Liputan6.com, Jakarta Arahan guru spiritual membawa R (57) pada tindakan inses dengan anak kandungnya, E (25). Tindakan keji itu dilakukan bertahun-tahun sejak putrinya berusia 13.
Dalam kurun waktu tersebut, lahir beberapa bayi yang harus meninggalkan dunia sesaat setelah lahir karena dibunuh oleh pria asal Purwokerto, Jawa Tengah itu.
Baca Juga
Link Live Streaming Pertandingan Timnas Indonesia vs Jepang di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Jelang Big Match Timnas Indonesia vs Jepang, Greg Nwokolo dan Bung Towel Debat Panas Bahas Kans Skuad Garuda
Pundit Malaysia Beri Pesan Kepada Suporter Timnas Indonesia: Nikmati Perjalanan Kualifikasi Piala Dunia 2026
Kasus R bukan satu-satunya inses yang terjadi di Indonesia. Ada pula kasus inses ibu dan anak di Bukittinggi, Sumatera Barat yang tak kalah membuat gaduh meski masih dalam penyelidikan.
Advertisement
Kepala BKKBN Angkat Bicara
Terkait kasus-kasus ini, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo ikut angkat bicara.
Menurutnya, kasus inses merupakan salah satu masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang tak terlihat sama halnya dengan aborsi ilegal.
Hasto kemudian menyinggung soal emosi seks laki-laki.
“Jadi, laki-laki itu memang harus dijaga. Dalam arti, laki-laki itu diciptakan emotional sex-nya itu dari pandangan, dari mata. Kalau perempuan itu lebih dari (sekadar) mata, dari sentuhan, rabaan. Makanya, nasihatnya sih jangan mendekati zina karena kalau sudah dekat itu enggak bisa disetop,” kata Hasto dalam rangkaian acara Hari Keluarga Nasional 2023 BKKBN di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (4/7/2023).
Inses juga dapat terjadi ketika pelakunya melihat hal-hal yang dapat memancing nafsu, lanjut Hasto.
“Marilah keluarga kita amankan, perempuan-perempuan dalam keluarga meskipun itu masih dalam satu keluarga ya tutup bagian (tubuh) yang membuat emotional sex-nya naik. Jangan terlalu vulgar, itu bahaya,” imbau Hasto.
Mengenal Arti Inses
Inses adalah hubungan terlarang yang dilakukan oleh dua orang yang masih memiliki ikatan keluarga.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, inses adalah hubungan seksual antara orang-orang yang bersaudara dekat yang dianggap melanggar adat, hukum, dan agama.
Mengutip KlikDokter, secara umum ada dua kategori inses, yakni parental incest dan sibling incest.
Parental Incest
Parental incest adalah hubungan antara orangtua dan anak kandung. Ini merupakan kategori terberat dalam kriteria inses.
Siklus perbuatan inses yang terjadi pada akhirnya akan terulang kembali.
Inses yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak dikatakan berat karena tak hanya bisa terjadi berulang kali, tapi juga akibat “kekuasaan” orangtua pada anak.
Sibling Incest
Sementara, sibling incest adalah hubungan antara saudara kandung. Artinya, hubungan seksual dilakukan antara kakak dan adik yang lahir dari orangtua yang sama.
Advertisement
Faktor Pemicu Inses
Ada beberapa faktor yang bisa mendasari inses, yakni:
Faktor Biologis
Terjadi karena aadanya dorongan seksual besar sekaligus ketidakmampuan pelaku untuk mengendalikan hawa nafsu seksualnya.
Faktor Psikologis
Faktor ini disebabkan kepribadian pelaku yang menyimpang. Sebagian besar pelaku memiliki rasa percaya diri yang kurang, tidak mudah bergaul dengan orang lain, dan merasa minder.
Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi atau kondisi keuangan juga ternyata memiliki kaitan dengan inses. Misalnya, kondisi keuangan yang pas-pasan, atau kurang dari itu, bisa menyebabkan seluruh anggota keluarga memiliki rumah yang sempit, sehingga bisa tidur bersama-sama di dalam satu kamar.
Pemicunya bisa jadi karena diawali ketidaksengajaan menyentuh organ seksual yang pada akhirnya mengakibatkan rangsangan seksual.
Faktor Lainnya
Faktor lain yang dapat memicu inses adalah:
Tingkat Pendidikan Rendah
Kemampuan berpikir yang rendah dan kurangnya pendidikan menyebabkan pelaku mudah berpikir tidak logis. Akibatnya, pelaku tak bisa menilai mana yang baik dan buruk, dan tak bisa memikirkan tentang konsekuensi di masa mendatang.
Kurang Paham Agama
Tingkat pemahaman agama bisa menjadi benteng yang menjaga pola interaksi dan perilaku antar manusia. Jika tak memiliki informasi mengenai bagaimana agama mengatur apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, maka penyimpangan sangat mungkin terjadi.
Misalnya, ada beberapa keluarga yang menganggap bahwa karena satu keluarga, maka boleh “buka-bukaan” seenaknya, atau anak perempuan dan laki-laki yang sudah dewasa masih ditempatkan di dalam satu kamar, dan lain-lain.
Advertisement