Sukses

Mengenal Hipertensi Resisten, Kala Tekanan Darah Tetap Tak Terkontrol meski Sudah Minum Obat

Kebal terhadap obat, ada sekitar 20 persen pasien hipertensi yang alami hipertensi resisten.

Liputan6.com, Jakarta - Hipertensi resisten adalah suatu kondisi ketika tekanan darah tetap tak bisa dikontrol meski dokter sudah memberikan obat dosis maksimum atau tiga obat penurun hipertensi.

Sekitar 20 persen pasien hipertensi termasuk dalam kategori hipertensi resisten seperti mengutip Hopkins Medicine.

“Pada beberapa orang, hipertensi sulit dikendalikan meski dengan pengobatan khusus. Kondisi tersebut dikenal dengan istilah hipertensi resisten yaitu kegagalan untuk mengontrol tekanan darah meskipun telah mengonsumsi dosis maksimum dari obat yang diberikan dokter, “ kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah konsultan Faris Basalamah.

"Pasien dengan hipertensi resisten biasanya tetap memiliki gejala meski telah mengonsumsi dosis maksimum dari kombinasi tiga obat hipertensi yang berbeda," lanjut pria yang sehari-hari praktik di Heartology Cardiovascular Center - Brawijaya Hospital Saharjo Jakarta ini.

Hipertensi resisten mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Namun, kondisi tersebut bisa menyebabkan serangan jantung, stroke, serta kerusakan penglihatan dan ginjal.

Penanganan Hipertensi Resisten

Guna mencegah permasalahan kesehatan, pasien dengan hipertensi resisten harus ditangani dengan maksimal.

Untuk kasus hipertensi resisten, Faris mengungkapkan ada prosedur canggih menggunakan gelombang radio yang menyasar saraf simpatetik untuk secara aktif mengatur tekanan darah supaya dapat terkendali.

Teknologi tersebut disebut dengan denervasi ginjal (renal denervation).

 

2 dari 4 halaman

Prosedur Denervasi Ginjal untuk Pasien Hipertensi Resisten

Denervasi ginjal yaitu prosedur minimal invasif tanpa bedah. Caranya dengan memasukkan kateter lewat arteri femoralis (arteri besar pada pangkal paha) untuk kemudian mengeluarkan gelombang radio intens yang diarahkan pada saraf-saraf di sekitar ginjal yang berperan pada mekanisme hipertensi.

Prosedur denervasi ginjal, kata Faris, dilakukan terutama pada pasien yang sudah tidak mempan dengan kombinasi beberapa obat penurun tekanan darah.

Prosedur ini juga efektif membantu pasien hipertensi yang memiliki efek samping dari obat konvensional, serta pasien yang tidak patuh dan kesulitan mengonsumsi obat hipertensi dalam jangka panjang.

 

3 dari 4 halaman

Prosedur Denervasi Ginjal Sekitar 1 Jam

Faris menerangkan prosedur dernervasi ginjal pada pasien hipertensi resisten dilakukan tidak lama. Hanya sekitar satu jam.

“Prosedur ini memiliki banyak keuntungan, antara lain aman untuk ginjal karena dilakukan dalam waktu singkat kurang lebih 1 jam," kata Faris dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com.

"Tidak memerlukan implan atau alat apapun sehingga sangat efektif untuk menurunkan risiko stroke, gagal jantung, gagal ginjal, penyakit vaskular perifer dan kerusakan pembuluh darah retina yang mengakibatkan gangguan penglihatan” kata Faris lagi.

Lalu, setelah 1-2 hari pasien menjalani rawat inap bisa langsung pulang.

 

4 dari 4 halaman

Penanganan Hipertensi Secara Umum

Tekanan darah yang normal ditunjukkan dengan angka di bawah 120/80 mmHg pada pengukuran tensimeter. Jika di atas itu, menunjukkan seseorang alami hipertensi. 

Pada penanganan hipertensi secara umum, dokter akan meminta pasien melakukan perubahan gaya hidup. Dokter akan meminta pasien melakukan diet rendah garam, mengurangi asupan makanan berlemak, hindari konsumsi alkohol dan stop merokok. 

"Bila modifikasi lifestyle sudah dilakukan namun hipertensi tidak kunjung terkontrol, maka pemberian obat-obatan diperlukan untuk membantu mengendalikan tekanan darah, dan kemungkinan obat-obatan ini harus dikonsumsi secara kontinu dalam jangka waktu yang lama hingga seumur hidup, tergantung derajat hipertensi," kata Faris.

Pasien pun harus disiplin dan patuh pasien dalam mengonsumsi obat-obat hipertensi.

Video Terkini