Liputan6.com, Jakarta Isu orang ketiga dalam hubungan kembali naik daun. Topik seputar perselingkuhan tampaknya selalu berhasil membuat warganet mencurahkan keresahannya.
Mulai dari menyebut jikalau selingkuh merupakan 'bakat', hingga narasi-narasi yang mengungkap selingkuh adalah penyakit dan sulit disembuhkan.
Baca Juga
Hal tersebut lantaran tak sedikit orang percaya bahwasanya ketika selingkuh sudah jadi kebiasaan, pelaku sebenarnya tidak bisa insaf. Alias, kemungkinan selingkuh untuk terulang lagi menjadi lebih besar. Lantas, benarkah demikian?
Advertisement
Psikolog anak, remaja, dan keluarga Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriani mengungkapkan bahwa selingkuh memang akan membentuk sebuah habit atau kebiasaan.
Perihal selingkuh bisa disembuhkan atau tidak, jawabannya? Tergantung.
"Selingkuh bisa disembuhkan atau tidak tergantung dari faktor yang melandasi perselingkuhan," kata Efnie melalui keterangan pada Health Liputan6.com ditulis Jumat, (23/6/2023).
Selingkuh Bisa Jadi Kebiasaan
Menurut Efnie, selingkuh yang sudah berubah menjadi kebiasaan itu akan membutuhkan waktu untuk dipulihkan agar perilaku tidak terus-menerus melakukannya di kemudian hari.
"Jika memang selingkuh sudah jadi 'habit', maka butuh waktu yang panjang untuk memulihkannya, dan hal ini juga harus dilandasi oleh keinginan dari individu yang bersangkutan. Jadi dengan memahami faktor yang jadi pemicu di balik selingkuh bisa menjadi dasar untuk memulihkan," ujar Efnie.
Sejauh ini, kebiasaan selingkuh pun baru masih masuk kategori perilaku buruk. Belum resmi disebut sebagai sebuah penyakit mental.
Dasar Pemulihan, Pelaku Harus Sadar Faktor Pemicu Selingkuh
Lebih lanjut Efnie mengungkapkan bahwa ada tiga hal yang menjadi dasar untuk memulihkan kebiasaan selingkuh.
Pertama, pelaku harus lebih dulu punya keinginan untuk berubah.
"Kedua, mengidentifikasi penyebab di balik selingkuh, karena ini yang menjadi dasar penanganan. Apa yang dicari, apa yang masih kurang, atau karena menjadikan selingkuh itu sebagai tantangan sehingga menimbulkan keasyikan tersendiri," kate Efnie.
"Ketiga, meningkatkan spiritualitas hidup dengan menemukan apa yang menjadi makna hidup yang sesungguhnya."
Dengan begitu, kebiasaan selingkuh kemungkinan besar dapat diatasi sehingga tidak terus terulang di kemudian hari.
Advertisement
Kenapa Orang Bisa 'Terbiasa' untuk Selingkuh?
Dalam kesempatan yang sama, Efnie menjelaskan soal apa-apa saja penyebab di balik orang bisa terbiasa untuk melakukan perselingkuhan.
Menurut Efnie, selingkuh bisa lebih dulu diawali dengan keinginan mencoba, ditambah jika ada kesempatan.
Serta, jika pelaku sudah punya riwayat keberhasilan untuk selingkuh sebelumnya.
"Selingkuh bisa berawal dari coba-coba saat ada kesempatan. Saat hal tersebut berhasil dilakukan maka akan terbentuk habit yang sulit dihilangkan," kata Efnie.
Selingkuh Belum Resmi Jadi Sebuah Penyakit
Selain itu, Efnie mengungkapkan bahwa dalam perspektif psikologi, selingkuh belum masuk sebagai sebuah penyakit mental.
"Di dalam perspektif abnormal psychology, selingkuh belum dikategorikan sebagai mental disorder. Namun, selingkuh memang merupakan perilaku yang buruk," kata Efnie.
Sehingga, maksud selingkuh tidak bisa sembuh lebih merujuk pada kebiasaannya saja yang sulit untuk dihilangkan, terutama jika sudah berulang.
Advertisement