Liputan6.com, Jakarta Kabar pilu datang dari Michelle Ashley, anak Pinkan Mambo yang kini berusia 17 tahun. Dirinya menjadi korban pelecehan seksual dari ayah tirinya yang merupakan suami sang ibu.
Sejak 2018 hingga 2021, Michelle Ashley bungkam menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan Steve Wantania. Michelle Ashley mengaku sudah sempat menceritakan hal itu pada Pinkan Mambo.
Baca Juga
Menurut cerita Michelle Ashley, sang ibu tidak terlalu membelanya. Tersirat justru menyalahkan anaknya karena tak bisa berkutik saat kejadian berlangsung.
Advertisement
"Selama ini aku sudah tutupi dan ada kejadian juga dimana mami aku sudah kasih aku too much pressure (terlalu banyak tekanan). Dimana dia kayak salahin aku atas kejadiannya," ujar Michelle Ashley melalui podcast yang diunggah dalam kanal YouTube Nadia Alaydrus pada Rabu, 26 Juli 2023.
Michelle Ashley mengungkapkan bahwa pelecehan seksual pertama yang dilakukan oleh Steve Wantania padanya terjadi ketika ia masih berusia 12 tahun.
"Pas pertama kali kejadiannya aku benar-benar shock dan aku kayak froze (membeku) karena shock dengan situasinya, karena di situ aku juga gak ngerti tentang hal-hal kayak gitu," kata Michelle Ashley.
"Aku mau ngomong sama mami aku atau sama yang lain juga takut jadinya, karena aku jadi ngerasa malu atau regret (menyesal) kenapa aku gak minta tolong saja sama yang lain. Kenapa malah diam doang," sambungnya.
Menurut Michelle Ashley, dirinya tidak menceritakan hal traumatis itu lantaran merasa takut. Belum lagi, tidak ada orang yang bisa dipercaya kala itu.
"Aku diam doang karena takut, dan aku juga enggak ada orang untuk bisa aku percaya," ujar anak Pinkan Mambo itu.
Penyebab Korban Pelecehan Seksual Tak Bisa Berkutik
Seperti pengakuannya, Michelle Ashley merasa dirinya tak bisa berkutik saat kejadian. Tubuhnya seolah membeku (freeze) dan tak bisa melakukan apa pun.
Michelle Ashley bukanlah satu-satunya korban pelecehan seksual yang pernah merasakan hal tersebut. Banyak korban pelecehan seksual yang memang tidak bisa berkutik dan tubuhnya membeku.
Kriminolog sekaligus woman and child counselor Haniva Hasna atau yang akrab disapa Iva mengungkapkan bahwa ketika berada dalam kondisi berbahaya atau traumatis, biasanya tubuh akan memberikan respons secara alami berupa melawan (fight), melarikan diri (flight), atau membeku (freeze).
"Nah, kondisi tubuh yang tiba-tiba membeku ketika merasa terancam disebut dengan tonic immobility. Tonic immobility sering kali dialami oleh korban kekerasan atau pelecehan seksual," ujar Iva pada Health Liputan6.com, Sabtu (29/7/2023).
Advertisement
Tubuh Korban Pelecehan Seksual Berubah Jadi Kaku
Lebih lanjut, Iva mengungkapkan bahwa pada saat kejadian pelecehan seksual berlangsung, tubuh korban akan berubah menjadi kaku. Bahkan, korban bisa merasa seperti lumpuh dan pingsan seketika.
"Saat kejadian berlangsung, korban akan merasa tubuhnya seketika kaku dan sulit digerakan (lumpuh). Sehingga terkesan tidak memberikan perlawanan terhadap pelaku," kata Iva.
Iva menambahkan, tonic immobility terjadi dengan proses. Biasanya proses itu diawali dengan sebuah kesadaran jikalau ada ancaman atau situasi tidak aman.
"Selanjutnya, ada respons aktif untuk lari atau melawan. Namun karena takut yang terlalu besar malah justru membuat korban membeku atau mengalami kelumpuhan," ujar Iva.
"Bahkan pingsan sebagai respon dari ancaman yang ternyata tidak bisa dihindari. Lalu setelah sadar, korban akan diam dan menyesali kelumpuhannya."
Berhenti Salahkan Korban Pelecehan Seksual
Merujuk pada kondisi tonic immobility, Iva menegaskan bahwa penting untuk berhenti menyalahkan korban pelecehan seksual.
"Jadi, jangan pernah menyalahkan korban kenapa diam saja ketika terjadi kekerasan seksual, karena mereka pun ingin berteriak namun tidak mampu akibat kondisi ketakutan yang teramat sangat," pungkas Iva.
Advertisement