Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis saraf Yeremia Tatang yang menangani David Ozora Latumahina selama lebih dari 40 hari di RS Mayapada Kuningan Jakarta tak bisa memprediksi pemulihan pasien remaja itu ke depannya.
"Kan Anda punya analisa dan bisa memprediksi dari progres yang ada, lalu dari progres yang ada kira-kira seperti apa (ke depannya)?" tanya Hakim Ketua Alimin Ribut ke Yeremia Tatang dalam persidangan di PN Jakarta Selatan (20/7/2023).
Baca Juga
Menjawab pertanyaan tersebut, Yeremia Tatang mengatakan dirinya tak bisa memprediksi. Lantaran, perbaikan kondisi David Ozora saat ini saja sudah mukjizat Tuhan.
Advertisement
"Terus terang, saya tidak bisa memprediksi berapa persen Yang Mulia. Anak ini membaik saja mukjizat," tutur Yeremia Tatang.
Yeremia Tatang mengungkapkan bahwa di hari pertama masuk rumah sakit usai mendapatkan kekerasan dari Mario Dandy, kondisi David Ozora tidak bagus.
"Kondisi koma, tidak ada respons sama sekali dan tidak merespons sama sekali terhadap rangsangan," jelas Yeremia Tatang.
Lalu, di minggu ketiga dan keempat perawatan di rumah sakit hanya bisa membuka mata dan berontak. Padahal, semua terapi terbaik sudah diberikan.
"Baru di minggu keempat setelah diberikan terapi stemcell ada perbaikan gejala," kata pria lulusan Universitas Padjadjaran itu.
Sehingga, untuk memprediksi kondisi David Ozora ke depan, Yeremia Tatang mengaku tidak mengetahui dengan pasti.
"Untuk sekarang, memprediksi masa depan cukup sulit. Berapa lama proses recovery saya tidak tahu," ungkapnya jujur.
David Ozora Alami Kerusakan Saraf di Otak
Hasil MRI menunjukkan bercak putih pada jembatan yang menghubungkan otak kiri dan kanan atau corpus callosum David Ozora.
"Bercak putih itu menunjukkan adanya saraf rusak," jelas Yeremia.
Setelah 40 hari mendapatkan perawatan di rumah sakit, bercak putih tersebut masih ada meskipun mengecil. Apakah bisa sembuh?
"Emm masing-masing pasien berbeda-beda. Ibarat mengalami luka pasti ada bekas luka. Namun, tiap orang berbeda ada yang hampir sembuh sempurna dan ada yang menetap," terang Yeremia.
Â
Â
Â
Advertisement
Tidak Bisa Kembali 100 Persen seperti Dulu
Yeremia menerangkan bahwa otak ibarat gardu PLN yang penuh listrik. Apabila pernah meledak maka ada bekas kebakaran. Otomatis gardu tersebut tidak bisa berfungsi 100 persen seperti semula.
"Nah, kalau ada luka dan bekas luka di corpus callosum maka koneksi otak kiri dan kanan tidak akan seperti orang normal," katanya.