Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang membayangkan jarum-jarum kecil yang ditusuk ke kulit ketika mendengar kata akupunktur.
Akupunktur adalah terapi yang telah lama dikenal memiliki segudang manfaat untuk kesehatan. Antara lain dalam penanganan gangguan saraf, sendi, hormon, imunitas, serta gangguan psikologis.
Baca Juga
Sayangnya, penggunaan jarum dalam terapi akupunktur terkadang membuat sejumlah orang mengurungkan niat untuk menjalankan prosesnya. Alasannya karena takut dengan jarum atau pantangan dari kondisi medis yang diidap.
Advertisement
Namun, dengan perkembangan teknologi, manfaat dari akupunktur kini bisa didapatkan tanpa melibatkan jarum, yaitu dengan penggunaan akupunktur laser.
Menurut dokter spesialis akupunktur medik subspesialis akupunktur analgesia dan anestesia RS Pondok Indah – Pondok Indah, Dwi Rachma Helianthi, akupunktur laser adalah salah satu modalitas yang dapat menjadi opsi untuk membantu mengatasi berbagai penyakit melalui terapi akupunktur tanpa jarum.
Seperti namanya, akupunktur laser menggunakan sinar laser sebagai pengganti jarum untuk merangsang titik akupunktur.
Secara umum, akupunktur laser memiliki fungsi yang sama dengan akupunktur jarum. Perbedaan terletak pada efek fotobiomodulasi dari akupunktur laser yang ditimbulkan akibat paparan sinar laser terhadap sel dan jaringan.
“Fotobiomodulasi dapat meningkatkan kemampuan pembelahan sel, menurunkan peradangan pada tingkat jaringan, serta memicu perbaikan di tingkat sel maupun jaringan,” kata Dwi dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (29/8/2023).
Minimalisasi Salah Tusuk
Alat laser yang digunakan pada akupunktur laser harus memiliki daya minimum 20 mW (milliWatt) untuk dapat menstimulasi titik akupunktur.
Layaknya akupunktur konvensional, akupunktur laser juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keluhan kesehatan. Modalitas ini utamanya ditujukan kepada pasien dengan kasus nyeri yang penyebabnya berada di area yang sulit dilakukan penusukan jarum karena berisiko menimbulkan komplikasi. Seperti area leher dan tulang belakang.
Dengan akupunktur laser, risiko jarum tertusuk ke saraf, pembuluh darah, atau organ dalam dapat diminimalisasi.
Advertisement
Kondisi yang Bisa Ditangani Akupunktur Laser
Beberapa kondisi medis yang dapat memanfaatkan akupunktur laser sebagai penanganannya antara lain:
- Manajemen nyeri
- Radang sendi
- Neuropati diabetik
- Carpal tunnel syndrome
- Stroke
- Parkinson
- Cerebral palsy
- Bell’s palsy
- Berbagai gangguan kejiwaan seperti kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan adiksi.
Selain itu, terapi akupunktur laser juga dilakukan untuk mendukung keberhasilan proses bayi tabung.
Dalam sejumlah penelitian, calon ibu yang melakukan terapi akupunktur laser pada waktu sehari sebelum dan sehari setelah proses transfer embrio, memiliki angka keberhasilan penempelan embrio yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan calon ibu yang melakukan terapi akupunktur dengan jarum.
Solusi Bagi Pasien yang Tak Boleh Ditindak dengan Jarum
Dwi menambahkan, akupunktur laser juga menjadi solusi bagi pasien yang tidak boleh ditindak menggunakan jarum.
Biasanya hal ini akibat kondisi medis tertentu seperti:
- Pasien yang rutin mengonsumsi obat pengencer darah
- Pasien dengan gangguan pembekuan darah seperti hemofilia
- Pasien dengan sistem imun yang rendah seperti penyandang diabetes di mana gula darah tidak terkontrol
- Orang dengan HIV maupun AIDS.
Pada kasus-kasus seperti ini, dokter spesialis akupunktur medik akan menyarankan penerapan terapi akupunktur laser atau modalitas akupunktur non-invasive lainnya.
Modalitas akupunktur dengan laser biasanya juga dipilih dalam terapi untuk berbagai kondisi medis anak, seperti asma, cerebral palsy, overactive bladder (OAB), enuresis atau kebiasaan mengompol, gangguan psikologis, serta gangguan tumbuh kembang.
Meski sebenarnya akupunktur jarum juga dapat digunakan, tetapi ketakutan terhadap jarum terkadang membuat pasien anak tidak tenang atau bahkan menolak menjalani terapi.
“Hadirnya akupunktur laser menjadi solusi bagi pasien anak untuk mengikuti sesi terapi dengan tenang tanpa rasa takut,” tutup Dwi.
Advertisement