Sukses

Kemenkes Ngobrol sama Ahli di China soal Semprot Air ke Jalan Kurangi Polusi Udara

Penyemprotan air ke jalan untuk mengurangi polusi udara menjadi pembahasan bersama ahli di China.

Liputan6.com, Jakarta Penyemprotan air ke jalan untuk mengurangi polusi udara menuai kritikan. Hal ini selepas Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengerahkan sedikitnya 20 mobil pemadam kebakaran untuk melakukan penyemprotan di sejumlah ruas protokol Ibu Kota.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Maxi Rein Rondonuwu menuturkan, pihaknya sudah membahas terkait penyemprotan air ke jalan bersama para ahli di China.

Hasil dari pengalaman di China, penyemprotan air ke jalan untuk mengatasi polusi udara dari segi skala besar dinilai tidak efisien. Lain halnya, jika itu dilakukan dalam skala kecil.

"Bagaimana soal penyemprotan air? Ini masih debatable (bisa diperdebatkan). Pengalaman di China, kami sudah kumpul dengan ahli di China," tutur Maxi saat 'Press Briefing - Penanganan Dampak Polusi Udara Bagi Kesehatan Masyarakat' di Gedung Kemenkes RI Jakarta pada Senin, 28 Agustus 2023.

"Kalau untuk skala kecil di industri itu bisa dilakukan, tetapi kalau untuk skala besar, banyak ahli tidak menyarankan. Pertama karena tidak efisien."

Curahan Air Harus Tinggi

Kedua, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya, air harus bersih dan curahan air harus tinggi.

"Curahannya air itu harus tinggi karena kalau enggak, dia akan naik ke atas (polutan). Jadi itu sebaiknya tidak disarankan dan tidak dilakukan untuk penyemprotan," jelas Maxi.

2 dari 4 halaman

Permudah Turunkan PM2.5

Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengungkapkan, upaya penyemprotan di sejumlah ruas jalan protokol Ibu Kota secara rutin diprediksi dapat mengurangi polusi udara hingga PM2.5.

"Tadi saya minta diskusi dengan Menteri LHK, katanya kalau jalan disiram itu lebih memudahkan menurunkan PM2.5," kata Heru, Minggu (27/8/2023).

Heru menyebut, penyemprotan ini masih terus dilihat dan dievaluasi hasilnya oleh Pemerintah Daerah (Pemda) maupun Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya.

"Saya tunggu hasilnya dan pendapatnya dari Bu Menteri, kalau itu positif kita jalankan terus. Kalau memang ada negatifnya, kita hentikan," lanjutnya.

Penyiraman tersebut dilakukan dua kali dalam sehari, yakni pada pagi hari pukul 10.00 WIB dan siang hari pukul 14.00 WIB.

Adapun sejumlah ruas jalan yang akan dilakukan penyemprotan di Jakarta, antara lain Cawang (Jakarta Timur), Blok M (Jakarta Selatan), Patung Kuda (Jakarta Pusat) dan Slipi (Jakarta Barat).

3 dari 4 halaman

Konsentrasi PM2.5 dan Kelembapan Malah Naik

Sehubungan dengan upaya penyemprotan air di Jakarta dalam kerangka polusi udara, menurut Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Tjandra Yoga Aditama, data ilmiah menunjukkan hasil yang beragam.

Penelitian di China yang dimuat dalam Jurnal Ilmiah “Toxics” bulan Juni 2021 jelas menyebutkan, Large-Scale Spraying of Roads with Water Contributes to, Rather Than Prevents, Air Pollution.

"Jadi disebut bukannya mencegah, tapi justru manmbah polusi. Hasil penelitian secara lengkapnya menyebutkan, We discovered that spraying large quantities of tap or river water on the roads leads to increased PM2.5 concentration and humidity, and that daily continuous spraying produces a cumulative effect on air pollution. Our results demonstrate that spraying roads with water increases, rather than decreases, the concentration of PM2.5 and thus is a new source of anthropogenic aerosol and air pollution," tulis Tjandra kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat, Minggu (27/8/2023).

(Kami menemukan bahwa penyemprotan air keran atau air sungai dalam jumlah besar di jalan raya dapat meningkatkan konsentrasi PM2.5 dan kelembapan, dan bahwa penyemprotan yang dilakukan secara terus menerus setiap hari menghasilkan efek kumulatif terhadap polusi udara. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa penyemprotan jalan dengan air justru meningkatkan konsentrasi PM2.5, bukannya menurunkannya, dan dengan demikian merupakan sumber baru aerosol antropogenik dan polusi udara)

"Tegasnya, penelitian ini menyatakan, bahwa menyemprotkan air dalam jumlah besar ke jalan cenderung meningkatkan konsentrasi PM2.5 dan juga kelembaban."

4 dari 4 halaman

Penyemprotan Air Secara Geoengineering

Di sisi lain, ada juga yang pendapat berbeda seperti dimuat di Jurnal Environmental Chemistry Letters volume tahun 2014, yang menyebutkan, I found that the water spray geoengineering method can reduce the PM2.5 pollution in the atmosphere very efficiently to 35 μg m−3 level in a very short time period from few minutes to hours or days, depending on the precipitation characteristics.

(Saya menemukan bahwa metode geoengineering semprotan air dapat mengurangi polusi PM2.5 di atmosfer dengan sangat efisien hingga ke tingkat 35 μg m-3 dalam waktu yang sangat singkat, mulai dari beberapa menit hingga beberapa jam atau beberapa hari, tergantung pada karakteristik curah hujan)

 

"Jadi disebutkan bahwa penyemprotan air secara geoengineering dapat menurunkan kadar polusi PM2.5 secara efisien. Tetapi memang metodologi penelitian tahun 2014 ini, tidaklah selengkap penelitian di jurnal “Toxic” (yang juga tahunnya lebih baru, 2021) sehingga secara ilmiah kita jelas membandingkan keduanya," jelas Tjandra Yoga Aditama.