Sukses

Pasien Kanker yang Jalani Kemoterapi Kerap Alami Kebotakan dan Kerusakan pada Kuku, Kenapa?

Kemoterapi adalah obat yang diberikan lewat infus yang bersifat sitotoksik, kok bisa bikin botak?

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa pasien kanker yang menjalani kemoterapi kerap terlihat mengalami kebotakan. Ada pula yang kukunya terdampak, misalnya kuku menjadi bergaris-garis, menghitam, bahkan copot.

Terkait hal ini, dokter ahli bedah onkologi Walta Gautama Said Tehuwayo memberi penjelasan. Menurutnya, kemoterapi adalah obat yang diberikan lewat infus yang bersifat sitotoksik.

“Toksik terhadap sel, meracuni sel, tujuannya adalah mematikan sel. Nah, si obat kemoterapi ini sebenarnya hanya menghantam sel-sel yang cepat membelah. Sel-sel yang tidak yang tidak cepat membelah sebenarnya tidak terpengaruh,” kata Walta dalam temu media Novartis di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Jakarta, Rabu (23/8/2023).

“Kenapa rontok rambutnya? Karena kemampuan regenerasi selnya besar, cepat, sehingga kena efeknya. Jadi kalau target obatnya sama dengan sel rambut, rontok rambutnya. Kalau target selnya sama dengan akar kuku, maka bisa berdampak pula pada kuku,” jelasnya.

Sel rambut dan kuku termasuk sel yang mudah membelah dan regenerasi. Ini dibuktikan dengan rambut yang selalu kembali tumbuh setelah dipotong, begitu pula dengan kuku.

Tak cuma rambut dan kuku, sel lain yang mudah membelah adalah selaput lendir. Maka dari itu, orang yang telah menjalani kemoterapi acap kali mengalami sariawan.

“Karena kemampuan regenerasi selaput lendir di mulut sampai di usus itu regenerasinya cepat. Kita kegigit lidahnya, luka, dua hari masih bisa paksain makan, besok udah enggak berasa nyerinya.”

Selaput lendir dari mulut ke usus yang terdampak selama menjalani kemoterapi dapat membuat pasien merasa mual hingga muntah.

2 dari 4 halaman

Makan yang Dingin-Dingin Usai Kemoterapi

Untuk mengurangi dampak dari kemoterapi seperti mual dan muntah, Walta menyarankan pasien untuk makan makanan dingin.

“Kalau mual dan muntah cara mengatasinya selama dikemo banyak ngunyah. Kenapa? Supaya dia kerja, potongin buah kecil-kecil yang dingin. Ada es krim, makan es krim supaya dingin.”

Selesai kemoterapi juga bisa makan yang dingin-dingin supaya tidak terbakar.

“Kalau muntah jangan dikasih air hangat, salah. Tapi kalau dikasih yang dingin, cincau, cendol, enak segar yang penting masuk.”

3 dari 4 halaman

Kemoterapi Pengaruhi Sel Darah Putih

Tindakan kemoterapi juga berpengaruh pada penurunan sel darah putih. Mengingat, sel darah putih juga memiliki kemampuan regenerasi yang cepat.

“Jadi semua berhubungan dengan sel-sel yang cepat membelah. Sel darah putih umurnya tujuh hari udah ganti. Makanya, sel darah putih turun dengan cepat (usai kemoterapi).

Sementara, sel darah merah memiliki umur yang lebih panjang sehingga tidak terdampak oleh kemoterapi. Ini adalah alasan mengapa jarang ditemui ada pasien yang mengalami penurunan sel darah merah usai kemoterapi.

“Sel darah merah umurnya 120 hari, jarang orang dikemo kemudian sel darah merahnya turun.”

4 dari 4 halaman

Tidak Memengaruhi Sel Normal

Lebih lanjut, Walta menjelaskan bahwa kemoterapi sebenarnya tidak mengganggu sel-sel normal.

“Cuma efek tadi, karena dia muntah terus leukositnya (sel darah putih) jadi drop.”

Maka dari itu, kemoterapi dilakukan dalam jarak waktu tiga minggu sekali. Pasalnya, rata-rata sel kanker mampu membelah diri kira-kira 20 hingga 100 hari.

“Sel kanker membelah dari satu jadi dua, dua jadi empat, empat jadi delapan, itu butuh waktu sekitar 20 sampai 100 hari,” ujar Walta.

Hal ini menjadi jawaban mengapa jadwal kemoterapi tidak boleh terlewat. Jika terlewat, maka sel kanker dapat membelah diri lagi menjadi semakin banyak.

“Ketika satu juta sel dikemo tinggal 100 ribu, nah supaya dia tidak membelah lagi, hari ke-21 kemo lagi. Kalau telat ya keburu membelah lagi, makanya jadwal kemo itu kalau bisa jangan telat. Jadi kalau semua itu diikuti biasanya akan menjadi baik, yang penting semangat melawan kanker,” pungkasnya.