamilan saat menstruasi hampir nol.
Tetapi, menurut pakar kesehatan wanita, Dr Sherry A Ross, siklus ovulasi pendek ataupun tidaknya itu yang tidak selalu bisa diprediksi dengan akurat.
"Jika Anda memiliki siklus 21 hari antara hari pertama dari periode menstruasi terakhir ke periode berikutnya, Anda mungkin berovulasi pada hari ke 10 dari siklus Anda," ujar Shery.
"Jadi, ketika berhubungan seks misalnya pada hari ketujuh siklus, risiko kehamilan tetap ada. Terlebih jika Anda memiliki siklus yang tidak dapat diprediksi, risikonya akan semakin meningkat," tambahnya.
Advertisement
Pentingnya Tetap Gunakan Alat Kontrasepsi
Lebih lanjut Sherry mengungkapkan bahwa jika memang Anda ingin menghindari risiko kehamilan, menggunakan alat kontrasepsi menjadi hal yang sangat penting.
Terlebih, risiko kehamilan juga meningkat bila siklus menstruasi Anda tidak berjalan dengan konsisten seperti yang dijelaskan di atas. Bahkan ketika menstruasi sudah tepat waktu pun, masih ada kemungkinan risiko kehamilan.
"Apalagi sperma bisa bertahan hidup hingga 72 jam. Jadi jika menstruasi cukup lama dan Anda cenderung berovulasi lebih awal, sperma tetap masih bisa hidup saat sel telur baru dilepaskan," kata Sherry.
Risiko IMS dan ISK Akibat Berhubungan Seks Ketika Menstruasi
Selain untuk mencegah kehamilan, upaya menggunakan alat kontrasepsi sebenarnya dikaitkan pula untuk mencegah infeksi menular seksual (IMS) selama siklus menstruasi.
Hal tersebut pun selaras dengan anjuran Centers for Disease Control and Prevention, dimana berhubungan seks saat menstruasi perlu memperhatikan keamanan karena bisa menjadi sarana penularan IMS.
Saat menstruasi, pH vagina wanita akan mengalami peningkatan. Sehingga jamur bisa berkembang dengan lebih cepat.
Begitupun soal infeksi saluran kemih (ISK). Beberapa wanita dianggap lebih rentan terkena ISK saat berhubungan seks, dan ISK pun bisa muncul kapan saja termasuk ketika siklus menstruasi sedang terjadi.
Advertisement