Sukses

Heboh Kasus Inses, Kepala BKKBN: Jangan Dekati Zina, Kalau Sudah Dekat Susah Disetop

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo angkat bicara soal kasus inses di Purwokerto dan Bukittinggi.

Liputan6.com, Jakarta Arahan guru spiritual membawa R (57) pada tindakan inses dengan anak kandungnya, E (25). Tindakan keji itu dilakukan bertahun-tahun sejak putrinya berusia 13.

Dalam kurun waktu tersebut, lahir beberapa bayi yang harus meninggalkan dunia sesaat setelah lahir karena dibunuh oleh pria asal Purwokerto, Jawa Tengah itu.

Kasus R bukan satu-satunya inses yang terjadi di Indonesia. Ada pula kasus inses ibu dan anak di Bukittinggi, Sumatera Barat yang tak kalah membuat gaduh meski masih dalam penyelidikan.

Kepala BKKBN Angkat Bicara

Terkait kasus-kasus ini, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo ikut angkat bicara.

Menurutnya, kasus inses merupakan salah satu masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang tak terlihat sama halnya dengan aborsi ilegal.

Hasto kemudian menyinggung soal emosi seks laki-laki.

“Jadi, laki-laki itu memang harus dijaga. Dalam arti, laki-laki itu diciptakan emotional sex-nya itu dari pandangan, dari mata. Kalau perempuan itu lebih dari (sekadar) mata, dari sentuhan, rabaan. Makanya, nasihatnya sih jangan mendekati zina karena kalau sudah dekat itu enggak bisa disetop,” kata Hasto dalam rangkaian acara Hari Keluarga Nasional 2023 BKKBN di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (4/7/2023).

Inses juga dapat terjadi ketika pelakunya melihat hal-hal yang dapat memancing nafsu, lanjut Hasto.

“Marilah keluarga kita amankan, perempuan-perempuan dalam keluarga meskipun itu masih dalam satu keluarga ya tutup bagian (tubuh) yang membuat emotional sex-nya naik. Jangan terlalu vulgar, itu bahaya,” imbau Hasto.

2 dari 4 halaman

Mengenal Arti Inses

Inses adalah hubungan terlarang yang dilakukan oleh dua orang yang masih memiliki ikatan keluarga.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, inses adalah hubungan seksual antara orang-orang yang bersaudara dekat yang dianggap melanggar adat, hukum, dan agama.

Mengutip KlikDokter, secara umum ada dua kategori inses, yakni parental incest dan sibling incest.

Parental Incest

Parental incest adalah hubungan antara orangtua dan anak kandung. Ini merupakan kategori terberat dalam kriteria inses.

Siklus perbuatan inses yang terjadi pada akhirnya akan terulang kembali.

Inses yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak dikatakan berat karena tak hanya bisa terjadi berulang kali, tapi juga akibat “kekuasaan” orangtua pada anak.

Sibling Incest

Sementara, sibling incest adalah hubungan antara saudara kandung. Artinya, hubungan seksual dilakukan antara kakak dan adik yang lahir dari orangtua yang sama.

3 dari 4 halaman

Faktor Pemicu Inses

Ada beberapa faktor yang bisa mendasari inses, yakni:

Faktor Biologis

Terjadi karena aadanya dorongan seksual besar sekaligus ketidakmampuan pelaku untuk mengendalikan hawa nafsu seksualnya.

Faktor Psikologis

Faktor ini disebabkan kepribadian pelaku yang menyimpang. Sebagian besar pelaku memiliki rasa percaya diri yang kurang, tidak mudah bergaul dengan orang lain, dan merasa minder.

Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi atau kondisi keuangan juga ternyata memiliki kaitan dengan inses. Misalnya, kondisi keuangan yang pas-pasan, atau kurang dari itu, bisa menyebabkan seluruh anggota keluarga memiliki rumah yang sempit, sehingga bisa tidur bersama-sama di dalam satu kamar.

Pemicunya bisa jadi karena diawali ketidaksengajaan menyentuh organ seksual yang pada akhirnya mengakibatkan rangsangan seksual.

4 dari 4 halaman

Faktor Lainnya

Faktor lain yang dapat memicu inses adalah:

Tingkat Pendidikan Rendah

Kemampuan berpikir yang rendah dan kurangnya pendidikan menyebabkan pelaku mudah berpikir tidak logis. Akibatnya, pelaku tak bisa menilai mana yang baik dan buruk, dan tak bisa memikirkan tentang konsekuensi di masa mendatang.

Kurang Paham Agama

Tingkat pemahaman agama bisa menjadi benteng yang menjaga pola interaksi dan perilaku antar manusia. Jika tak memiliki informasi mengenai bagaimana agama mengatur apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, maka penyimpangan sangat mungkin terjadi.

Misalnya, ada beberapa keluarga yang menganggap bahwa karena satu keluarga, maka boleh “buka-bukaan” seenaknya, atau anak perempuan dan laki-laki yang sudah dewasa masih ditempatkan di dalam satu kamar, dan lain-lain.