Sukses

Muhadjir Effendy Miris, Rumah Sakit di Pelosok Minim Tenaga Medis

Dalam berbagai kunjungan ke pelosok daerah, banyak rumah sakit minim tenaga medis.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy mengajak seluruh jajaran yang terkait dengan layanan rumah sakit untuk bersama terus menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

Dalam hal ini, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) sebagai entitas penting harus turut terlibat aktif dalam proses penyusunan undang-undang yang dilakukan oleh Pemerintah.

Upaya itu perlu dilakukan mengingat ARSSI sebagai asosiasi yang menaungi rumah sakit di seluruh Indonesia memiliki data dan persoalan riil yang dihadapi di daerah.

“ARSSI harus bisa masuk pada ranah-ranah itu. Merekomendasikan kebijakan yang dapat disesuaikan dan betul-betul dibutuhkan oleh daerah," kata Muhadjir saat membuka acara 'Seminar Nasional ke-X dan Healthcare Expo ke-VIII' di The Ritz Carlton Mega Kuningan Jakarta pada Rabu, 26 Juli 2023.

"Jangan one side for all, jangan Jakarta sentris, jangan Jawa sentris. Harus memerhatikan segala wilayah,” ujar Muhadjir.

Rumah Sakit Minim Tenaga Medis

Persoalan Jakarta sentris dan Jawa sentris ini lantaran banyak kunjungan Muhadjir di berbagai pelosok negeri masih menemui layanan kesehatan dan kondisi rumah sakit yang minim dengan tenaga medis.

"Fasilitasnya juga minim. Kondisi ini perlu direspons juga oleh asosiasi sebagai bagian dari aktualisasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat semua daerah di Indonesia," lanjutnya.

2 dari 4 halaman

Maknai Nilai-nilai Profesionalisme Tenaga Medis

Dalam kesempatan itu, Muhadjir Effendy juga mengajak para peserta yang hadir untuk kembali memaknai nilai-nilai profesionalisme tenaga medis sebagai penyemangat untuk terus memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat seperti nilai expertise (keahlian), social responsibility (tanggung jawab sosial) hingga corporateness (korporasi).

“Nilai-nilai ini telah banyak menginspirasi dan menjadi contoh profesi lain, termasuk saya. Ini harus menjadi kebanggaan dan terus dijadikan pedoman bagi para tenaga medis,” ucapnya.

Selepas acara pembukaan, Menko Muhadjir diperlihatkan berbagai macam pameran alat-alat kesehatan yang diikuti oleh sekitar 30 stan dari perbankan, asuransi kesehatan, rumah sakit, dan industri farmasi lainnya.

3 dari 4 halaman

Tema Peningkatan Mutu Layanan

Sebagai informasi, seminar dan pameran yang bertema “Kebijakan Transformasi Kesehatan sebagai Upaya Peningkatan Mutu Layanan Kesehatan di Indonesia” ini akan berlangsung selama tiga hari ke depan.

Kegiatan akan diikuti oleh lebih dari 170 peserta dari pengelola rumah sakit, perawat hingga dokter anggota ARSSI dari berbagai rumah sakit di seluruh Indonesia.

Tampak hadir juga dalam acara itu, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena, Deputi Direksi Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Regulasi BPJS Kesehatan Siswandi, perwakilan dari Kementerian Kesehatan, Dewan Penasehat dan Pengawas ARSSI Hasmoro.

Kemudian Dewan Penasehat dan Pengawas ARSSI Susi Setiawaty, Ketua Umum ARSSI Pusat Iing Ichsan Hanafi, Sekretaris Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Tri Hesty Widyastoeti, serta Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany.

4 dari 4 halaman

Jumlah Dokter Spesialis Terbatas

Disparitas pemenuhan dokter spesialis masih terjadi di seluruh Indonesia. Akibatnya, dengan perhitungan target rasio 0,28 banding 1.000, maka saat ini Indonesia masih kekurangan sekitar 30.000 dokter spesialis.

Hal ini ditegaskan oleh Dirjen Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Arianti Anaya pada 'Webinar Urgensi Pendidikan Terintegrasi untuk Pemerataan Pelayanan Kesehatan' yang diselenggarakan Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK-FKKMK) Universitas Gadjah Mada, Sabtu (8/4/2023).

“Kita membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk memenuhi jumlah dokter spesialis tersebut dengan asumsi jumlah penyelenggara prodi dokter spesialis sebanyak 21 dari 92 fakultas kedokteran dengan menghasilkan lulusan spesialis sekitar 2.700 tiap tahun,” papar Ade, sapaan akrabnya.

Selain kekurangan jumlah dokter spesialis, saat ini persebarannya pun belum merata karena 59 persen masih berada di Pulau Jawa. Sementara wilayah Indonesia bagian timur jumlah dokter spesialis masih terbatas.

Video Terkini