Liputan6.com, Jakarta - Banyak ibu yang mungkin resah lantaran produksi ASIÂ sedikit sehingga mengonsumsi suplemen dan obat herbal.
Iming-iming suplemen dan obat herbal untuk ASI booster pun menjadi godaan para ibu, terlebih lagi bebas dijual di e-Commerce.
Baca Juga
Menanggapi fenomena ini, Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Maria Endang Sumiwi mengatakan bahwa sebenarnya ibu tak perlu minum suplemen dan obat herbal untuk membuat produksi ASI lebih banyak.
Advertisement
Hal penting adalah produksi Air Susu Ibu (ASI) disesuaikan dengan kebutuhan bayinya. Ada beberapa hal yang dapat menentukan seberapa mencukupi produksi ASI.
ASI dan Frekuensi Menyusui Tinggi
"Sebetulnya, produksi ASI kan tadi ditentukan oleh beberapa hal. Nomor satu, frekuensi menyusui. Jadi, frekuensi menyusui ibarat kalau pabrik, barangnya banyak dibeli, misalnya pasta gigi nih, berarti pabrik itu harus memproduksi lebih banyak barang lagi karena sesuai dengan demand,"Â ujar Endang menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat 'Press Briefing: Pekan Menyusui Sedunia Tahun 2023' pada Selasa 8 Agustus 2023.
"Kalau ASI (air susu ibu) sama tuh, kalau sering disusukan, frekuensinya cukup tinggi, otak mengeluarkan lebih banyak perintah untuk mengeluarkan lebih banyak hormon oksitosin," dia menambahkan.
Hormon Oksitosin Picu Produksi ASI
Maria Endang Sumiwi menerangkan bahwa hormon oksitosin dapat memicu produksi ASI.
"Kita tahu bahwa oksitosin itu hormon bahagia. Tapi oksitosin juga hormon yang memicu produksi ASI sehingga ASI akan keluar kalau frekuensi menyusuinya sesuai dengan kebutuhan bayi," katanya.
Isapan ASI dari Bayi dan Posisi Pelekatan
Selain frekuensi menyusui, poin kedua adalah isapan bayi. Ketiga adalah posisi dan pelekatan bayi.
"Kalau itu semua benar dilakukan, dengan cara yang benar, sebetulnya kita enggak perlu suplemen ASI. Jadi frekuensinya mesti benar, pelekatan dan posisinya,"Â kata Endang.
"Terakhir, keempat, asupan gizi ibu juga penting, termasuk cairan ibu cukup, misalnya minum air putih itu 12 gelas, bahkan ada yang 14 gelas selama 6 bulan pertama," ujarnya.
Advertisement
Konsumsi Makanan Tinggi Protein agar ASI Lancar
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso lebih menyarankan ibu menyusui untuk mengonsumsi makanan tinggi protein. Upaya ini demi melancarkan ASI.
Menurutnya, protein akan meningkatkan kadar nutrisi dalam ASI, khususnya membuat ASI cenderung tidak encer atau cair.
"'Karena kalau sayurnya banyak tapi protein nya kurang maka ASI-nya akan encer," ujar Piprim dalam acara diskusi pada Agustus 2022.
Makanan tinggi protein yang disarankan sejak ibu hamil bisa berupa daging ayam, telur, daging, hingga kacang-kacangan.
Apalagi jika ibu menyusui mengonsumsi ikan, maka secara tidak langsung asupan DHA yang bisa meningkatkan kecerdasan, mineral, vitamin D, asam lemak omega-3 baik untuk pertumbuhan rambut bayi.
Sementara pada daging sapi, kandungan zat besinya bisa memenuhi nutrisi untuk bayi dan si ibu. Termasuk di telur ada zat kolin yang berfungsi membuat daya ingat dan kecerdasan bayi semakin baik.
Mau ASI Lancar Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang
Meski begitu, Piprim Basarah Yanuarso tidak menampik sayuran daun katuk juga sama baiknya. Ini karena mengandung steroid dan polifenol yang bisa meningkatkan kadar prolaktin atau hormon pelancar ASI.
Namun, yang dikonsumsi tidak hanya daun katuk, ibu menyusui juga harus konsumsi makanan bergizi seimbang, karbohidrat, serat buah dan sayur, protein, vitamin, mineral dan zat gizi mikro lainnya.
"Kalau saya sendiri ke anak saya, kamu minum banyak ya sehari 3 liter minimal. Jadi siapkan botol air mineral 1,5 liter itu dua dan habiskan selama sehari semalam,"Â pungkas Piprim.
Advertisement