Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Mengenal Soal Agalmatophilia, Buntut Viral Kasus Popo Barbie dan Boneka Manekin

Popo Barbie harus menempuh proses hukum atas masalah baru. Pihak kepolisian mengamankan Popo Barbie usai video masturbasi dengan manekin miliknya viral di media sosial.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian orang yang aktif di media sosial, nama Popo Barbie mungkin sudah tidak asing lagi. Dirinya terkenal karena berkali-kali membuat konten nyeleneh lengkap dengan segala persoalannya.

Kini, Popo Barbie harus menempuh proses hukum atas masalah baru. Pihak kepolisian mengamankan Popo Barbie usai video masturbasi dengan manekin miliknya viral di media sosial.

Sudah empat hari berlalu sejak viral, pria bernama asi Muhammad Popo Alfajri tersebut belum terdengar lagi kabarnya. Ia belum mengunggah konten apapun melalui akun TikTok pribadinya.

Jadi Cara Melampiaskan Kesepian

Banyak yang menyebut jikalau tindakan Popo Barbie masuk dalam salah satu kategori kelainan seksual. Sebelumnya, Popo sempat mengaku hanya ingin melampiaskan rasa kesepiannya dengan patung.

"Aku pengen mengungkapkan keluh kesah aku. Aku di rumah juga sendirian, enggak ada teman apa segala macam. Nah, jadi cuma, gimana ya, aku melampiaskan itu maksudnya aku ke kesunyian gitu lho," ujar Popo Barbie mengutip video yang diunggah melalui akun TikTok pribadinya, Rabu (5/7/2023).

"Sendiri, kesepian gitu nih aku. Aku melampiaskan sama patung. Mohon maaf banget. Aku di sini enggak ada teman, jadi aku memang aku bikin videonya buat privasi aku aja, buat diri aku," sambungnya.

Tindakan seperti yang dilakukan oleh Popo Barbie biasanya disebut dengan agalmatophilia. Mengutip laman Collegian, agalmatophilia didefinisikan sebagai ketertarikan seksual pada patung, boneka, manekin, dan benda-benda serupa.

2 dari 4 halaman

Ketertarikan Seksual pada Manekin

Ketertarikan seksual dalam kategori agalmatophilia dapat terwujud lewat berbagai cara. Mulai dari hubungan yang nyata dengan patung hingga sekadar gairah seksual dari pikiran atau persahabatan dengan objek yang bersangkutan.

Dahulu, psikiater Richard von Krafft-Ebing dianggap sebagai orang pertama yang secara akademis mendokumentasikan kasus agalmatophilia dan menulis Psychopathia Sexualis.

Tulisan Richard membahas agalmatophilia secara mendalam, termasuk alasan mengapa seseorang bisa memiliki ketertarikan seksual seperti itu.

Namun, pembahasan Richard ditentang karena disebut tidak memiliki contoh agalmatophilia yang jelas dan terdokumentasikan dengan baik.

3 dari 4 halaman

Agalmatophilia Masuk sebagai Kondisi Psikologis

Journal of Sex Research menganggap agalmatophilia sebagai salah satu kondisi psikologis. Selama ini, bentuk agalmatophilia yang umumnya ditemukan berkaitan dengan penggunaan boneka seks (sex doll).

Selain itu, ada pula istilah paraphilia yang merujuk pada aktivitas seksual yang tidak pada umumnya, atau mengalami penyimpangan seksual.

Dalam kasus Popo Barbie, belum jelas istilah mana yang lebih tepat, antara agalmatophilia atau paraphilia.

4 dari 4 halaman

Sekilas soal Paraphilia, Kelainan Seksual pada Objek Tertentu

Pada spektrum paraphilia, seksualitas terhadap objek dianggap lebih luas lagi.

Parafilia adalah kelainan seksual yang menyebabkan penderita memiliki ketertarikan seksual selain pada stimulasi genital, seperti dikutip dari Klikdokter.

Hal tersebut lantaran paraphilia diartikan sebagai orang yang mengembangkan perasaan dan keterikatan emosional maupun romantis terhadap suatu objek tertentu, bukan hanya terhadap patung atau boneka.