Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara yang melanda Jakarta dan sekitarnya membawa berbagai pengaruh buruk pada kesehatan. Salah satu gangguan yang merebak seiring menurunnya kualitas udara adalah masalah pernapasan.
Namun, selain gangguan pernapasan, timbul pula tanya, apakah polusi udara juga berpengaruh pada kesehatan telinga?
Baca Juga
Hal ini pun dijawab oleh dokter ahli pendengaran audiolog Madhita Hatta Kasoem. Menurutnya, polusi udara bisa memicu alergi dengan reaksi batuk dan pilek. Reaksi ini dapat berhubungan dengan telinga tengah.
Advertisement
“Contohnya kalau kita udah flu berat, pendengaran juga berkurang. Karena, ada hubungan antara telinga tengah dan tenggorokan,” kata Madhita usai peluncuran aplikasi Kasoem Plus di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (4/9/2023).
Saat mengalami flu dan batuk, biasanya di bagian tenggorokan dan hidung ada lendir, dahak, dan ingus yang memicu pembengkakan. Sementara, di area tenggorokan ada saluran yang menghubungkan dengan telinga tengah yang disebut saluran tuba.
“Nah kalau kita sedang batuk pilek dan segala macam, di situ kan saluran tubanya jadi tertutup lah, ada perubahan tekanan. Nah di situ kita merasa ada efek pendengarannya jadi kayak berkurang.”
Masalah pendengaran berkurang ini biasanya bisa ditangani oleh dokter Telinga Hidung Tenggorok (THT),” kata Madhita.
Polusi Udara Bikin Kotoran Telinga Jadi Lebih Banyak?
Lantas, apa benar polusi udara dapat membuat kotoran telinga jadi lebih banyak?
“Sebenarnya, kotoran telinga itu dihasilkan dari telinga kita sendiri. Jadi di telinga kita ini ada kelenjar untuk menghasilkan kotoran telinga dan ada juga kelenjar keringat. Jadi sebetulnya kotoran telinga itu dari telinga kita sendiri,” ujar Madhita.
Dengan kata lain, Madhita tidak membenarkan bahwa polusi udara bisa memicu jumlah kotoran telinga jadi lebih banyak.
Advertisement
Terlalu Banyak Kotoran Telinga Bikin Pendengaran Terganggu
Masih tentang kotoran telinga, di tengah masyarakat orang yang tidak mendengar dengan baik kerap disebut “congean”. Hal ini pun mendapat tanggapan dari Madhita.
Menurutnya, penumpukan kotoran telinga memang bisa mengganggu kualitas pendengaran.
“Ada (hubungan dengan kotoran telinga dan kualitas pendengaran). Jadi gini, telinga tuh dibagi tiga, telinga luar, tengah, dan telinga dalam. Kalau kita ngomongin kotoran telinga, itu di telinga luar.”
“Kalau memang si kotoran nutup liang telinga (seluruhnya) pasti otomatis hantaran suara berkurang. Ya ada kurang dengar tapi bukan sampai yang enggak dengar banget,” jelas Madhita.
Ciri Awal Kerusakan Telinga
Lebih lanjut, Madhita menjelaskan soal ciri awal kerusakan telinga yang paling umum. Kerusakan telinga sendiri bisa dipicu berbagai hal salah satunya mendengar suara bising terus-menerus.
Suara keras yang didengar setiap hari, seperti kebiasaan mendengarkan musik dengan headset menjadi salah satu pemicu masalah pendengaran. Dan salah satu gejala yang paling sering terjadi adalah dengung pada telinga.
“Salah satunya telinga berdengung, itu udah tanda-tanda, telinga udah mulai lelah. Kita harus meminimalisasinya, jangan terlalu keras dan jangan terlalu lama (mendengarkan musik dengan headset).”
Bahkan, lanjutnya, meski tidak terlalu keras tapi durasinya terlampau lama, maka hal tersebut juga bisa memicu gangguan pendengaran.
“Awalnya telinga berdenging, lama-lama kita mulai enggak jelas saat mendengar. Itu berarti sudah ada penurunan pendengaran, karena penurunan pendengaran itu tidak tiba-tiba, tapi sedikit demi sedikit,” jelasnya.
Advertisement