Liputan6.com, Jakarta Impotensi atau disfungsi ereksi adalah gangguan reproduksi pria yang risikonya bertambah tinggi seiring bertambahnya usia.
Disfungsi ereksi (DE) merupakan kondisi di mana alat kelamin pria mengalami gangguan sehingga tidak dapat melakukan ereksi atau tidak dapat mempertahankan ereksi untuk mendapatkan hubungan intim yang memuaskan.
Baca Juga
Derajat disfungsi ereksi beragam, mulai dari gangguan minimal terhadap ereksi hingga tidak bisa ereksi sama sekali. Pada kasus ini, kebanyakan pria merasa malu untuk memeriksakan diri dan menimbulkan banyak masalah mulai dari kehidupan seksual hingga kesehatan mental.
Advertisement
Faktanya disfungsi ereksi adalah sebuah penyakit yang bisa dikeluhkan semua pria, karena risiko penyakit ini akan semakin tinggi seiring Anda bertambah tua.
“Oleh karena itu, sudah sebaiknya kita untuk terus waspada dan siap tanggap untuk segera memeriksakan diri ketika mulai merasakan gejalanya,” kata dokter spesialis urologi Eka Hospital BSD Dyandra Parikesit dalam keterangan pers.
Menurut Dyandra, ada beberapa faktor yang harus diketahui yang dapat meningkatkan risiko untuk mengalami disfungsi ereksi, serta apa saja dampak dari disfungsi ereksi pada kesehatan fisik serta mental.
Faktor Penyebab Disfungsi Ereksi
Meski disfungsi ereksi akan menjadi semakin umum saat pria bertambah tua, ada beberapa hal yang diketahui dapat meningkatkan risiko untuk terkena penyakit ini. Beberapa faktor risikonya adalah:
- Stres dan kelelahan
- Gangguan hormon
- Gangguan pada pembuluh darah
- Obesitas
- Kurang berolahraga
- Merokok
- Konsumsi minuman beralkohol
- Konsumsi obat-obatan tertentu
- Riwayat penyakit tertentu.
Bahaya Disfungsi Ereksi
Biasanya, disfungsi ereksi yang terjadi selama beberapa waktu tidak berbahaya dan bisa diatasi dengan beberapa pengobatan dan terapi.
Namun jika disfungsi ereksi berlangsung dalam waktu yang lama dan tidak kunjung pulih, itu bisa menandakan adanya suatu penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes, sumbatan pada pembuluh darah, kanker, hingga gangguan mental kronis.
Disfungsi ereksi juga dapat menyebabkan permasalahan antar pasangan dan tak jarang mengganggu hubungan dan kebutuhan reproduksi baik untuk pasangan dan diri sendiri.
Advertisement
Banyak Pria Enggan Bercerita
Sayangnya, masih banyak pria yang enggan untuk menceritakan dan memeriksakan disfungsi ereksi yang mereka alami.
Ini karena masalah gangguan reproduksi seringkali dipandang sebelah mata dan kerap menyebabkan rasa malu pada pengidapnya hingga akhirnya mereka menyembunyikan gangguan tersebut.
“Disfungsi ereksi adalah penyakit yang bisa ditangani dengan pengobatan dari dokter, maka dari itu jangan merasa malu untuk mendiskusikan hal ini kepada pasangan serta dokter urologi terkait,” ujar Dyandra.
“Dengan mengidentifikasi penyebab disfungsi ereksi, Anda bisa mengatasi permasalahan tersebut dengan lebih cepat dan kembali dalam menjalani kehidupan seksual yang sehat bersama dengan pasangan Anda,” tambahnya.
Mengobati Disfungsi Ereksi
Pada pengobatan disfungsi ereksi, ada beberapa obat serta terapi lain yang bisa dilakukan. Ini tergantung pada permasalahan utama yang menyebabkan disfungsi ereksi tersebut.
Sebelum memulai pengobatan, dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk mengidentifikasi penyebab dari disfungsi ereksi, sehingga dokter akan menanyakan riwayat obat-obatan hingga gaya hidup yang dijalankan pasien.
Setelah itu, dokter dapat merekomendasikan beberapa upaya seperti:
- Meresepkan obat-obatan
- Injeksi obat
- Terapi Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT)
- Terapi hormon
- Injeksi intrakavernosa
- Penggunaan alat bantu pompa vakum ereksi.
Dokter juga dapat merekomendasikan untuk melakukan sesi terapi dengan psikolog jika dirasa gangguan disfungsi ereksi disebabkan karena masalah mental.
“Namun jika disfungsi ereksi Anda disebabkan karena masalah kesehatan serius seperti tekanan darah tinggi dan diabetes, maka Anda mungkin akan melakukan penanganan lebih lanjut bersama dengan dokter terkait dalam menangani permasalahan tersebut,” pungkas Dyandra.
Advertisement