Sukses

Dekan FKUI soal Dokter Korban Bullying Diperas Uang: Pak Menkes, Tolong Buktikan Siapa Orangnya?

Laporan dokter korban bullying yang diperas uang, Menkes Budi Gunadi Sadikin diminta buktikan siapa orangnya.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu aksi perundungan (bullying) terhadap dokter, disebut ada yang harus mengumpulkan uang jutaan rupiah untuk berbagai keperluan, seperti untuk makan-makan dan menyiapkan kontrak rumah untuk seniornya. Hal ini diungkap Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin pada Kamis (20/7/2023).

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam menanggapi bahwa laporan bullying yang disampaikan Menkes Budi itu harus dibuktikan. Ia meminta kepada Budi Gunadi untuk mengungkapkan siapa saja orang yang dimaksud.

“Saya mohon maaf ya, artinya ini kan sesuatu yang 'kita mesti buktikan' gitu lho. Soal (uang) sewa segala macam, itu sebenarnya kan kalau saya bilang, ini udah pemerasan,” terangnya saat sesi ‘Media Group Interview mengenai Proses Etik Perundungan dalam Pendidikan Kedokteran’ ditulis Minggu (30/7/2023).

“Kalau memang itu terjadi, misalnya peserta didik Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) junior dimintain dana untuk sewa kos dan lainnya gitu, nah apa yang disampaikan oleh Pak Menteri (Menkes Budi) atau siapapun, tolong buktikan apa yang terjadi sebenarnya?”

Jangan Dikasih Seperti ‘Bola Liar’

Apabila diperlukan dapat pula kejadian itu dilaporkan ke polisi.

“Kita aja kalau ada orang minta duit di jalan Rp1.000 saja, itu udah pemerasan, apalagi kalau sampai ratusan ribu atau jutaan,” tegas Ari.

“Jadi menurut saya, artinya, jangan ini dikasih seperti ‘bola liar’ gitu, barangnya belum tentu ada, tapi seolah-olah ada. Kita sama-sama lah, kalau memang ini terjadi (dokter korban bullying dimintain uang), tolong sampaikan, ya anonim saja siapa itu orangnya, kita akan telusuri.”

2 dari 3 halaman

Korban Bullying Ada yang Dicaci Maki

Tak hanya soal uang, Menkes Budi Gunadi Sadikin juga menuturkan, ada dokter korban bullying yang dicaci maki di grup WhatsApp.

Merespons itu, Ari Fahrial Syam berpendapat, bentuk cacian dan makian seperti apa yang dimaksud. 

“Bentuk cacian itu bagaimana maksudnya. Ini yang artinya, kadang-kadang di dalam komunikasi mungkin bisa saja itu muncul. Ketika ada yang tersinggung dengan pernyataan seseorang akhirnya yang bersangkutan tidak nyaman,” ucapnya.

“Hal yang juga bisa terjadi dalam komunikasi, apalagi komunikasi dalam WhatsApp ada keterbatasan. Saya pun juga pernah mengalami seperti itu tidak nyaman, biasanya telepon aja, maksudnya apa. Oh, ternyata maksudnya begitu, clear selesai gitu.”

3 dari 3 halaman

“Senior Harus Membimbing Junior”

Dalam berkomunikasi, Ari Fahrial Syam menekankan, para senior dokter harus membimbing juniornya dengan baik. Terlebih lagi, sebagai dokter yang berhadapan dengan pasien nantinya dibutuhkan komunikasi yang baik pula.

“Kami selalu mengingatkan di awal bahwa tetap yang namanya senior itu harus membimbing junior dengan baik. Kita ini kan dokter,” imbuhnya.

“Jadi mungkin juga selalu kami ingatkan, bagaimana mereka berkomunikasi dengan baik.”

Butuh Saling Komunikasi

Selanjutnya, apabila di jaringan komunikasi, peserta didik dokter juga membutuhkan komunikasi dengan senior maupun pembimbingnya. Ketika ada pasien yang butuh penanganan segera, misalnya, siapa yang standby dapat langsung menangani.

“Misalnya, ada pasien baru. Nah, siapa yang bertugas hari ini untuk tahap satu misalnya, ya dihandle gitu kan. Dan itu memang dibutuhkan apalagi sekarang ini dengan adanya WhatsApp Group menjadi lebih mudah buat kita saling berkomunikasi,” tutur Ari.