Sukses

Siap-siap, Kemenkes Segera Pasang 674 Sensor Kualitas Udara di Puskesmas Jabodetabek

Alat sensor pengukur kualitas udara akan dipasang di Puskesmas di Jabodetabek.

Liputan6.com, Jakarta Seluruh Puskesmas di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dalam waktu dekat akan dipasang alat sensor pengukur kualitas udara. Upaya ini merupakan salah satu strategi pemantauan kualitas udara, apakah polusi udara lagi buruk atau tidak.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan, pemasangan alat sensor kualitas udara yang akan disebar di Puskesmas Jabodetabek masih menunggu proses lanjutan.

Sembari menunggu proses kehadiran alat sensor tersebut, tiap Puskesmas sudah dilengkapi dengan sanitarian kit.

Sanitarian kit adalah alat untuk melakukan pemeriksaan terhadap kualitas sanitasi dan kesehatan lingkungan langsung di lapangan. Alat ini dilengkapi dengan alat pemeriksaan udara dan deteksi cemaran makanan serta pelaporan hasil uji untuk seluruh parameter.

Tunggu Proses Pasang Alat Sensor

"Yang sensor pengukur kualitas udara ini belum dipasang, kita masih proses. Jadi sambil tunggu itu kita punya namanya sanitarian kit, yang bisa untuk mengukur polusi udara juga tapi itu masih manual," jelas Maxi usai 'Press Briefing - Penanganan Dampak Polusi Udara Bagi Kesehatan Masyarakat' di Gedung Kemenkes RI Jakarta pada Senin, 28 Agustus 2023.

2 dari 4 halaman

Rencana Pasang 674 Alat Sensor

Maxi Rein Rondonuwu menambahkan, rencana pemasangan alat sensor kualitas udara di Puskesmas Jabodetabek berjumlah 674 unit. Jumlah 674 unit berdasarkan data Kemenkes RI hingga per 30 Agustus 2023.

"Itungannya baru rencana, Jabodetabek ada 674 unit kalau enggak salah ditaruh di Puskesmas," tambahnya.

Fokus Puskesmas Jabodetabek Dulu

Ketika ditanya lebih lanjut, apakah ada rencana untuk memasang alat sensor kualitas udara di Puskesmas yang berada di luar DKI Jakarta, seperti daerah rawan kebakaran lahan dan hutan (karhutla)?

Maxi menjawab, saat ini fokus Kemenkes baru untuk di Puskesmas Jabodetabek.

"Sementara, kami fokus dulu di Jabodetabek ya Puskesmas kecamatan dulu di Jabodetabek. Kalau di DKI kan ada 300 lebih Puskesmas di kecamatan dan kelurahan," pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Pemantauan Kualitas Udara

Salah satu rencana strategis Kemenkes adalah berupaya membantu pemantauan kualitas udara, khususnya di Jabodetabek. Pemantauan ini masuk ke dalam strategi deteksi penanganan polusi udara.

Ketua Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi Udara Kemenkes RI Agus Dwi Susanto memaparkan, akan ada pemasangan alat sensor udara, utamanya mendeteksi kadar partikulat PM2.5.

Ini karena PM2.5 dinilai berbahaya bagi kesehatan yang menimbulkan keparahan penyakit respirasi atau pernapasan.

"Strategis nasional untuk peningkatan kualitas udara, kita ada deteksi, yaitu dengan membantu untuk pemantauan kualitas udara," papar Agus pada kesempatan yang sama.

"Di wilayah DKI dan sekitarnya nanti akan dilakukan pemasangan alat sensor udara di Puskesmas atau Rumah Sakit. Ini sebagai upaya membantu kementerian lain dalam upaya mendeteksi polusi udara."

Kajian Polusi Udara

Demi mendukung kebijakan penanganan polusi udara, Kemenkes juga merencanakan untuk terus melakukan kajian.

"Kita ada strategi adaptasi. Ini soal apa dilakukan oleh pelayanan kesehatan bagi masyarakat atas penyakit-penyakit yang muncul atau terkait akibat polusi udara, yang juga didukung oleh riset-riset," lanjut Agus.

4 dari 4 halaman

Kadar PM2.5 Tertinggi

Berkaitan dengan kualitas udara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto menyebut, buruknya kualitas udara turut dipengaruhi faktor meteorologi, yaitu musim kemarau.

Konsentrasi materi partikulat atau partikel polutan tertinggi di Jakarta terjadi pada Juli 2023.

Hal ini disampaikan Asep di acara 'Diskusi Publik Quick Response Penanganan Kualitas Udara di DKI Jakarta' di Hotel Shangri La, Jakarta Pusat, Senin (28/8/2023).

"Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta rata-rata konsentrasi bulanan PM2.5 tertinggi terjadi di bulan Juli sepanjang tahun 2023 ini, yaitu sebesar 48,72 48,72 ug/m3 dan terendah terjadi di bulan Februari sebesar 16,98," kata Asep.

"Hal ini menandakan faktor meteorologi turut mempengaruhi kualitas udara Jakarta terutama memasuki musim kemarau."

Perparah Buruknya Kualitas Udara

Fenomena El Nino 2023 juga menyebabkan musim kemarau semakin panjang. Kemarau yang panjang berpotensi memperparah buruknya kualitas udara di Jakarta.

"Fenomena El Nino pada tahun ini menyebabkan musim kemarau semakin panjang yang dapat memperparah kondisi kualitas udara kita," sambung Asep.

Video Terkini