Sukses

Influenza Terjadi Sepanjang Tahun, Sebabkan 4 Juta Kasus dan 200 Ribu Rawat Inap

Influenza adalah infeksi saluran pernapasan dan terjadi sepanjang tahun di Indonesia. Setiap tahunnya, berbagai galur atau strain virus influenza bersirkulasi secara bersamaan.

Liputan6.com, Jakarta - Studi Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Indonesia pada 2019 menunjukkan hasil penelitian soal influenza.

Hasil studi menyatakan, kejadian Influenza Like Illness (ILI) sebanyak 31 persen dan Severe Acute Respiratory Infection (SARI) 15 persen.

Influenza adalah infeksi saluran pernapasan dan terjadi sepanjang tahun di Indonesia. Setiap tahunnya, berbagai galur atau strain virus influenza bersirkulasi secara bersamaan. Influenza juga mudah menular sebab bisa menyebar melalui droplet dan aerosol, terlebih di tempat ramai.

Penelitian sebelumnya, Kosen dkk. pada 2011 mendapatkan data bahwa sekitar 4 juta kasus flu di Indonesia terjadi setiap tahun dan mengakibatkan hampir 200.000 rawat inap terkait dengan flu.

Wakil Ketua Indonesia Influenza Foundation Samsuridjal Djauzi menyatakan, selain angka kasus yang tinggi, penanganan influenza dapat menelan biaya yang signifikan.

Pada 2011, Indonesia mengeluarkan biaya sebanyak 831 miliar rupiah untuk rawat jalan dan 540 miliar rupiah untuk rawat inap. Dengan demikian, total biaya yang berkaitan langsung dengan kesehatan mencapai Rp1,396 miliar. 

“Jumlah ini belum termasuk biaya tidak langsung misalnya hilangnya produktivitas, transportasi, penanganan penyakit, dan kematian yang secara signifikan menambah biaya terkait influenza di Indonesia,” kata pakar imunisasi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dalam keterangan pers, Kamis (24/8/2023).

2 dari 4 halaman

Bukan Batuk Pilek Biasa, Ini Gejala Influenza

Samsuridjal menambahkan, influenza bukan sekadar batuk pilek biasa. Sebaliknya, gejala influenza lebih berat yaitu:

  • Demam yang mendadak
  • Batuk (biasanya kering)
  • Pusing
  • Nyeri otot dan sendi
  • Lelah berat
  • Nyeri tenggorokan dan pilek.

Influenza juga dapat menyebabkan komplikasi serius pada kelompok berisiko tinggi seperti wanita hamil, anak di bawah 59 bulan, lanjut usia (lansia), orang dengan penyakit kronis dan gangguan metabolik seperti diabetes melitus (DM).

Selain memperburuk kondisi komorbid atau penyakit yang dialami, influenza pada kelompok berisiko tinggi dapat menyebabkan komplikasi hingga kematian.

3 dari 4 halaman

Penyandang Diabetes Lebih Berisiko Terpapar Influenza

Khusus bagi penyandang diabetes, risiko paparan infeksi lebih tinggi dibandingkan populasi non-diabetes.

Saat terpapar infeksi seperti influenza, komplikasi flu yang berakibat pada risiko rawat inap meningkat enam kali lebih besar, risiko perawatan intensif di ICU meningkat empat kali lipat. Dan peningkatan risiko kematian sebesar enam kali lipat.

Selain itu, influenza juga mempersulit penyandang diabetes mengontrol gula darahnya dan memperburuk komplikasi diabetes.

“Mengingat beban influenza yang berdampak besar pada seluruh aspek, salah satu cara pencegahan yang efektif adalah vaksinasi influenza kuadrivalen yang rutin dilakukan setiap tahun,” jelas Samsuridjal.

4 dari 4 halaman

Alasan Pasien Diabetes Lebih Rentan Kena Influenza

Dalam keterangan yang sama, Sekretaris Umum Pengurus Pusat Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PP PERKENI) Wismandari Wisnu memaparkan mengapa penyandang diabetes berisiko lebih tinggi terkena infeksi, termasuk influenza.

Hal ini disebabkan lemahnya sistem kekebalan tubuh penyandang diabetes sehingga sulit melawan infeksi.

Selain itu, kadar gula darah yang tinggi mempermudah pertumbuhan bakteri dan virus, sehingga meningkatkan risiko infeksi.

Diabetes juga dapat merusak pembuluh darah, sehingga menyebabkan sirkulasi yang buruk dan waktu penyembuhan yang lebih lambat.

“Inilah mengapa perlindungan seperti vaksinasi influenza sangat penting bagi para penyandang diabetes,” kata Wismandari.

Vaksinasi influenza juga terbukti efektif melindungi penyandang diabetes dengan komorbid (penyakit penyerta), seperti gangguan sistem pernapasan kronik, penyakit ginjal kronik, gangguan kardiovaskular, imunokompromais (penurunan daya tahan tubuh), kanker, anemia, obesitas, hingga lansia.