Sukses

Benarkah Gula Memicu Radang Jerawat?

Gula dianggap menjadi pemicu jerawat, membuat beberapa orang sengaja membatasi asupan gulanya demi mencegah kondisi satu ini. Lantas, benarkah demikian?

Liputan6.com, Jakarta - Jerawat memang sudah jadi masalah umum yang sering dihadapi baik pria maupun wanita. Masalah kulit yang satu ini tak jarang menyebabkan ketidaknyamanan dan membuat kehilangan kepercayaan diri.

Oleh sebab itu, orang-orang berupaya sekuat tenaga untuk mencegah atau menangani kondisi ini, mulai dari berkonsultasi dengan dokter kulit atau mencoba berbagai tips untuk dilakukan sendiri. Salah satunya adalah mengurangi konsumsi gula, yang dianggap menjadi pemicu munculnya jerawat. Lantas, benarkah demikian?

"Gula saja tidak menyebabkan jerawat. Ada banyak alasan mengapa jerawat dapat terbentuk dan fluktuasi hormonal dalam tubuh (jerawat hormonal) dapat menjadi faktor penting mengapa Anda berjerawat. Jerawat memiliki banyak kemungkinan penyebab; oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi dokter kulit," ujar dermatolog kosmetik Tatiana Aynbinder mengutip dari Forbes.

Jerawat berasal dari interaksi kompleks antara kadar hormon, kelenjar minyak, sel-sel kulit yang menggumpal serta mikrobioma kulit, komunitas mikroorganisme pada kulit, yang dikombinasikan dengan faktor gaya hidup seperti stres dan diet, ucap Dr. Anjali Mahto, seorang konsultan dokter kulit dan juru bicara British Association of Dermatologists kepada Live Science.

Alasan mengapa makanan manis sering dikaitkan dengan jerawat berhubungan dengan komposisinya. Pada dasarnya, beberapa makanan manis mengandung bahan-bahan lain yang mungkin mempengaruhi jerawat, seperti susu atau kakao.

Oleh sebab itu, perubahan pola makan saja umumnya tidak direkomendasikan sebagai satu-satunya pengobatan untuk pasien dengan jerawat, Dr. Tanya Greywal, seorang dokter kulit dan instruktur di University of Washington menjelaskan kepada Live Science. "Seringkali obat topikal atau oral juga diperlukan."

2 dari 4 halaman

Apa Kata Penelitian?

Beberapa studi telah meneliti hubungan antara asupan gula dan jerawat. Studi dari China, Prancis dan Turki melihat pola makan partisipannya dan melihat hubungan antara gula dan jerawat.

Namun, studi observasional ini tidak membuktikan bahwa gula menyebabkan jerawat, menggarisbawahi adanya faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi hasil.

Lebih lanjut, dalam uji coba di Korea Selatan, peserta dengan jerawat yang mengikuti diet rendah karbohidrat dan rendah glikemik dilaporkan kondisi jerawatnya membaik dibandingkan dengan peserta yang menjalani diet tinggi karbohidrat.

Kendati demikian, tetap saja sulit untuk menarik kesimpulan karena adanya kemungkinan faktor lain yang terlewatkan.

Hal ini dikarenakan dalam studi yang meneliti hubungan antara diet dan jerawat, peserta biasanya diminta untuk mengisi survei tentang makanan yang dikonsumsi. Namun, orang-orang biasanya tidak bisa mengingat dengan tepat apa yang dikonsumsi atau seberapa banyak, tutur Mahto kepada Live Science.

Selain itu, hasil survei seringkali hanya mencakup pola makan partisipannya dalam waktu singkat, mengabaikan bagaimana perubahan pola makan dalam jangka waktu panjang yang mungkin juga berpengaruh.

3 dari 4 halaman

Hubungan Gula dan Jerawat

Perlu diingat bahwa ada banyak pemicu jerawat yang seringkali tidak ditemukan dalam studi nutrisi dan kurang mudah dikendalikan.

Misalnya, penumpukan hormon stres kortisol dapat memperburuk jerawat, bisa juga orang tersebut memiliki kondisi mendasar yang dapat memicu jerawat, seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS), suatu kondisi yang melibatkan resistensi insulin dan sintesis berlebihan hormon laki-laki androgen oleh ovarium.

Lantas, apa sebenarnya kaitan gula dan jerawat?

Dikutip dari Forbes, alasan gula disebut sebagai pemicu jerawat adalah karena sifat oksidatifnya. Gula dan makanan yang memiliki indeks glikemik tinggi dapat menyebabkan peradangan di seluruh tubuh Anda.

Makanan dengan indeks glikemik tinggi, seperti roti tawar putih, mengandung sedikit serat sehingga akan membuat gula darah melonjak. Sebaliknya, makanan berserat tinggi, seperti kebanyakan buah-buahan, dianggap memiliki indeks glikemik rendah dan akan melepaskan gula ke dalam aliran darah secara bertahap tanpa memicu respons insulin.

Dengan demikian, mengonsumsi gula dengan serat dianggap dapat menurunkan risiko berjerawat.

Jadi, meski makanan manis bukanlah penyebab pasti jerawat, masih banyak yang berusaha menjaga pola makannya sebagai strategi untuk mengelola jerawat sebab orang suka mencoba dan mengendalikan hal-hal yang ia bisa, jelas Mahto.

4 dari 4 halaman

Cara Menangani Jerawat

Cara menangani jerawat menurut American Academy of Dermatology Association yaitu:

1. Jaga kebersihan kulit. Cuci muka dua kali sehari dan pilih pembersih muka yang lembut dan non-abrasif.

2. Pilih produk perawatan kulit yang tepat. Gunakan produk perawatan kulit yang lembut dan yang bebas alkohol. Hindari produk yang dapat mengiritasi kulit, termasuk astringent, toner, dan exfoliant. Produk-produk ini dapat membuat kulit kering dan memperburuk kondisi jerawat.

3. Keramas secara teratur. Minyak dari rambut dapat menyebabkan jerawat di dahi. Jika Anda memiliki rambut berminyak, usahakan untuk sering keramas dan jauhkan rambut dari wajah.

4. Jangan gonta-ganti produk. Terlalu sering mengganti produk yang digunakan dapat mengiritasi kulit Anda dan menyebabkan jerawat. Tunggulah beberapa minggu hingga bulan sebelum menggantinya guna melihat perbedaannya.

5. Jangan menyentuh wajah. Menyentuh wajah sepanjang hari dapat memperburuk jerawat. Meskipun tangan rasanya gatal ingin memencet jerawat, melakukannya akan membuat jerawat membutuhkan waktu lebih lama untuk hilang dan meningkatkan risiko munculnya bekas luka dan bintik-bintik gelap yang disebut hiperpigmentasi pasca-inflamasi.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Video Terkini