Liputan6.com, Jakarta - Kekerasan seksual bisa terjadi di manapun termasuk di lingkungan keluarga. Ini merupakan isu nyata yang sudah banyak kasusnya.
Seorang ayah melakukan kekerasan seksual pada anaknya, paman pada keponakan, tindak kekerasan seksual terhadap sesama jenis dan lain-lain adalah kasus yang bukan tidak mungkin terjadi di lingkungan keluarga. Beberapa kasus sempat viral dan terangkat ke permukaan, tapi tidak menutup kemungkinan banyak kasus lain yang masih tertutup rapat.
Baca Juga
Tak terungkapnya kasus-kasus tersebut bisa disebabkan berbagai alasan, salah satunya anak yang tak berani dan enggan bercerita soal kejadian yang menimpa dirinya.
Advertisement
“Banyak anak yang menjadi korban kekerasan seksual. Namun, mereka enggan menceritakan serta melaporkannya karena takut menjadi aib dan mencoreng nama keluarga,” kata Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Keluarga Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Indra Gunawan mengutip laman KemenPPPA, Selasa (29/8/2023).
Kekerasan Seksual Bisa Dilakukan Orang Terdekat
Senada dengan Indra, psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Ratri Kartikaningtyas mengatakan, kekerasan seksual bisa terjadi dan dilakukan oleh orang terdekat korban.
Ini bisa terjadi karena adanya relasi kuasa yang merugikan pihak korban. Padahal seharusnya, membentuk keluarga yang sehat jasmani dan rohani, dapat dimulai dari orangtua.
“Begitu pun dengan pencegahan kekerasan seksual terhadap anak, itu bisa dimulai dari orangtua,” kata Ratri.
Peran Keluarga dalam Cegah Kekerasan Seksual
Lebih lanjut, psikolog yang juga mewakili Asosiasi Psikologi Forensik (APSIFOR) menyebutkan beberapa peran keluarga dalam mencegah kekerasan seksual, termasuk:
- Terampil dalam pengelolaan stres
- Menciptakan relasi yang hangat dan sehat antara suami istri
- Edukasi seks pada anak sesuai usia
- Komunikasi terbuka dan ruang aman untuk bicara
- Koreksi persepsi orang dewasa tentang kekerasan seksual
- Lakukan jejaring dengan lembaga terkait penanganan kasus anak.
Advertisement
Dinamika Terjadinya Kekerasan Seksual dalam Keluarga
Ratri juga mengatakan, dalam sebuah keluarga terdapat dinamika yang menyebabkan terjadinya kekerasan seksual, antara lain:
- Kurangnya keterampilan pengelolaan konflik perkawinan
- Ketidakmampuan pengelolaan stres orang dewasa
- Budaya relasi kuasa dalam sebuah keluarga
- Gangguan dan penyimpangan seksual.
“Untuk mencegah kekerasan seksual, kolaborasi dan sinergi dari seluruh pihak sangat dibutuhkan. Pencegahan juga dapat dimulai dari keluarga, keluarga yang sehat akan menciptakan anak yang sehat dan terhindar dari kekerasan seksual,” ujar Ratri.
Orangtua Perlu Ciptakan Ruang yang Aman
Indra mengatakan orangtua perlu menciptakan ruang yang aman dalam keluarga dan membuat anak nyaman berkomunikasi. Ini adalah salah satu upaya keluarga dan masyarakat dalam berkontribusi mencegah terjadinya tindak pidana kekerasan seksual.
“Mencegah terjadinya kekerasan seksual dapat dimulai dari keluarga, sebab keluarga sebagai lembaga terkecil yang aman bagi setiap anggota bisa melindungi anak-anak mereka dari kekerasan seksual,” kata Indra.
“Peran keluarga dalam pencegahan dapat dimulai dari memberikan edukasi kepada seluruh anggota keluarga terutama anak-anak serta membangun komunikasi yang berkualitas bagi anggota keluarga,” tambahnya.
Komunikasi yang terbangun dengan baik akan membuat anak lebih berani mengungkap tindak kejahatan yang menimpa dirinya. Atau setidaknya berani bercerita secara empat mata dengan orang yang paling ia percayai, misalnya ibu dan neneknya.
Perlu Digaungkan Terus Menerus
Indra menambahkan, pencegahan kekerasan seksual khususnya dalam lingkup keluarga perlu digaungkan bersama secara terus menerus.
Kolaborasi dari pemerintah, masyarakat, media, dan keluarga merupakan upaya penting yang harus terus dilakukan.
Selain itu, Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS) juga harus terus digaungkan agar bisa sampai pemahamannya kepada masyarakat secara umum dan keluarga secara khusus, tutup Indra.
Advertisement