Liputan6.com, Jakarta - Salah seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Korea Selatan menjadi korban bullying kakak kelasnya sendiri.
Pelaku perundungan (bullying) yang saat ini duduk di bangku kelas 3 SMP melakukan aksinya dengan memanggil korban ke hotel, lalu menggambar tato di paha korban.
Baca Juga
Perbuatan keji dilakukan secara paksa. Bahkan, tindakan menato dilakukan tanpa obat bius dan alat yang digunakan pun tidak steril.Â
Advertisement
Peristiwa nahas dan keji dibagikan korban bullying di acara 'Real Story Expedition' yang disiarkan langsung oleh MBC.
Acara ini telah menyiarkan banyak kasus perundungan yang menjadi sorotan banyak masyarakat Korea Selatan.Â
Kronologi Kasus Bullying yang Menimpa Murid SMP
Pelaku bullying adalah kakak kelasnya yang sangat terkenal di sekolah.
Ketika pelaku berhasil membawa korban ke dalam hotel, korban menolak untuk ditato.
Namun, pelaku malah memukul korban menggunakan kotak tisu sambil bergumam,"Bersabarlah.".
Pelaku bullying melakukan aksinya tanpa obat bius dan alat menato yang tidak steril. Alhasil, korban meringis kesakitan dan terus bergerak.
"Sangat sakit,"Â katanya dengan kaki bergetar.
Kejinya Pelaku Bullying
Pelaku pun segera menggertak korban dengan kekuatan penuh. Pelaku bangkit dari kursi dan menendang korban agar berhenti bergerak.
Korban pun pasrah hingga akhirnya tato gambar ikan berukuran 20cm terukir di pahanya.
Korban tidak berani bilang ke orang tuanya dengan apa yang telah terjadi. Korban takut nantinya pelaku bullying malah kembali memukulnya karena mengadu ke orang tua.
Ahli tato pun menyebutkan bahwa dirinya perlu belajar selama empat hingga lima tahun untuk mendapatkan izin mentato pada tubuh manusia. Sehingga tidak sembarang untuk menjadi ahli tato.
Â
Pelaku Bullying Dapat Banyak Dukungan Teman-Temannya
Rupanya, pelaku bullying telah melancarkan aksinya sejak lama. Ini adalah tahun ketiganya melakukan perbuatan kejinya.
Melihat kekejaman pelaku menato banyak korban, siswa lain bukannya takut malah menantang pelaku untuk menato di bagian tubuh lainnya.
Merasa mendapatkan perhatian dari banyak orang, pelaku menuruti tantangan temannya dengan menarik satu korban lagi sebagai bahan percobaannya.Â
Korban kini ditato pada bagian pundak sampai dadanya dengan gambar Goblin.
Mendengar kisah tersebut, banyak warganet yang marah kepada pelaku karena melakukannya dengan tega kepada korban meski tahu menato pasti memunculkan rasa sakit.
Tanggapan lainnya ditujukan kepada korban. Masyarakat merasa iba dan kasihan karena korban tidak bisa banyak berkutik karena takut dengan pelaku.Â
Hingga saat ini pelaku bullying tidak pernah meminta maaf kepada korban atas perilaku kejinya tersebut.
Orang tua korban pun menuntut kepada orang tua pelaku tapi tidak mendapatkan tanggapan yang memuaskan.
"Saya tidak mau berbicara di telepon. Bersikaplah kasar dan lakukan apapun yang Anda inginkan" kata orang tua pelaku bullying.
Advertisement
Kasus Bullying di Korea Selatan
Seperti diketahui bahwa perundungan di Korea Selatan terbilang parah. Hingga akhirnya banyak drama, webtoon, hingga acara reality show mengangkat kasus perundungan ke publik, sebagai bentuk penyadaran kepada seluruh masyarakat.
Tidak hanya dari sisi korban, dampak perundungan juga akan dirasakan pelaku di kemudian hari.
Contohnya, seperti kasus aktor Jisoo yang pernah menjadi pelaku bullying saat masih sekolah.
Meski saat ini Jisoo tidak melakukan perundungan, korban akan tetap merasa sakit hati dan berujung menuntut perilaku Jisoo pada saat itu.
Hingga akhirnya kasus Jisoo adalah skandal yang tidak bisa dimaafkan, yang membuat Jisoo saat ini dicekal untuk tidak kembali tayang di TV manapun.
Kariernya pun hancur semenjak terbitnya kasus tersebut.Â
Banyaknya Kasus Perundungan di Korea Selatan
Maraknya kasus perundungan terjadi di Korea Selatan dengan motif yang berbeda-beda membuat banyak orang tidak habis pikir mendengarnya.
Seperti drama Korea The Glory yang awal tahun 2023 ramai diperbincangkan. Kasus yang diangkat ternyata berasal dari kisah nyata.
Jika menonton drama tersebut, penonton akan dibuat terheran dengan alat dan kekejaman pelaku dalam menyiksa korban.
Alat yang digunakan yaitu catokan, setrikaan, hingga alat pemanas lainnya digunakan pelaku untuk menyiksa korban.
Selain kekerasan, kasus perundungan juga dialami oleh Baek Kang Hyun di sekolahnya.
Meski memiliki IQ di atas rata-rata, bocah jenius ini dirundung dengan tidak dilibatkan dalam kegiatan sekolah.
Bahkan, Kanghyun membaca tulisan menyakitkan mengenai dirinya di forum internet.
Hal tersebut membuatnya terpuruk hingga akhirnya memutuskan untuk keluar dari sekolah.
Meski begitu, beruntung Kanghyun mempunyai ayah yang melindunginya dari hujatan yang datang kepadanya.
Banyak orang berharap kasus perundungan di Korea Selatan berakhir.
Advertisement