Liputan6.com, Jakarta - Setelah 10 tahun menyewa rumah yang disulap menjadi tempat singgah para pasien kanker anak, Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) kini punya fasilitas gedung sendiri yang akan menjadi pusat dukungan bagi anak pengidap kanker di Indonesia.
Graha YOAI yang terletak di kawasan Tomang, Jakarta Barat dan diresmikan pada Rabu 26 Juli 2023 dibangun dari hasil donasi pelanggan Indomaret dan memperoleh hibah tanah dari Yayasan Kursi Putih.
Baca Juga
Apabila dulu hanya berfungi sebagai 'rumah singgah' bagi pasien yang tengah berobat serta pendampingnya, bangunan baru yang terdiri dari tiga lantai ini bakal menjadi pusat kegiatan bagi pasien maupun penyintas kanker anak.
Advertisement
Dukungan Terhadap Anak Pengidap Kanker
Ketua YOAI, Rahmi Adi Putra Tahir, mengatakan, dengan adanya fasilitas gedung baru, Yayasan Onkologi Anak Indonesia berkomitmen untuk terus meningkatkan dukungan kepada anak-anak pengidap kanker.
Mulai dari bantuan pengobatan, rumah singgah, konseling psikologis, sampai anak-anak sembuh dan siap kembali ke lingkungan mereka.
Dijelaskan Rahmi bahwa dukungan bagi pasien kanker anak tidak sebatas pengobatan. Apalagi saat ini pengobatannya mayoritas dijamin BPJS Kesehatan.
"Yang lebih dibutuhkan oleh pasien dan keluarganya justru bantuan di luar pengobatan, seperti rumah singgah yang nyaman mengingat mereka kebanyakan pasien dari daerah yang harus menjalani pengobatan panjang di RS Kanker Dharmais atau RSAB Harapan Kita," katanya.
Graha YOAI untuk Pasien Kanker Anak
Graha YOAI menyediakan 15 tempat tidur untuk pasien kanker anak dan pendampingnya yang tengah berobat. Pihak YOAI bahkan menyediakan fasilitas antar jemput ke rumah sakit, dan kebutuhan pokok.
"Di sini, anak-anak juga bisa menggunakan fasilitas bermain dan belajar, dan rutin kami sediakan waktu untuk konseling dengan psikolog dokter," kata Rahmi.
"Pengobatan kanker yang panjang dan menyakitkan membuat anak-anak rentan mengelami depresi, sehingga kami mengupayakan mereka bisa tetap bahagia, bisa tetap bermain dan belajar di sini," ujarnya.
Anak-Anak Penyintas Kanker Memiliki Hak yang Sama seperti Anak Lainnya
Diah Sukma Permata Riani dari Yayasan Kursi Putih (KUPU) menambahkan bahwa Yayasan KUPU memiliki visi meningkatkan kualitas anak Indonesia dan membangun karakter anak bangsa yang mencintai negaranya, dan membantu anak Indonesia mengembangkan potensi dirinya. Serta membangun generasi muda berkualitas yang mampu bersaing di tingkat Internasional.
"Anak-anak penyintas kanker pun memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk dapat berprestasi meskipun memiliki hambatan, biasanya efek pengobatan jangka panjang di mana mereka dapat tertinggal secara sosial dan pendidikan, atau bahkan menjadi cacat," katanya.
"Visi YOAI sejalan dengan misi kami, mendorong dan memberikan motivasi dan juga sarana agar penyintas kanker anak dapat hidup normal bahkan berprestasi seperti anak-anak lainnya," ujarnya.
Advertisement
Anak Penyintas Kanker Berisiko Alami Malanutrisi
Anak penyintas kanker berisiko mengalami malanutrisi dan kekambuhan dalam jangka panjang. Sehingga pemberian nutrisi yang baik sangat penting dalam menjaga kesehatan penyintas kanker.
Hal tersebut disampaikan dokter spesialis anak konsultan nutrisi dan penyakit metabolik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI RSCM), dr Yoga Devaera dalam Serial Webinar Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) pada Sabtu, 7 Januari 2022.
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa dibandingkan dengan anak yang tidak punya penyakit kanker, penyintas kanker anak memiliki risiko mengalami penyakit tidak menular dan risiko kambuh (relaps), yaitu munculnya kanker sekunder yang jenisnya berbeda dari yang sebelumnya.
Misalnya saja penyintas kanker leukemia memiliki risiko mengalami kanker kulit, kanker otak, dan lain-lain
"Kanker menyebabkan anak rentan mengalami malanutrisi, baik gizi lebih atau gizi buruk. Kanker dan efek pengobatannya dapat menekan nafsu makan, atau nafsu makannya meningkat," kata Yoga.
Selain itu, lanjut Yoga, kanker dan pengobatan menyebabkan gangguan hormonal terutama tiroid yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Lantas, apakah ada pantangan makanan bagi penyintas kanker anak? Menurut Yoga faktor genetik dan gaya hidup seperti status gizi, kebiasaan makan, dan aktivitas fisik ikut memengaruhi terjadinya kanker sekunder.
Sehingga, lanjut Yoga, beberapa makanan memang perlu dibatasi. Sebut saja ultra prosessed food atau makanan yang sudah mengalami proses pengolahan yang panjang.
"Makanan ini umumnya memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi," ujarnya.