Sukses

Takut Periksa dan Kesadaran yang Rendah Jadi Penyebab Utama Tingginya Angka Kanker Payudara di Indonesia

Penyebab utama tingginya angka kanker payudara adalah banyak masyarakat masih takut untuk memeriksakan diri dan rendahnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini.

Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia (KemenPPPA) Lenny N. Rosalin mengatakan bahwa kanker payudara adalah kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia.

Terutama pada perempuan, yaitu sebesar 42,1/100.000 penduduk. Dan setiap tahunnya semakin meningkat.

“Penyebab utamanya adalah banyak masyarakat masih takut untuk memeriksakan diri dan rendahnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini,” kata Lenny dalam temu media bersama PT Novartis Indonesia di Jakarta, Rabu (23/8/2023).

“Padahal, apabila diketahui lebih dini, lebih cepat, pasien bisa mendapatkan penanganan yang lebih optimal. Sehingga bisa mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik," tambahnya.

Lenny menambahkan, perempuan memainkan peran yang sangat besar dalam masyarakat sebagai kunci kehidupan keluarga, baik sebagai pribadi, istri, dan ibu. Untuk itu, pemberdayaan perempuan menjadi langkah yang krusial dalam perjuangan melawan kanker payudara menuju kesuksesan pemulihan.

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 2020 menunjukkan bahwa angka kematian akibat kanker payudara mencapai 685.000.

Risiko kanker payudara semakin meningkat dan terus mengancam kesejahteraan masyarakat Indonesia terutama bagi perempuan. Berdasarkan data dari Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia.

Persentase perempuan lebih banyak daripada laki-laki dan jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa.  Selain itu, 68 hingga 73 persen pasien terlambat mengunjungi pusat kesehatan untuk melakukan pemeriksaan dan sudah dalam kondisi stadium lanjut (stadium III dan IV). 

Kabar baiknya, angka kematian akibat kanker payudara dapat diminimalisasi sebanyak 43 persen jika masyarakat rutin melakukan deteksi dini dan mencegah penyebab kanker payudara

2 dari 4 halaman

Kanker Payudara Stadium Lanjut Masih Mendominasi

Dalam kesempatan yang sama, dokter ahli bedah onkologi Walta Gautama Said Tehuwayo memaparkan bahwa sampai saat ini, di Indonesia, kanker payudara stadium lanjut masih mendominasi dibandingkan dengan stadium awal.

“Saat ini, sekitar 70 persen pasien dengan kanker payudara yang datang ke pusat kesehatan dideteksi pada stadium lanjut, terlepas dari sudah banyaknya gerakan deteksi dini yang dilakukan, baik oleh pemerintah maupun sektor lainnya,” ujar Walta.

“Walaupun gerakan deteksi dini masih tetap harus digalakkan, tetapi fokus terhadap perawatan kanker payudara stadium lanjut tidak bisa diabaikan,” tambahnya.

3 dari 4 halaman

Perawatan Kanker Payudara Sudah Berkembang

Walta menambahkan, perawatan kanker payudara, termasuk pada stadium lanjut sudah berkembang sedemikian rupa. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan angka harapan hidup.

“Yang terpenting, kita harus mengenali jenis dan tipe kanker payudara dengan baik, sehingga kita dapat memberikan dan memastikan bahwa tatalaksana sesuai dengan target terapi,” imbuh Walta.

Maka dari itu, lanjutnya, pasien perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat membuat keputusan. Pasien perlu mengedukasi diri berdasarkan informasi yang akurat dan sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.

Ini melibatkan pemahaman mendalam mengenai ketentuan dan rekomendasi tata laksana terbaik yang sesuai dengan kondisi mereka.

“Jadi kenali kanker payudara dengan baik, pastikan tatalaksana sesuai dengan target terapi adalah kunci keberhasilan.”

4 dari 4 halaman

Perawatan Kanker Payudara Bergantung pada Stadium Kanker

Walta turut menjelaskan, pilihan perawatan kanker payudara bergantung pada stadium kanker, jenis kanker, dan faktor kesehatan pasien. Beberapa pilihan tatalaksana kanker payudara pada umumnya meliputi:

  • Pembedahan atau operasi
  • Kemoterapi
  • Terapi radiasi
  • Terapi hormon (endokrin)
  • Terapi target
  • Perawatan paliatif.

"Prioritas utama bagi tenaga medis adalah membantu pasien menjalani hidup sepanjang mungkin dengan kenyamanan dan dukungan yang maksimal kepada pasien dan keluarganya selama proses perawatan.”

“Sinergi antara pasien dan tenaga medis menjadi penting dalam mewujudkan hal tersebut," tutup Walta.