Sukses

15 Jamaah Haji Indonesia Wafat di Tanah Suci, Terbanyak karena Penyakit Jantung

Di sela menunaikkan rukun Islam kelima, 15 jamaah haji Indonesia wafat di tanah suci. Asal terbanyak dari Surabaya.

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 190 kloter dengan total 71.539 jamaah haji Indonesia telah tiba di Arab Saudi per 4 Juni 2023. Di sela menjalani rukun Islam yang kelima ini, total 15 jamaah haji wafat di tanah suci.

Kepala Pusat Kesehatan Haji, Liliek Marhaendro Susilo, menyampaikan bahwa mayoritas jamaah yang wafat adalah lansia yang berusia di atas 60 tahun.

“Usia jamaah wafat terbanyak adalah di atas 60 tahun ke atas, sebanyak 10 orang. Artinya, dua pertiga yang wafat adalah lansia,” lanjutnya.

Menurut Liliek, jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat di tanah suci terbanyak berasal dari Surabaya.

“Untuk jamaah wafat sampai dengan 4 Juni jam 16.00 sore, ada 15 jamaah yang wafat. Yang terbanyak berasal dari Surabaya sebanyak 6 orang, kemudian Jakarta-Bekasi sebanyak 4 orang, dari Solo sebanyak 3 orang, dan Jakarta Pondok Gede 1 orang,” jelas Liliek pada Press Conference Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji Tahun 2023, pada Senin (5/6/2023).

Liliek mengungkap bahwa penyakit terbanyak yang jadi penyebab wafatnya jamaah yaitu penyakit jantung iskemik dan infark miokard akut.

“Penyakit yang terbanyak jadi penyebab wafatnya jamaah adalah penyakit jantung iskemik dialami 5 orang, infark miokard akut ada 3 orang,” jelas Liliek.

Infark miokard akut merupakan penyakit jantung yang disebabkan oleh sumbatan pada arteri koroner.

Sumbatan akut terjadi karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot.

Jenis penyakit lain yang menyebabkan wafatnya jamaah haji yaitu syok septik, aritmia jantung, pneumonia, syok kardiogenik, mitral valve disease, venous embolism dan thrombosis, serta melena masing-masing 1 orang.

2 dari 4 halaman

Sebanyak 75 Persen Jamaat Berangkat dengan Risiko Tinggi

Menurut data dari Kementrian Kesehatan, sebanyak 75,37 persen jamaah haji Indonesia tahun ini memang berangkat dengan risiko tinggi (risti) kesehatan.

Pasien risti merupakan jamaah yang berusia 60 tahun ke atas, baik itu yang punya komorbid maupun tidak, dan jamaah di bawah 60 tahun dengan komorbid.

Adapun jumlah jamaah yang masih dirawat inap hingga saat ini yaitu 94 orang, dengan pembagian 51 orang di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan 43 orang di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).

Liliek memaparkan bahwa 5 penyakit yang paling banyak dialami pada pasien rawat inap adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), gagal jantung, demensia, diabetes mellitus, dan penyakit jantung iskemik. 

3 dari 4 halaman

Berikan Upaya Promosi Kesehatan

Untuk menjamin kesehatan jamaah haji Indonesia, Kementerian Kesehatan memberikan berbagai upaya promosi kesehatan, salah satunya penyuluhan konseling jemaah haji.

Edukasi dan informasi kesehatan juga disebarluaskan melalui berbagai platform.

“Adapun penyebarluasan edukasi dan informasi kesehatan dalam bentuk poster dan vlog melalui media sosial dan group chatting. Ini juga kami inversikan pada seluruh group agar mereka juga bisa memberikan berkontribusi memberikan edukasi kepada sesama jamaah haji,” kata Liliek.

Kemenkes juga melakukan deteksi dini penyakit di sektor khusus. Sektor khusus adalah sektor yang didirikan di sekitar Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.

“Yang kita lakukan nanti dengan cara memberikan medical check up kepada jamaah-jamaah yang kita pandang memerlukan pemeriksaan,” ungkap Liliek.

4 dari 4 halaman

Imbauan Tak Memaksakan Diri

Untuk mencegah meningkatnya angka pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan, Liliek mengimbau para jamaah haji dengan kondisi khusus untuk tidak memaksakan diri dan beribadah sesuai dengan kemampuannya.

“Kami minta supaya jamaah haji lansia dan memiliki kondisi kesehatan tidak memaksa diri melakukan aktivitas fisik yang berlebihan. Sesuaikanlah dengan kemampuan masing-masing, tidak harus setiap hari salat di jamaah di Masjidil Haram atau Nabawi,”

Jika kondisi kesehatan tidak memungkinkan, Liliek menyarankan untuk cukup salat di penginapan masing-masing.