Sukses

Studi: BPA Tingkatkan Risiko Obesitas pada Anak-Anak dan Remaja di Amerika Serikat

BPA yang jamak ditemui dalam kemasan pangan di pasaran ternyata dapat menimbulkan dampak buruk untuk kesehatan, khususnya untuk anak-anak dan remaja.

Liputan6.com, Jakarta Bisphenol A atau BPA yang jamak ditemui dalam kemasan pangan di pasaran ternyata dapat menimbulkan dampak buruk untuk kesehatan, khususnya untuk anak-anak dan remaja. Studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari New York University School of Medicine dan diterbitkan dalam Journal of American Medical Association pada 2012 silam menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kadar BPA yang tinggi terhadap meningkatnya obesitas di Amerika Serikat.

Berkaitan dengan itu, seorang analis riset senior dari Environmental Working Group (EWG), Sonya Lunder pun mempertanyakan pendekatan yang dilakukan Food and Drug Administration (FDA) terhadap regulasi BPA di tengah banyaknya masalah kesehatan yang terkait dengan paparan BPA tersebut.

"FDA belum memberlakukan pembatasan penggunaan BPA dalam kemasan makanan, minuman, dan susu formula bayi," ucapnya.

"Penelitian yang dilakukan tim peneliti dari New York University School of Medicine menjelaskan peran potensial BPA dalam krisis obesitas pada anak yang terus meningkat di Amerika, sebuah keadaan darurat kesehatan masyarakat yang serius," jelas Lunder.

Untuk itu, Lunder meminta agar FDA dapat mengambil tindakan segera guna mengatasi salah satu penyebab obesitas, yakni BPA.

"Pelarangan penuh BPA dari sistem pangan nasional di Amerika, dimulai dengan susu formula bayi, sehingga ini dapat membantu meringankan masalah kesehatan," ujarnya.

2 dari 3 halaman

Harus Ada Respons Komprehensif

Lunder menekankan agar adanya regulasi BPA yang lebih ketat guna merespons secara komprehensif risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh BPA.

"Dalam sebuah perkembangan yang signifikan, FDA telah mengumumkan pada Juli 2011 bahwa BPA tidak lagi diizinkan dalam botol bayi, gelas plastik keras, dan kaleng susu formula. Namun, langkah ini dianggap memiliki dampak yang terbatas pada kesehatan anak-anak," jelasnya.

"Sebelum ada keputusan FDA, protes publik dan undang-undang tingkat negara bagian telah mengarah kepada penghapusan BPA dari seluruh kemasan pangan. Jadi, meskipun keputusan FDA merupakan langkah positif, keputusan tersebut belum cukup," tambah Lunder.

Sebagai informasi, walaupun BPA telah dihapuskan dari produk-produk tertentu, sumber utama paparan BPA bagi sebagian besar orang Amerika Serikat berasal dari kemasan pangan mereka. Pasalnya, lapisan epoksi yang digunakan untuk melapisi kaleng susu formula bayi dan sebagian besar kaleng makanan dan minuman aluminium yang dijual di Negara Paman Sam tersebut mengandung BPA.

Dengan kata lain, meski telah ada upaya untuk membatasi BPA pada barang-barang tertentu, paparan yang lebih luas melalui kemasan pangan tetap menjadi perhatian yang signifikan.

3 dari 3 halaman

Timbulkan Masalah Kesehatan Signifikan

Bisphenol A merupakan bahan kimia yang kerap digunakan dalam berbagai jenis kemasan makanan. BPA menjadi sangat berbahaya karena bahan tersebut mudah larut ke dalam cairan.

Sifatnya yang mudah larut tersebut pun dapat menimbulkan masalah kesehatan yang signifikan. Pasalnya, bahan kimia tersebut dapat masuk ke dalam tubuh manusia saat mengonsumsi cairan yang diwadahi oleh kemasan mengandung BPA.

Selain berkaitan dengan obesitas, paparan BPA juga berdampak buruk bagi kesehatan tubuh lainnya, seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes. Selain itu, ada pula korelasi antara BPA dengan masalah kesuburan pada pria dan wanita, serta sindrom ovarium polikistik.

Temuan yang ditunjukkan oleh tim peneliti dari New York University School of Medicine tersebut memberikan bukti nyata bahwa potensi bahaya untuk kesehatan tubuh yang ditimbulkan jika seseorang, terutama anak-anak terpapar BPA.

 

(*)

Video Terkini