Liputan6.com, Jakarta - Tak semua orang bisa dengan jelas menyadari luka batin yang dimiliki, termasuk saat sudah menjadi ibu. Terkadang, luka batin mengendap dan bermanifestasi menjadi tindakan yang berisiko menyakiti orang lain, salah satunya anak.
Berkaitan dengan hal itu, psikolog klinis Alsi Mega Marsha Tengker atau yang akrab disapa Caca Tengker punya saran terkait proses penyembuhan luka batin ketika sudah menjadi ibu.
Baca Juga
Menurut adik Nagita Slavina ini, proses penyembuhan luka batin sebaiknya diawali dengan lebih dulu punya kesadaran. Hal tersebut lantaran seringkali banyak yang memilih untuk denial (mengelak) dengan luka batin yang dimiliki.
Advertisement
"Proses (penyembuhan luka batin) nomor satu adalah kesadaran, karena seringkali saat kita masih punya luka, enggak ada yang support, memang rasanya berat. Tapi kadang-kadang kita sendiri suka denial," ujar Caca Tengker saat konferensi pers bersama Betadine ditulis Jumat, (14/7/2023).
"Suka 'Enggak ah, tapi aku enggak apa-apa, aku bergerak maju saja. Enggak apa-apa, aku kuat, aku hebat'. Iya, kamu kuat, kamu hebat. Tapi it's okay lho buat menjadi lemah juga," sambungnya.
Izinkan Diri Sendiri Merasa Lemah
Caca Tengker mengungkapkan bahwa penting untuk membiarkan diri sendiri merasa terluka. Dari sadar akan luka tersebutlah, seseorang dinilai bisa mulai belajar untuk mengatasinya.
"Kita ini manusia, bukan yang paling sempurna. Jadi kalau misalnya kita tidak mengizinkan diri kita untuk membuat kesalahan atau merasa terluka, kok rasanya juga kita bukan manusia, sudah jadi robot," kata Caca Tengker.
Kemauan untuk Mengobati Luka Dimulai dari Sadar
Lebih lanjut Caca Tengker mengungkapkan bahwa saat sudah sadar jikalau punya luka batin, maka biasanya akan muncul pula kemauan untuk merawat luka.
"Ketika kita menyadari ada luka batin, di situ baru kita ada kemauan untuk merawat luka tersebut. Dibilang luka tersebut pasti hilang, enggak. Tapi kalau luka itu enggak dirawat, dia bisa borok, bisa makin dalam. (Menjalar) kemana-mana karena lukanya enggak dirawat," ujar Caca Tengker.
Caca Tengker menambahkan, penting pula untuk mengingat bahwasanya proses merawat luka bukanlah hal yang nyaman. Seraya merawat luka fisik, rasa perih biasanya wajar untuk muncul. Â
"Merawat luka itu tapi juga enggak nyaman lho, ada perihnya dikit. Kayak kalau kita lagi basuh luka, itu pasti ada perihnya," kata Caca Tengker.
"Tapi seenggaknya ketika itu bersih, kita ngasih kesempatan untuk luka itu sembuh, walaupun mungkin ada bekasnya. Sama, ketika kita punya batin, kita harus berproses walaupun prosesnya menyakitkan."
Advertisement
Bahaya Membiarkan Luka Batin Tidak Sembuh
Menurut Caca Tengker, saat seseorang membiarkan luka batin begitu saja tanpa dirawat atau disembuhkan, bukan tak mungkin luka yang dimiliki akan menyakiti orang lain seperti anak sendiri.
"Kita memberikan waktu untuk luka itu terawat, bukan dibiarkan begitu saja, karena ketika kita masih terus merasa terluka ketika kita sudah jadi ibu, mungkin banget lho kita melukai anak kita juga secara tidak sadar," ujar Caca Tengker.
"Kita enggak sadar kalau kita ternyata terluka waktu kecil kalau dimarahi karena orangtua kita sibuk padahal kita cuma minta perhatian, misalnya gitu. Tapi ujung-ujungnya karena kita enggak menyadari luka itu, pas kita lagi sibuk, kita juga jadi marah-marah ke anak," sambungnya.
Sadari Jikalau Luka Harus Tetap Dirawat
Sehingga, Caca Tengker mengungkapkan bahwa jika hendak mengobati luka secara spesifik, ia menganjurkan untuk konsultasi dengan profesional. Namun, secara umum, hal-hal di ataslah yang dianjurkan.
"Jadi kalau mau ngomong soal luka, spesifiknya, untuk mengolah itu baiknya ke profesional. Tapi ya secara umumnya, luka harus tetap dirawat," pungkas Caca Tengker.
Advertisement