Liputan6.com, Jakarta - Dokter Tifa alias Tifauzia Tyassuma memprediksi bahwa polusi udara yang terjadi akhir-akhir ini hanyalah sebuah alasan agar masyarakat tidak protes soal Pandemi 2.0.
Pendapat ini ia sampaikan melalui akun X (Twitter) pribadinya dan menarik perhatian banyak orang.
Baca Juga
"Pandemi 2.0 yang dijadwalkan tahun 2025, ternyata dimajukan, bukan di 2024, tetapi di 2023," cuit ahli epidemiologi molekuler itu pada Rabu 6 September 2023.
Advertisement
Dokter Tifa mengklaim bahwa Pandemi 2.0 akan kembali memicu penerapan peraturan lockdown, kerja dari rumah (WFH), dan aturan memakai masker.
"Dalam sebulan dua bulan, akan ada peraturan lockdown, WFH, dan aturan pakai masker."
Seperti masa awal pandemi COVID-19, aturan-aturan di atas sempat mendapat protes dari masyarakat. Untuk menghindari protes serupa, Tifa berpendapat bahwa polusi udara dijadikan sebuah alasan.
“Pertama agar masyarakat tidak protes, maka alasannya adalah polusi udara,” tulis Tifa.
Bahkan menurutnya, polusi udara yang terjadi saat ini seakan-akan sengaja dibuat.
“Chemtrails (jejak pesawat) terus ditaburkan, DEW (senjata energi) dengan hasil kebakaran hutan dan gedung-gedung, langit dibuat jadi forecast, seakan-akan menghitam karena jelaga batubara atau BBM (bahan bakar minyak),” tulisnya.
Pesan Dokter Tifa untuk Masyarakat
Dokter Tifa kemudian berpesan kepada masyarakat untuk senantiasa melindungi diri dari Pandemi 2.0.
“Pesan saya, satu tingkatkan imunitas baik-baik. Dua, beli Ivermectin dan Hydroxychloroquine. Untuk jaga-jaga.”
“Tiga Jadilah orang baik, perbaiki Ibadah, sholat ditambah khusyu dan tepat waktu, rajin-rajin sedekah, perbanyak amal jariah,” katanya.
Advertisement
Tanggapan IDI soal Cuitan Dokter Tifa
Kicauan Dokter Tifa kini viral di media sosial. Hal ini pun sampai ke telinga Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Menanggapi cuitan tersebut, Ketua IDI Adib Khumaidi mengatakan, itu bukan pernyataan yang mewakili IDI melainkan pendapat personal.
"Bukan (dari IDI), itu pendapat personal," kata Adib saat ditemui di Jakarta Pusat, Kamis (7/9/2023).
Adib mengatakan, masyarakat tak boleh percaya begitu saja pada informasi-informasi yang belum jelas pembuktian ilmiahnya.
"Saya kira dasar di dalam kita menyikapi problema kesehatan itu tentunya yang berdasar pada evidence base. Kita tidak melihat satu dasar dalam konteks informasi yang belum ada dasar-dasar ilmiah," kata Adib usai membuka acara media briefing Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2023.
Cari Informasi dari Sumber Terpercaya
Adib pun mengimbau masyarakat untuk mencari informasi dari sumber yang terpercaya.
Jangan langsung percaya terhadap sesuatu yang belum jelas kebenarannya, termasuk isu lockdown September 2023 akibat Pandemi 2.0.
"Kami ingin mengimbau kepada masyarakat untuk mencari referensi terkait problematika kesehatan dari referensi utama. Artinya, kami dari Ikatan Dokter Indonesia atau himpunan dokter spesialis," katanya.
Sementara, informasi dari Dokter Tifa tergolong dalam informasi personal.
"Kalau informasi personal yang belum ada frame ilmiahnya, kami tentunya tidak bisa menjadikan itu sebagai dasar," katanya.
Dilanjutkan Adib bahwa selama ini, pandemi COVID-19 memberikan pembelajaran bagi masyarakat untuk tidak termakan hoaks.
"Jangan mudah termakan hoaks, jangan mudah termakan dengan isu-isu teori konspirasi dan sebagainya. Kita sudah banyak belajar dari pandemi maka carilah referensi yang itu memang jadi referensi terpercaya," pungkasnya.
Advertisement