Sukses

Tak Sembarangan Berobat ke Puskesmas, Orang Baduy Dalam Ketat Patuhi Aturan Ini

Bila orang Baduy Dalam ingin berobat ke Puskesmas, ada syarat tertentu yang harus dipatuhi.

Liputan6.com, Banten Untuk mendapatkan pengobatan medis di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas dan rumah sakit, masyarakat Baduy Dalam harus mematuhi syarat adat tertentu. Hal ini karena pengobatan adat secara tradisional menjadi yang utama dilakukan terlebih dahulu ketika mereka sakit. 

Jaro Nalim, seorang warga Baduy sekaligus tokoh yang dituakan menuturkan, sebenarnya sebagian besar masyarakat Baduy Dalam untuk berobat medis ke Puskesmas terbilang sulit dan terbentur adat. 

Berbeda dengan masyarakat Baduy Luar yang mulai terbuka dengan pengobatan medis, meski tetap didahulukan pengobatan adat. Masyarakat dapat pergi ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan pengobatan medis.

“Biasanya paling sakit perut atau kedalon (masuk angin). Ya, kalau sakit ada yang tidak bisa dirawat, penyakitnya berat,” tutur Jaro saat berbincang dengan Health Liputan6.com di kediamannya di kawasan Baduy Dalam, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten, ditulis Senin (26/6/2023).

Kalau Darurat, Diperbolehkan ke Puskesmas

“Gejala berat ya bisa ke Puskesmas terdekat. Itu pun kalau sudah darurat. Tapi sebelumnya juga buat KTP dan rumah sakit itu pedalaman – Baduy Dalam — enggak boleh, Baduy Luar boleh.”

Walau begitu, kalau kondisi sakit yang parah dan tidak mempan diobati dengan obat tradisional, masyarakat Baduy Dalam diperbolehkan berobat ke Puskesmas.

2 dari 4 halaman

Status sebagai Baduy Dalam ‘Dicabut’ Sementara

Ketika masyarakat Baduy Dalam ingin mendapat pengobatan lebih lanjut, rupanya harus ada aturan yang mesti dipatuhi. Yakni status dirinya sebagai Baduy Dalam ‘dicabut’ sementara, yang berganti menjadi status ‘Baduy Luar.’

“Jadi, kalau ke Puskesmas mah berarti kita memaklumi gitu situasinya – lagi darurat. Status warganya dicabut dari Baduy Dalam dulu, (dia) jadi Baduy Luar,” lanjut Jaro Nalim.

“Setelah sembuh, dia masuk lagi (berstatus) Baduy Dalam lagi. Selama pengobatan, dia jadi warga Baduy Luar.”

Manusia Berupaya Sembuh

Menurut Jaro Nalim, masyarakat pasti akan penasaran dan berupaya sembuh termasuk mereka yang berasal dari Baduy Dalam. Sehingga apabila pengobatan adat tak memberikan kesembuhan, maka dapat diperbolehkan berobat medis.

Adapun pengobatan adat yang sebelumnya dilakukan biasanya menggunakan bahan tradisional atau herbal. 

“Kalau di kami ya pengobatan sehari-hari ya dari tanaman yang ada di sekitar sini. Jenis tanamannya, contohnya, ada buah mengkudu buat sakit perut dan panas dalam,” pungkas Jaro Nalim.

“Jahe buat gatal, batuk pilek, lalu kencur sama juga. Gula merah juga buat direbus dicampurkan jadi satu gitu. Setelah itu baru diminum.”

3 dari 4 halaman

Dunia Pengobatan Tradisional Baduy

Merujuk jurnal berjudul, Masyarakat Baduy dan pengobatan tradisional berbasis tanaman yang ditulis R. Cecep Eka Permana, dunia penyembuh tradisional Baduy dikenal adanya paraji (dukun beranak), panghulu (dukun yang khusus mengurus orang meninggal), bengkong jalu (dukun sunat untuk laki-laki), dan bengkong bikang (dukun sunat untuk perempuan).

Khususnya paraji, dalam praktiknya dia tidak hanya mengurus proses persalinan, tetapi juga membantu mulai dari sebelum sampai sesudah melahirkan. Pada proses sebelum melahirkan, misalnya, paraji membantu mengurut perut ibu hamil agar posisi janin baik dan benar, atau memberikan ramuan-ramuan agar kehamilannya baik dan lancar ketika persalinan. 

Sedangkan, untuk sesudah melahirkan, paraji membantu penyembuhan ibu selama masa nifas dan jika ada gangguan selama menyusui, serta membantu perawatan bayi hingga lepas tali pusar. Paraji juga sering dianggap sebagai dukun semua penyakit, termasuk penyakit karena gangguan makhluk halus. 

Pemanfaatan Tanaman sebagai Obat

Bantuan yang diberikan biasanya berupa informasi tanaman-tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, serta cara mengolah dan menggunakannya. Selain tetap menggunakan ramuan tanaman dan ramuan lain, pengobatan yang dilakukan oleh penyembuh- penyembuh tradisional tersebut juga disertai dengan mantra-mantra atau jampi-jampi tertentu.

4 dari 4 halaman

Puskesmas Jarang Dikunjungi

Dalam publikasi R. Cecep Eka Permana yang terbit pada Wacana Journal of the Humanities of Indonesia Volume 11 (April 2009), masih kuatnya kepercayaan pada pengobatan tradisional, maka pada praktiknya Puskesmas yang sejak tahun 1980-an didirikan di perbatasan kampung Baduy jarang dikunjungi oleh warga Baduy, baik Baduy Luar, terlebih lagi Baduy Dalam. 

Sebagian warga Baduy yang terpaksa memanfaatkan jasa dokter atau Puskesmas adalah orang yang menderita luka robek yang besar atau menderita penyakit berat yang tidak kunjung sembuh oleh penyembuh tradisional. 

Sering pula terjadi, ada anggapan agar cepat sembuh pengobatan luka (yang dijahit) oleh dokter dikombinasikan dengan tanaman obat tradisional.

Cecep juga menyentil bahwa pengetahuan pengobatan tradisional dengan tanaman tradisional sudah dimiliki sejak dahulu dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan adanya pengobatan tradisional, tak heran pengobatan dari luar yang “modern” atau medis sulit menembus masuk ke dalam masyarakat Baduy.