Sukses

Penjelasan Soal Spora Antraks yang Bisa Bertahan hingga Puluhan Tahun di Dalam Tanah

Sebuah cuitan di media sosial Twitter membahas terkait spora antraks yang bisa bertahan hingga puluhan tahun di dalam tanah. Sontak, sebagian warganet pun mempertanyakan soal kebenarannya.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah cuitan di media sosial Twitter membahas terkait spora antraks yang bisa bertahan hingga puluhan tahun di dalam tanah. Sontak, sebagian warganet pun mempertanyakan soal kebenarannya.

Cuitan itu muncul usai muncul kabar tiga orang di Gunungkidul, Yogyakarta meninggal dunia akibat terinfeksi antraks. Ada pula 93 orang lainnya yang dinyatakan positif antraks.

Lantas, benarkah spora antraks bisa bertahan hingga puluhan tahun?

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Dr Imran Pambudi mengungkapkan bahwasanya hal tersebut benar adanya.

Bakteri penyebab antraks yang kontak dengan udara memang akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap lingkungan dan bahan kimia tertentu.

"Bakteri penyebab antraks ini bila kontak dengan udara itu akan membentuk spora, dimana spora ini fungsinya sebagai pelindung," ujar Imran dalam acara konferensi pers bersama Kemenkes RI, Kamis (6/7/2023).

"Sehingga bakteri yang ada di dalam spora ini akan sulit untuk mati, karena dia terlindungi dengan spora, dan ini bisa bertahan hingga puluhan tahun di dalam tanah," sambung Imran.

Antraks: Penyakit Zoonosis

Imran menjelaskan, antraks adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Umumnya, antraks akan menyerang hewan-hewan herbivora seperti sapi, kambing, domba, dan lain-lain.

"Yang penting, penyakit ini bisa menular kepada manusia," kata Imran.

Antraks sendiri terbagi menjadi empat tipe yakni antraks kulit, antraks saluran pencernaan, antraks paru-paru, dan antraks injeksi.

"Nah, yang paling bahaya itu antraks tipe paru-paru. Dia case fatality rate-nya itu mencapai 80 persen," ujar Imran.

2 dari 4 halaman

Proses Transmisi Antraks dari Tanah ke Hewan dan Manusia

Lebih lanjut Imran mengungkapkan bahwa transmisi antraks dari tanah ke hewan dan kemudian menginfeksi manusia terjadi dalam beberapa tahapan.

Pertama, bakteri Bacillus anthracis mulanya berubah menjadi spora di dalam tanah dan rerumputan. Bakteri kemudian bisa bertahan hidup hingga lebih dari 40 tahun.

"Kemudian (kedua), spora ini bisa masuk-masuk ke manusia. Masuk lewat luka pada tubuh, makan, minum dengan yang punya kandungan spora tadi," kata Imran

"Bakteri ini juga bisa dimakan oleh hewan dimana nanti hewan yang sakit dikonsumsi oleh manusia. Jadi ada dua, bisa langsung dari tanah sendiri. Bisa juga masuknya melalui hewan yang sakit," tambahnya.

3 dari 4 halaman

Pentingnya Penanganan Intensif untuk Hewan Positif Antraks

Berkaitan dengan proses transmisi antraks, Imran menegaskan soal pentingnya penanganan intensif untuk hewan positif antraks. Sebab, saat hewan positif antraks mati, sporanya bisa bertahan di tahan.

"Pada saat hewannya mati, itu nanti sporanya waktu di kubur, itu juga akan masuk lagi (ke tanah). Jadi memang ini perlu penanganan yang lebih intensif lagi," ujar Imran.

4 dari 4 halaman

Penanganan yang Tepat untuk Hewan Antraks

Dalam kesempatan yang sama, turut hadir Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan), Dr drh Nuryani Zainuddin dengan pendapat selaras.

Menurut Nuryani, sapi atau hewan lainnya yang positif antraks tidak boleh dibedah atau dibuka. Artinya, saat sudah terinfeksi dan mati, sapi harus dibakar atau dikubur untuk mencegah penularan.

"Harus dibakar atau dikubur untuk mencegah penularan, karena ketika dibedah spora akan keluar, spora akan masuk ke dalam tanah dan bertahan selama puluhan tahun," kata Nuryani.