Sukses

Menkes Budi Berantas 4 Jenis Bullying pada Dokter, Banyak Korban Stres Berat

Ada 4 jenis bullying yang dialami dokter dengan kondisi korban yang kebanyakan mengalami stres berat.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin berkomitmen memberantas perundungan (bullying) di dunia kedokteran. Apalagi praktik bullying antara senior ke junior maupun pengajar ke peserta didik calon dokter spesialis sudah mengakar bertahun-tahun lamanya.

“Kalau saya tanya ke pimpinan, selalu dijawab tidak ada (bullying dokter). Kalau ditanya di bawah, banyak orang tua mahasiswa kedokteran bilang, Ya ampun Pak, itu kenapa anak saya diginiin?” ungkapnya saat memberikan keterangan pers terkait ‘Peraturan Bullying dalam UU Kesehatan’ di Gedung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Jakarta pada Kamis, 20 Juli 2023.

“Memang secara sistematis terdapat keengganan untuk mengakui bahwa (perundungan) masih ada. Padahal, kalau kita tanya, banyak peserta didik yang hampir semuanya ngomong.”

Jenis Bullying yang Dialami

Demi memutus rantai perundungan di kalangan dokter, Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.02.01/Menkes/1512/2023 Tentang Pencegahan Dan Penanganan Perundungan Terhadap Peserta Didik Pada Rumah Sakit Pendidikan Di Lingkungan Kementerian Kesehatan baru saja terbit. 

Regulasi di atas turut menyertakan 4 jenis bullying yang kerap dialami peserta didik dokter. Keempat jenis bullying, sebagai berikut:

1. Perundungan fisik

Tindakan memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, termasuk memeras dan merusak barang milik orang lain serta pelecehan seksual.

2. Perundungan verbal

Tindakan perundungan berupa mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama lain (name-calling), sarkasme, mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, dan menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya.

2 dari 4 halaman

Perundungan Siber sampai Non Verbal

3. Perundungan siber (Cyber Bullying)

Tindakan menyakiti atau melukai hati orang lain menggunakan media elektronik seperti menyampaikan berita atau video yang tidak benar dengan tujuan memprovokasi atau mencemarkan nama baik orang lain.

4. Perundungan non fisik dan non verbal lainnya

Tindakan mengucilkan, mengabaikan, mengirimkan surat kaleng (blackmailing), memberikan tugas jaga di luar batas wajar, meminta pembiayaan kegiatan kurikuler, ekstrakurikuler, atau pengeluaran lainnya di luar biaya pendidikan yang telah ditetapkan.

3 dari 4 halaman

“Buat Saya, Ini Early Warning”

Menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin, laporan perundungan terhadap dokter-dokter junior ini seperti peringatan dini (early warning). Terlebih lagi, sampai ada ketakutan untuk melapor.

“Buat saya, ini early warning. Kalau sampai di lingkungan tertentu, orang sudah tidak berani ngomong karena takut, itu sudah tidak sehat,” tuturnya.

Early warning ini yang membuat kita, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) jadi ingin lebih serius – memutus bullying – kemudian kita panggil – korban-korbannya buat ngomong.”

4 dari 4 halaman

Korban Dokter Stres Berat

Dari hasil wawancara Kemenkes dengan beberapa korban dokter yang mengalami perundungan, kebanyakan dari mereka rupanya stres berat.

“Peserta pendidikan yang kita interview ternyata yang bersangkutan stres berat. Nah, dari situ kita tanya, berat sekali kerjanya, bukan hanya berat secara fisik, tetapi secara mental juga berat,” ungkap Menkes Budi Gunadi Sadikin.

“Sekarang juga kita mulai memanggil kan dan kita menemukan bahwa praktik perundungan ini, baik untuk dokter umum, pendidikan dokter umum, spesialis yang sudah terjadi puluhan kali menyebabkan kerugian, bukan hanya mental tapi fisik dan juga finansial bagi peserta didik.”

Alasan Perundungan untuk Membentuk Karakter

Terjadinya perundungan ini, lanjut Budi Gunadi Sadikin, biasanya digunakan dengan alasan, bahwa kita mesti membentuk karakter dokter-dokter mudanya

“Saya setuju dengan karakter dokter-dokter mudanya itu harus dibentuk, tapi dibentuk bukan dengan kekerasan, melainkan harus dibutuhkan rasa empatinya, sayang kepada pasien, cara komunikasi yang penting,” ucapnya.