Sukses

Mengenal Parasocial Relationship, Hubungan Imajinatif Antara Fans dengan Sosok Idolanya

Hubungan parasosial merupakan hubungan imajiner sepihak yang dibentuk seseorang dengan figur publik yang tidak mereka kenal secara pribadi.

Liputan6.com, Jakarta - Dimulai dengan menonton karakter di acara TV atau melihat postingan menarik di media sosial, seseorang bisa menarik perhatian Anda. Saat menonton lebih banyak episode dan mengikuti konten orang tersebut terkadang membuat Anda sudah merasa dekat dengan sosok itu.  

Perasaan itu semakin kuat dan Anda mulai memikirkan sosok tersebut, bahkan sedang tidak menonton. 

Anda tahu bahwa mereka tidak tahu Anda ada, tetapi tetap merasa terhubung dengan mereka. Kondisi itu berarti Anda sedang berada dalam hubungan parasosial. Apa itu?

Parasocial relationship atau hubungan parasosial merupakan hubungan imajiner sepihak yang dibentuk seseorang dengan figur publik yang tidak mereka kenal secara pribadi.

Hubungan parasosial yang paling umum terjadi dengan selebritas yang dikagumi, atlet, favorit, atau tokoh media.

Profesor di Departemen Psikologi Wellesley College di Massachusetts, Sally Theran, menjelaskan bahwa seseorang membentuk hubungan parasosial karena merasa terhubung atau terikat dengan orang tersebut.

“Mungkin ada merasa terhubung dan memandang atau mengidealkan orang itu dengan cara tertentu,” jelas Threan, seperti melansir Women’s Health.

Pada tahun 1950-an, Donald Horton dan R. Richard Wohl menciptakan istilah “hubungan parasosial” setelah mereka melihat dinamika yang berkembang antara penonton dan artis di radio, televisi, film, atau program berita.

Orang-orang mulai terlibat dalam kehidupan para pemain ini, baik mereka berperan sebagai diri sendiri maupun peran fiktif, seolah-olah mereka berada dalam hubungan sosial yang biasa dengan mereka, dan merasa seolah-olah mereka adalah teman.

2 dari 4 halaman

Hubungan Parasosial Tanggapan Terhadap Epidemi Kesepian

Sekarang, orang Amerika membentuk hubungan parasosial sebagai respons terhadap apa yang beberapa orang sebut sebagai "Epidemi Kesepian."

Masa isolasi dan jarak sosial yang berkepanjangan karena pandemi COVID-19 terbukti berdampak buruk pada kesehatan mental.

Ketika kita tidak bisa bertemu dan memiliki hubungan langsung, satu-satunya cara banyak orang berhubungan dengan orang lain adalah melalui layar.

"Ketika merasa sangat terisolasi dan jaub secara sosial, mereka benar-benar mencari cara untuk mengisi kekosongan hubungan dan ikatan dengan seseorang yang bisa mereka hubungi," kata Theran.

Ditambah ledakan penggunaan media sosial dalam beberapa tahun terakhir, tidak mengherankan jika semakin mudah dan dianggap normal untuk membentuk hubungan parasosial.

Dengan akses tak terbatas ke selebriti, influencer, dan figur publik lainnya, kesempatan bagi orang untuk terlibat dalam hubungan parasosial yang terasa mirip seperti hubungan kehidupan nyata tampaknya tak terbatas.

3 dari 4 halaman

Bagaimana Cara Mengetahui Anda Berada dalam Hubungan Parasosial?

Jika ada selebritas atau influencer yang selalu ada di pikiran dan bahkan sering berinteraksi dengan mereka secara digital, mungkin Anda memiliki hubungan parasosial dengan mereka.

"Ini lebih dari sekadar 'Oh, saya mengagumi orang itu,' Anda sangat terlibat dengan mereka,” kata Theran.

"Anda mengikuti artikel tentang mereka, membaca wawancara dengan mereka, dan bahkan memiliki percakapan imajiner dengan mereka."

Rasanya seperti benar-benar mengenalnya sebagai teman. Jadi, Anda mulai sering memikirkannya dan bahkan melakukan interaksi imajiner.

Menurut Theran, itu adalah skenario tipikal yang dimainkan orang dalam hubungan parasosial di kepala mereka.

Melakukan percakapan imajiner dan menulis surat meski tidak dikirim kepada mereka, itu pun dapat menjadi bagian dari hubungan parasosial.

Anda tahu orang tersebut sebenarnya tidak menanggapi dan tidak tahu bahwa Anda ada, tetapi itu tidak masalah.

4 dari 4 halaman

Media Sosial Memperumit Hubungan Parasosial, Sehatkah?

Direktur Klinik di Fort Health dan Direktur Layanan Psikologis di Amwell di New York, Lindsay Henderson, mengemukakan bahwa media sosial memperumit hubungan parasosial, karena beberapa orang justru berinteraksi dengan pengikutnya.

“Dengan potensi timbal balik, Anda bisa lupa bahwa ini adalah hubungan sepihak,” jelas Henderson.

Dengan media sosial, batasnya menjadi kabur, dan orang sangat mungkin melewati batas mereka.

Menurut Henderson, hubungan parasosial bisa sehat dalam artian orang ini menginspirasi, menyemangati, dan membantu Anda merasa terhubung dengan orang lain.

Hubungan parasosial merupakan hubungan yang halus dan umum, serta sering kali tidak berbahaya.

Namun, jika perasaan atau emosi atau pikiran mulai tidak proporsional dengan realitas situasi, Henderson menyarankan untuk mundur, karena kondisi itu sudah tidak sehat.