Liputan6.com, Jakarta Escherichia coli atau E. coli adalah bakteri yang biasanya hidup di usus manusia dan hewan yang sehat. Dalam kebanyakan kasus, bakteri ini tidak berbahaya namun pada beberapa kasus bisa berbahaya.
Jenis E. coli tertentu dapat menyebabkan gejala termasuk diare, sakit perut dan kram, serta demam ringan yang disebut pula infeksi E. coli.
Baca Juga
Bakteri E. coli berbentuk batang dari keluarga Enterobacteriaceae. Bakteri ini dapat hidup di lingkungan dengan atau tanpa udara seperti melansir Cleveland Clinic.
Advertisement
Ada enam jenis (strain) E. coli yang bisa menyebabkan diare, yakni:
- E. coli penghasil toksin Shiga (STEC): Ini adalah bakteri yang paling umum dikenal sebagai penyebab kontaminasi makanan E. coli. Strain ini juga disebut enterohemorrhagic E. coli (EHEC) dan verocytotoxin-producing E. coli (VTEC).
- Enterotoksigenik E. coli (ETEC): Strain ini umumnya dikenal sebagai penyebab diare pada pelancong.
- Enteroagregatif E. coli (EAEC).
- Enteroinvasif E. coli (EIEC).
- Enteropatogen E. coli (EPIC).
- E. coli yang melekat secara difus atau menyebar (DAEC).
Strain E. coli STEC membuat seseorang diare lantaran menghasilkan racun yang disebut Shiga. Racun ini merusak lapisan usus kecil dan menyebabkan diare.
STEC yang paling terkenal di Amerika Utara dan paling sering disebut adalah E. coli O157:H7 atau E. coli O157. Ada jenis STEC lain yang disebut STEC non-O157. Strain ini menyebabkan penyakit yang mirip dengan strain O157 tetapi cenderung menyebabkan komplikasi serius.
Siapa Saja yang Bisa Terinfeksi E. coli?
E. coli penyebab penyakit bisa menginfeksi siapapun tanpa terkecuali. Namun, risiko infeksi lebih tinggi pada orang-orang dari kelompok ini:
- Orang yang sangat muda (bayi baru lahir dan anak-anak).
- Orang tua atau lanjut usia (lansia).
- Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya penderita kanker, diabetes, HIV, dan wanita yang sedang hamil).
- Orang yang bepergian ke negara tertentu.
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit, sekitar 265.000 infeksi STEC terjadi di Amerika Serikat setiap tahun. Strain STEC O157 menyebabkan sekitar 36 persen dari infeksi ini dan strain STEC non-O157 menyebabkan sisanya.
Jumlah infeksi sebenarnya dianggap lebih tinggi karena banyak orang tidak pergi ke fasilitas kesehatan saat sakit. Lalu, banyak yang tidak memberikan sampel feses untuk pengujian dan banyak laboratorium tidak menguji strain STEC non-O157.
Advertisement
Mengenal Gejala Infeksi E. Coli
Orang yang terkena infeksi dengan galur E. coli STEC dapat mengalami gejala berikut:
- Sakit perut dan kram.
- Diare dengan tinja berair hingga berdarah.
- Kelelahan.
- Kehilangan nafsu makan atau mual.
- Muntah.
- Demam rendah 38,5 °Celsius (tidak semua orang mengalami gejala ini).
Orang yang terinfeksi biasanya mengalami gejala infeksi STEC dalam waktu tiga sampai lima hari setelah minum atau makan makanan yang terkontaminasi bakteri E. coli.
Namun, sebagian pasien juga dapat memiliki gejala paling cepat satu hari setelah terpapar hingga sekitar 10 hari kemudian.
Secara umum, gejala dapat berlangsung dari lima hingga tujuh hari.
Sebagian Infeksi Bisa Mengancam Jiwa
Sebagian besar kasus infeksi E. coli bersifat ringan dan tidak menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Kasus sembuh dengan sendirinya dengan istirahat dan minum banyak cairan.
Namun, beberapa jenis E. coli dapat menyebabkan gejala yang parah dan bahkan komplikasi yang mengancam jiwa, seperti sindrom uremik hemolitik, yang dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian.
Beberapa orang, terutama anak-anak berusia lima tahun ke bawah, yang terinfeksi infeksi STEC (strain O157:H7) mengembangkan kondisi yang disebut sindrom uremik hemolitik (HUS). Dalam kondisi ini, racun di usus dari STEC menyebabkan diare, masuk ke aliran darah, menghancurkan sel darah merah dan merusak ginjal.
Penyakit yang berpotensi mengancam jiwa ini berkembang pada sekitar 5 persen hingga 10 persen orang yang terinfeksi STEC.
Gejala awal HUS meliputi:
- Diare (biasanya berdarah).
- Demam.
- Sakit perut.
- Muntah.
- Seiring perkembangan penyakit, gejalanya meliputi:
- Volume buang air kecil berkurang.
- Ada darah dalam urine.
- Merasa lelah.
- Kulit tampak pucat.
- Mudah memar.
- Detak jantung cepat.
- Pusing.
- Kantuk, kebingungan, kejang.
- Gagal ginjal.
Advertisement
Penanganan Infeksi E. coli
Untungnya, sebagian besar infeksi E. coli hilang dengan sendirinya. Cara mengatasi infeksi dengan meminum banyak cairan untuk menggantikan cairan yang hilang akibat diare dan/atau muntah. Selain itu, istirahatlah sebanyak mungkin.
Antibiotik biasanya tidak diberikan untuk infeksi STEC O157 karena dapat memperburuk penyakit dan menimbulkan risiko terkena HUS.
Biasanya, orang yang terinfeksi mulai merasa lebih baik sekitar lima hingga tujuh hari sejak pertama kali gejala timbul.
Namun, pasien perlu menemui penyedia layanan kesehatan jika timbul gejala berikut:
- Mengalami diare selama lebih dari tiga hari.
- Tidak dapat menahan cairan apa pun.
- Ada darah di feses saat buang air besar.
- Merasa sangat lelah.
- Muntah terus-terusan.
- Mengalami demam tinggi.
- Jarang buang air kecil dan frekuensi urine berkurang.
Pencegahan Infeksi E. coli
Mencegah lebih baik dari pada mengobati, begitu pula dengan infeksi E. coli. Infeksi ini biasanya timbul akibat konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi. Maka dari itu, hal terpenting yang dapat dilakukan untuk melindungi dari infeksi E. coli adalah dengan menjaga kebersihan.
Pastikan selalu mencuci tangan dengan sabun lalu bilas hingga bersih sebelum dan sesudah memasak, setelah memegang daging atau unggas mentah, sebelum dan sesudah makan dapat membantu mencegah infeksi E. coli.
“Cuci tangan menggunakan sabun lalu bilas hingga bersih setelah menggunakan kamar kecil, mengganti popok atau setelah kontak dengan binatang,” mengutip tulisan yang ditinjau oleh tim profesional Cleveland Clinic, Selasa (8/1/2023).
Jika telah terinfeksi E. coli, gosok tangan dengan sabun dan bersihkan bagian bawah kuku di mana bakteri dapat tersangkut. Keringkan tangan dengan tisu untuk menghindari perpindahan bakteri.