Liputan6.com, Jakarta Persoalan pakai masker dalam beraktivitas sehari-hari sempat disorot Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin. Apalagi sekarang Indonesia sudah mencabut status pandemi dan resmi memasuki masa endemi sejak 21 Juni 2023.
Menurut Menkes Budi, kesadaran pakai masker sekarang kembali menjadi tanggung jawab individu masing-masing. Apabila merasa sakit atau tidak enak badan, individu yang bersangkutan dapat tetap memakai masker.
Baca Juga
Sementara jika merasa badan sehat, diperbolehkan melepas masker. Tanggung jawab kesadaran memakai masker pun sudah dimulai saat Indonesia dalam masa transisi pandemi ke endemi.
Advertisement
"Sama juga pada COVID, daripada Pemerintah mewajibkan pakai masker, itu sistem kesehatannya belum baik. Kalau sistem kesehatannya sudah baik, masyarakat tahu sendiri," terang Budi Gunadi usai Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta beberapa hari lalu.
"Saya sehat Pak, saya pede kok, tidak usah pakai masker ya tidak apa-apa. Atau karena saya sendiri agak tidak enak badan, makanya saya ingin pakai masker. Itu kembali menjadi tanggung jawabnya masyarakat individu masing-masing."
Kalau Sakit, Kita Tahu Treatment-nya
Tak hanya soal COVID, Budi Gunadi juga mencontohkan bila seseorang sakit demam berdarah. Masyarakat sudah sadar pula ketika sakit, bagaimana penanganan (treatment) dan harus ke rumah sakit, tanpa disuruh Pemerintah.
"Termasuk kalau kena sakit demam berdarah. Kalau sakit kita tahu, harus datang ke rumah sakit, ada treatment-nya, asal itu cepat, aman kok," imbuhnya.
Kesadaran Masyarakat Tentang Penyakit
Proses transisi pandemi hingga Indonesia sekarang berstatus endemi, lanjut Menkes Budi Gunadi Sadikin, yang paling penting adalah kesadaran masyarakat terhadap penyakit.Â
"Sama juga COVID. Jadi salah satu transisi dari pandemi ke endemi, yang paling penting adalah peran serta masyarakat, kesadaran masyarakat menentang penyakit itu penting sekali," katanya.
Pemerintah Tidak Mengintervensi Masyarakat
Ditegaskan kembali oleh Budi Gunadi, intervensi kesehatan yang paling baik adalah masyarakat itu menyadari bagaimana dia mesti menghadapi masalah kesehatan itu sendiri.
"Misalnya, kita sakit demam berdarah, Pemerintah kan tidak memaksakan, tidak mengintervensi masyarakat. Masyarakat kita harapkan tahu, oh kalau lagi musim hujan itu banyak nyamuk demam berdarah, Â jangan terlalu sering keluar," ujarnya.
"Dan nyamuk demam berdarah itu hidupnya siang, bukan malam, beda dengan malaria. "
Semua kesadaran di atas diharapkan masyarakat sudah tahu.
"Itu semuanya sudah menjadi pengetahuan dari masyarakat sehingga masyarakat tahu, bagaimana protokol kesehatannya, menghindarnya," sambungnya.
Advertisement
Hidup Belajar dengan Virus Corona
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin pada Selasa (13/6/2023) menegaskan, virus COVID bukan berarti hilang sepenuhnya ketika status darurat COVID-19 dicabut. Virus tetap ada sehingga masyarakat harus belajar hidup berdampingan dengan COVID.
"Yang pertama, memang virus tidak hilang, tetap ada. Jadi kita harus belajar hidup dengan virus ini. Sama halnya dengan kita belajar hidup dengan penyakit menular lainnya," tegas Budi Gunadi usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta.
"Misalnya, malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), tuberkulosis (TB). Itu kan semuanya masih ada."
Masyarakat Bisa Menangani dan Menjaga Kesehatan
Ditambahkan Budi Gunadi, kunci utama adalah masyarakat dapat memahami bagaimana penanganan dan menjaga kesehatan masing-masing.
"Yang penting yang dilakukan masyarakat adalah masyarakat masih bisa menangani, menjaga kesehatannya sendiri-sendiri. Itu nomor satu," tambahnya.
"Jadi mereka mesti tahu penyakitnya seperti apa, cara menghindari seperti apa. Misalnya, mencuci tangan, kemudian yang merasa enggak sehat pakai masker. Itu bisa dilakukan."
Tahu Surveilans dan Tes Genomik
Kedua, masyarakat mesti tahu surveilans seperti apa. Kemudian bagaimana cara mengakses tes COVID-19 dan tes genomik untuk virus Corona.
Bahkan sekarang juga masyarakat dapat melakukan tes COVID-19 mandiri.
"Rapid test antigen sekarang sudah ada, tes genomik sudah ada, itu bisa dipakai," terang Menkes Budi Gunadi Sadikin.
"Lalu, kalo misalnya kita sakit, mengukur suhu pakai termometer, kemudian bisa dicatat, sehingga tahu bagaimana surveilansnya atau cara mendeteksinya."
Advertisement