Sukses

6 Tantangan Tekan Angka Kanker Payudara di Indonesia, Termasuk Keterbatasan Dokter

Kurangnya informasi tentang kanker payudara menjadi salah satu tantangan dalam menurunkan angka kasusnya di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta Penyintas kanker payudara sekaligus Pendiri dan Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia Linda Agum Gumelar menyebutkan enam tantangan dalam menekan angka kejadian kanker tersebut.

Enam tantangan yang dihadapi dalam upaya menekan kejadian kanker payudara stadium lanjut di Indonesia menurut Linda yakni:

  • Kurangnya informasi tentang kanker payudara
  • Adanya penolakan dari diri pasien dan keluarga
  • Stigma dalam masyarakat tentang kanker payudara
  • Keterbatasan jumlah dokter spesialis dan tenaga kesehatan terkait kanker payudara
  • Sarana dan prasarana yang belum merata baik di faskes tingkat I dan II
  • Jarak faskes yang cukup jauh sehingga membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan biaya yang tidak murah.

“Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antar pemangku kepentingan yaitu pemerintah, masyarakat (LSM) dan swasta,” kata Linda.

Wanita yang pernah menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu II ini juga berpesan untuk perempuan Indonesia agar memperluas informasi tentang skrining dan deteksi dini kanker payudara. Sekaligus menjaga kesehatan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kanker dengan Angka Kejadian Tertinggi di Indonesia

Sebelumnya, Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia (KemenPPPA) Lenny N. Rosalin mengatakan bahwa kanker payudara adalah kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia.

Terutama pada perempuan, yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk. Mirisnya, angka ini setiap tahunnya semakin meningkat.

“Penyebab utamanya adalah banyak masyarakat masih takut untuk memeriksakan diri dan rendahnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini,” kata Lenny dalam temu media bersama PT Novartis Indonesia di Jakarta, Rabu (23/8/2023).

“Padahal, apabila kanker payudara diketahui lebih dini, lebih cepat, pasien bisa mendapatkan penanganan yang lebih optimal. Sehingga bisa mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik," tambahnya.

2 dari 4 halaman

Perempuan Sebagai Kunci Kehidupan Keluarga

Perempuan memainkan peran yang sangat besar dalam masyarakat sebagai kunci kehidupan keluarga, baik sebagai pribadi, istri, dan ibu.

Untuk itu, pemberdayaan perempuan menjadi langkah yang krusial dalam perjuangan melawan kanker payudara menuju kesuksesan pemulihan.

Mengingat, data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 2020 menunjukkan bahwa angka kematian akibat kanker payudara mencapai 685.000.

Risiko kanker payudara semakin meningkat dan terus mengancam kesejahteraan masyarakat Indonesia terutama bagi perempuan. Berdasarkan data dari Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia.

Persentase perempuan lebih banyak daripada laki-laki dan jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa.  Selain itu, 68 hingga 73 persen pasien terlambat mengunjungi pusat kesehatan untuk melakukan pemeriksaan dan sudah dalam kondisi stadium lanjut (stadium III dan IV).

Kabar baiknya, angka kematian tersebut dapat diminimalisasi sebanyak 43 persen jika masyarakat rutin melakukan deteksi dini dan mencegah penyebab kanker payudara.

3 dari 4 halaman

Pasien Perlu Dapatkan Informasi dan Edukasi yang Tepat

Menyadari pentingnya peran perempuan dalam masyarakat di Indonesia, Country Head of Public Affairs, Communications & Engagement PT Novartis Indonesia, Hanum Yahya, mengatakan bahwa mendapatkan informasi yang tepat adalah hal penting.

“Pasien perempuan perlu mendapatkan informasi yang tepat, edukasi yang cukup, dari sumber yang terpercaya. Dan dimotivasi untuk mengambil kendali atas kesejahteraan dan kesehatan mereka. Ini menjadi kunci utama dalam upaya pemberdayaan perempuan.”

“Tujuan kami adalah reimagine medicine guna meningkatkan kualitas hidup para pasien. Untuk itu, kami senantiasa bersinergi dengan pemerintah, asosiasi medis, organisasi pasien, dalam meningkatkan kapasitas pasien dan masyarakat seputar penyakit-penyakit yang menjadi keahlian kami.”

Hanum percaya bahwa perempuan memiliki hak untuk menyuarakan kebutuhan mereka sebagai pasien, mendapatkan informasi yang menyeluruh seputar penyakit dan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.

“Kami juga senantiasa memastikan akses obat-obatan inovatif kami dapat menjangkau lebih banyak pasien di Indonesia, guna memberikan kualitas hidup yang lebih baik,” jelasnya.

4 dari 4 halaman

70 Persen Pasien Kanker Payudara Baru Terdeteksi Saat Stadium Lanjut

Dalam kesempatan yang sama, dokter ahli bedah onkologi Walta Gautama Said Tehuwayo memaparkan bahwa sampai saat ini, di Indonesia, kanker payudara stadium lanjut masih mendominasi dibandingkan dengan stadium awal.

“Saat ini, sekitar 70 persen pasien dengan kanker payudara yang datang ke pusat kesehatan dideteksi pada stadium lanjut, terlepas dari sudah banyaknya gerakan deteksi dini yang dilakukan, baik oleh pemerintah maupun sektor lainnya,” ujar Walta.

“Walaupun gerakan deteksi dini masih tetap harus digalakkan, tetapi fokus terhadap perawatan kanker payudara stadium lanjut tidak bisa diabaikan,” tambahnya.

Perawatan Kanker Payudara Sudah Berkembang

Walta menambahkan, perawatan kanker payudara, termasuk pada stadium lanjut sudah berkembang sedemikian rupa. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan angka harapan hidup.

“Yang terpenting, kita harus mengenali jenis dan tipe kanker payudara dengan baik, sehingga kita dapat memberikan dan memastikan bahwa tatalaksana sesuai dengan target terapi,” imbuh Walta.