Liputan6.com, Jakarta Eropa tengah mengalami lonjakan kasus yang cepat akibat kehadiran varian baru COVID-19 EU.1.1. Selain itu, Amerika Serikat juga mencatat bahwa setidaknya ada 1,7 persen kasus COVID-19 yang disebabkan oleh varian tersebut.
Sementara itu, di Indonesia belum terdeteksi varian baru COVID-19 EU.1.1.
Baca Juga
"Kasus EU.1.1 belum ditemukan di Indonesia," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi pada Rabu (5/7/2023).
Advertisement
Nadia juga menjelaskan bahwa hingga kini, World Health Organization (WHO) belum mengkategorikan sebagai varian yang diwaspadai. Sampai saat ini, kata Nadia, WHO masih mengkategorikan EU.1.1 sebagai variant under monitoring (VUM) seperti mengutip Antara.
Varian kategori tersebut dicurigai memiliki karakteristik virus yang bisa memicu risiko atau gelombang COVID-19 berikutnya. VUM memiliki potensi naik kelas ke variants of interest atau variants of concern (VoC) atau yang diwaspadai.
Masyarakat Tetap Perlu Waspada dengan COVID-19
Pemerintah Indonesia memang telah mencabut status pandemi meski begitu masyarakat harus tetap waspada terhadap penyakit akibat virus SARS-CoV-2 itu.Â
"Pascapandemi perlindungan kesehatan tanggung jawab pribadi, setelah sebelumnya ada intervensi Pemerintah dalam hal protokol kesehatan," kata Nadia lagi.
Â
Â
Kasus COVID-19 Bisa Saja Naik di RI
Nadia mengatakan bahwa bisa saja kasus COVID-19 di Indonesia alami kenaikan. Namun, selama angka kematian dan fasilitas kesehatan masih bisa ditangani secara optimal, maka situasi itu bukan belum diklasifikasikan sebagai masalah kesehatan.
"COVID-19 saat ini sudah jadi penyakit yang bisa ditangani. Kalau kematian masih rendah, itu bukan masalah, pun dengan keterisian tempat tidur (BOR) selama masih mencukupi itu bukan masalah," katanya.
Â
Advertisement
Tentang EU.1.1
Peneliti sekaligus epidemiolog Global Health Security Policy Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman menyebutkan varian EU.1.1 atau XBB.1.5.26.1.1 adalah bagian dari keluarga Omicron XBB.1.5.Â
Dicky mengungkapkan bahwa Omicron XBB memang jadi varian yang masih mendominasi di dunia.
"EU.1.1 ini turunan atau asal muasalnya dari XBB.1.5 yang kita tahu sekarang mendominasi di dunia, dengan kemampuan untuk menginfeksi yang jauh lebih kuat. Paling kuat bahkan menembus pertahanan tubuh atau imunitas," ujar Dicky.
Â
Belum Ada Potensi Perburukan
Menurut Dicky, munculnya varian baru seperti EU.1.1 dan terjadinya peningkatan kasus yang terdeteksi di negara-negara maju belum menunjukkan adanya risiko perburukan untuk situasi terkait COVID-19.
"Secara umum, sebetulnya saya saat ini belum melihat ada potensi perburukan situasi global atau nasional. Meskipun, kasus infeksi meningkat terutama di negara dengan kemampuan deteksi dini genome sequencing yang masih dijaga seperti di negara maju," kata Dicky.
Advertisement