Liputan6.com, Jakarta - Timbul benjolan pada leher dapat menjadi tanda berbagai kondisi tubuh. Bisa merupakan hal ringan tapi mungkin pula menjadi pertanda masalah serius yang perlu segera ditangani.
Benjolan pada leher terutama yang letaknya di bagian tengah leher disebut nodul tiroid. Ini merupakan benjolan padat atau berisi cairan yang terbentuk pada kelenjar tiroid.
Baca Juga
Dalam beberapa kasus, nodul tiroid bisa saja tidak menunjukan gejala dan kelenjar tiroid tetap dapat berfungsi dengan normal.
Advertisement
Namun, jika benjolan sudah membesar, bisa saja menyebabkan penekanan pada organ sekitar yang bisa mengakibatkan gangguan menelan atau gangguan suara sampai sesak napas.
Pada sebagian kasus, benjolan tiroid dapat disertai gangguan pada produksi hormon tiroid dan menimbulkan beberapa gejala yang bisa mengganggu kesehatan, baik itu hipertiroid maupun hipotiroid.
“Nodul tiroid bisa bersifat jinak dan juga bersifat ganas (kanker), oleh karena itulah memeriksakan benjolan di leher perlu dilakukan oleh dokter sedini mungkin meski tidak ada gejala yang mengganggu,” kata dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes Eka Hospital BSD Dicky Levenus Tahapary dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com, Senin (21/8/2023).
Pemeriksaan penting dilakukan untuk mengidentifikasi apakah benjolan yang ada pada kelenjar tiroid bersifat jinak atau ganas. Dan apakah terdapat gangguan pada fungsi kelenjar tiroid.
Kelompok yang Rentan Terkena Nodul Tiroid
Nodul tiroid adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, tapi penyakit ini diketahui lebih sering dialami oleh wanita. Pasalnya, kelenjar tiroid berkaitan erat dengan hormon estrogen yang diproduksi oleh wanita.
“Beberapa penelitian menunjukkan bahwa satu di antara delapan wanita dapat mengalami masalah pada kelenjar tiroidnya,” ujar Dicky.
Bukan hanya wanita, beberapa orang dengan kondisi di bawah ini juga diketahui dapat lebih rentan untuk mengalami nodul tiroid, yaitu:
- Orang yang memiliki keluarga dengan riwayat nodul atau kanker tiroid lebih rentan terkena penyakit tersebut.
- Orang dengan usia lanjut lebih dari 60 tahun, lebih rentan mengalami nodul tiroid ketimbang usia muda.
- Kekurangan yodium.
- Riwayat paparan radiasi di area leher, misalnya pasien yang telah menjalani radioterapi di area kepala dan leher.
Advertisement
Penanganan Nodul Tiroid
Nodul tiroid dapat ditangani dengan operasi atau terapi. Dokter akan menentukan apakah nodul tiroid yang dialami pasien perlu penanganan operasi atau tidak.
Pasien akan dianjurkan untuk operasi jika:
- Benjolan tiroid terbukti atau dicurigai bersifat ganas.
- Benjolan tiroid telah menimbulkan masalah pada organ lain seperti kesulitan menelan atau bernapas.
- Kondisi tertentu sesuai dengan pertimbangan dari dokter.
“Apabila nodul tiroid yang Anda rasakan tidak menimbulkan keluhan, maka dokter akan melakukan observasi secara berkala terkait perkembangan ukuran benjolan.”
Penanganan Tanpa Operasi
Jika pasien ingin melakukan tindakan untuk mengecilkan benjolan tiroid yang tidak memerlukan operasi, ada beberapa pilihan berikut:
Aspirasi Kista Tiroid dengan Panduan USG
Proses ini dilakukan dengan melakukan pengambilan cairan menggunakan spuit (alat hisap seperti suntikan) dari benjolan tiroid.
Tindakan ini diindikasikan pada benjolan yang seluruhnya atau sebagian besar berisi cairan (kista tiroid) dengan ukuran besar atau yang menyebabkan keluhan.
Terapi Ablasi dengan Injeksi Etanol Perkutan dengan Panduan USG
Tindakan ini diindikasikan pada kista tiroid yang kambuh yang sebelumnya sudah dilakukan aspirasi.
Mirip dengan tindakan aspirasi, awalnya cairan akan diambil terlebih dahulu dengan spuit, lalu setelahnya akan dimasukan etanol ke dalam rongga benjolan yang telah kosong.
Terapi Ablasi Termal dengan Radiofrequency Ablation (RFA)
Berbeda dengan aspirasi cairan dan injeksi etanol, tindakan RFA diindikasikan pada nodul tiroid jinak yang padat dan menimbulkan keluhan fisik maupun keluhan kosmetik.
Sebelum melakukan tindakan ini, dokter akan memastikan terlebih dahulu apakah nodul tiroid yang dimiliki pasien bersifat jinak atau tidak dengan FNAB atau core needle biopsy.
Sebelum tindakan, bagian leher yang akan dilakukan RFA akan dibius terlebih dahulu agar rasa nyeri saat tindakan menjadi minimal.
Dengan panduan dari USG, elektroda alat RFA akan dimasukan ke benjolan pasien. Prosedur tindakan RFA dapat memakan waktu hingga kurang lebih 30-60 menit, tergantung ukuran dari benjolan. Tindakan RFA sudah terbukti aman dan efektif dalam mengecilkan ukuran benjolan tiroid padat hingga hampir 90 persen.
Pada beberapa kasus, RFA dapat dilakukan ulang setelah beberapa tahun bila benjolan tidak mengecil sesuai perkiraan atau bila benjolan kembali membesar.
“Kondisi ini biasanya tidak berbahaya, tapi tidak menutup juga jika kondisi ini bisa menyebabkan masalah kesehatan serius. Oleh karena itu, ayo sama-sama lebih sadar akan benjolan-benjolan tidak biasa yang ada di tubuh Anda dan segera periksakan diri Anda, khususnya periksa leher sendiri,” tutup Dicky.
Advertisement