Sukses

Menko PMK Muhadjir Effendy Sebut 3 Masalah Keluarga Ini Sebagai Neraka Dunia

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa keluarga bahagia adalah cerminan negara yang juga bahagia.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa keluarga bahagia adalah cerminan negara yang juga bahagia.

"Kenapa keluarga itu penting? Karena keluarga itu unit terkecil dari sebuah negara. Kalau keluarganya baik, keluarganya bahagia, maka negara itu otomatis secara teoritik juga akan bahagia," kata Muhadjir dalam rangkaian acara Hari Keluarga Nasional 2023 di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (4/7/2023).

Sayangnya, keluarga di Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan yang disebut Muhadjir sebagai 'Neraka dunia'. Maka dari itu, saat ini pemerintah berupaya agar keluarga di Indonesia menjauhkan diri dari neraka dunia.

"Kita sekarang ini sedang menjauhkan keluarga kita dari neraka. Neraka tidak harus nanti setelah mati tetapi neraka dunia. Dan neraka dunia di Indonesia ini secara desain teknokratik dirumuskan di dalam tiga hal, yang pertama itu stunting," katanya.

Stunting

Stunting termasuk neraka dunia bagi keluarga lantaran jika masalah ini tidak ditangani, maka akan sulit mencapai cita-cita sebagai negara maju. Jika suatu negara ingin menjadi negara maju, maka negara tersebut harus bebas dari stunting, jelas Muhadjir.

Keluarga Miskin

Neraka dunia kedua menurut Muhadjir adalah keluarga miskin. Hingga kini, prevalensi keluarga miskin di Indonesia masih di atas sembilan persen.

"Sekitar 27 juta warga Indonesia masih miskin, terutama miskin ekstrem."

Menurutnya, angka kemiskinan ekstrem di Indonesia saat ini masih 1,4 persen. Sementara, Presiden Joko Widodo menargetkan, pada 2024 angka tersebut turun menjadi nol persen.

2 dari 4 halaman

Berbagai Penyakit Sosial

Selanjutnya, neraka dunia yang ketiga adalah adanya berbagai penyakit sosial yang sekarang harus diwaspadai.

Penyakit sosial yang dimaksud Muhadjir contohnya penggunaan narkoba hingga pemikiran-pemikiran sesat termasuk terorisme di tengah masyarakat dan keluarga.

"Itu yang menjadi tantangan kita di dalam rangka untuk membangun keluarga yang bebas dari neraka dunia itu," ujar dia menegaskan.

3 dari 4 halaman

Upaya Pencegahan Stunting 80 Persen Efektif Turunkan Prevalensi Stunting

Terkait stunting, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan bahwa upaya pencegahan lebih berhasil dalam menurunkan prevalensi stunting. Ketimbang, mengobati anak yang sudah stunting.  

“Kalau kita mengejar anak yang stunting menjadi tidak stunting, keberhasilannya hanya 20 persen. Namun, dengan mencegah lahirnya bayi stunting baru keberhasilannya lebih dari 80 persen,“ kata Kepala Hasto dalam rangkaian acara yang sama, 3 Juli 2023.

Inilah yang melatarbelakangi BKKBN untuk terus melakukan upaya pencegahan stunting dari hulu. Salah satunya melalui skrining calon ibu agar bayi yang dilahirkan tidak stunting.

4 dari 4 halaman

Optimalisasi TPPS

Upaya lain dalam menurunkan prevalensi stunting adalah terus melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Seperti Kementerian Dalam Negeri dan kementerian terkait.

Tujuannya yakni melakukan pembinaan, memotivasi, dan menggerakkan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).

Optimalisasi TPPS dilakukan agar selalu konsisten dan berkesinambungan dalam melakukan upaya-upaya penurunan stunting sesuai dengan peranannya masing-masing.

Evaluasi capaian semester I tahun 2023 dan praktik baik percepatan penurunan stunting daerah pun digelar untuk meningkatkan kapasitas TPPS seluruh daerah. Percepatan penurunan stunting juga dilakukan melalui program kegiatan inovatif di masing-masing daerah.

TPPS sendiri memiliki tugas mengkoordinasikan, mensinergikan, dan mengevaluasi penyelenggaraan percepatan penurunan stunting di wilayahnya. TPPS terdiri dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa.