Sukses

Faktor yang Bikin Pria Lebih Berisiko Meninggal karena Kanker Melanoma Dibanding Wanita

Ternyata, pria lebih berisiko meninggal karena kanker melanoma. Apa alasannya?

Liputan6.com, Jakarta - Kanker melanoma merupakan bentuk kanker kulit yang paling berbahaya. Jika tak segera ditangani, kanker melanoma dapat menyebar lebih dalam ke kulit atau organ di dalam tubuh.

Seperti diketahui, kanker melanoma merupakan kanker kulit langka dan agresif yang terbentuk di melanosit, seperti melansir WebMD. Melanosit adalah sel yang menghasilkan pigmen yang disebut juga dengan melanin.

Data dari The Skin Cancer Foundation Amerika Serikat (AS) menunjukkan, jumlah kematian akibat kanker melanoma diperkirakan akan meningkat sebesar 4,4% pada tahun 2023 ini di AS.

Ahli dermatologi di Mount Sinai Health System New York, Jesse Lewin, mengungkap bahwa salah satu faktor risiko kanker melanoma adalah paparan sinar matahari. 

“Ini adalah waktu yang penting untuk meningkatkan kesadaran akan risiko melanoma dan berkomunikasi dengan semua orang, terutama pria,” tuturnya kepada Health.

Lebih lanjut, Lewin mengungkap bahwa hal ini mengingat pria lebih mungkin meninggal karena kanker melanoma dibanding wanita.

“Kita tahu bahwa lebih banyak wanita yang mengidap melanoma daripada pria sebelum usia 50 tahun. Namun, setelah usia 50 tahun, kasus melanoma pada pria lebih tinggi. Pria juga lebih mungkin meninggal karena melanoma daripada wanita,” tutur pria lulusan New York University, AS itu.

Lantas, apa saja faktor penyebab pria lebih berisiko meninggal karena kanker melanoma?

2 dari 4 halaman

Pria Kurang Terbiasa Memperhatikan Kulit

Salah satu penyebabnya adalah karena pria umumnya kurang terbiasa merawat kulit dibanding wanita.

“Pria umumnya cenderung kurang terbiasa dengan kulit mereka daripada wanita di sekitar mereka,” kata Pendiri California Dermatology and Mohs Surgery Specialists asal AS, Teo Soleymani.

Tak hanya itu, Soleymani mengungkap bahwa pria cenderung lebih sering berada di luar ruangan dan terpapar sinar matahari.

“Mereka cenderung kurang menyadari hal-hal yang berkembang di kulit mereka,” katanya.

“Pria rata-rata akan didiagnosis melanoma di tahap yang lebih parah daripada wanita, dan mereka cenderung datang ke dokter lebih telat," lanjut mantan asisten profesor klinis di University of California, Los Angeles itu.

Lebih lanjut, menurut Soleymani, wanita cenderung lebih sering memeriksa kulit mereka.

“Ini bisa jadi karena dinamika budaya kosmetik dan estetika yang lebih dibiasakan untuk wanita daripada pria,” tambahnya.

3 dari 4 halaman

Kebanyakan Pria Tidak Menggunakan Sunscreen

Tak hanya itu, Lewin mengatakan bahwa kebanyakan pria juga cenderung tidak menggunakan sunscreen atau tabir surya.

“Sebagian besar tidak terbiasa menerapkannya sebagai bagian dari rutinitas rutin mereka ketika mereka meninggalkan rumah dan pergi keluar,” katanya.

Hal ini, menurut Lewin, berbeda dengan wanita yang bahkan kerap menggunakan produk make up yang mengandung SPF. 

“Umumnya, wanita mengaplikasikan sunscreen jauh lebih sering dibandingkan pria,” terangnya.

Oleh sebab itu, Lewin menegaskan pentingnya melakukan upaya pencegahan, terutama untuk pria.

“Kita mengetahui bahwa faktor risiko yang dapat dikurangi untuk mencegah melanoma adalah perlindungan dari sinar matahari,” katanya.

“Menghindari sinar matahari selama jam sibuk, yaitu 10 pagi hingga 2 siang, duduk di tempat teduh, mengenakan topi, membawa kacamata hitam, dan tabir surya dengan minimal SPF 30 membantu melindungi kita dari efek berbahaya matahari,” Lewin melanjutkan.

4 dari 4 halaman

Faktor Genetik Bisa Jadi Turut Berperan

Ada beberapa perbedaan faktor genetik dan fisik yang bisa jadi berperan di luar kebiasaan pria.

Ahli dermatologi spesialis melanoma di University California San Francisco Melanoma Center AS, Susana Ortiz-Urda mengungkap, pria memiliki kulit yang lebih tebal dan mengandung kolagen yang lebih banyak dibanding wanita.

“Beberapa penelitian menunjukkan perbedaan ini membuat kulit pria lebih rentan terhadap kerusakan akibat sinar ultraviolet (UV) matahari,” kata Ortiz-Urda.

Selain itu, sebuah studi dari University of Bologna, Italia pada 2019 juga menunjukkan bahwa hormon estrogen dalam tubuh wanita bisa jadi berperan melindungi wanita dari melanoma.

“Hormon, testosteron, cenderung membuat kanker tumbuh lebih cepat, tetapi belum benar-benar dijelaskan perannya dalam melanoma dan kaitannya dengan perbedaan antara pria dan wanita,” pungkasnya.