Sukses

Pakar Ungkap 4 Cara Tekan Polusi Udara yang Dapat Diterapkan Warga Kota

Guna menekan dampak polusi udara, dokter paru Tjandra Yoga mengungkap beberapa hal yang dapat dilakukan oleh warga kota sebagai bentuk partisipasi.

Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara di Jakarta dan sekitarnya belum kunjung reda. Menurut dokter paru Tjandra Yoga Aditama, kualitas udara masih buruk.

Hal ini terlihat dari aplikasi deteksi udara yang dipasang di ponselnya. Menurut Tjandra yang merupakan warga Cilandak, Jakarta Selatan itu, PM2.5 masih bertengger di angka 97,0 ug/m3 hingga 5 September 2023. Artinya, PM2.5 masih tinggi dan udara pun tidak sehat (unhealthy). PM2.5 atau Particulate Matter 2.5 adalah partikel udara berukuran 2,5 mikrometer yang berbahaya bagi pernapasan.

Guna menekan dampak polusi udara, Tjandra pun mengungkap beberapa hal yang dapat dilakukan oleh warga kota sebagai bentuk partisipasi. Cara-cara itu termasuk:

  • Berhenti bakar sampah sembarangan.
  • Berhenti merokok.
  • Atur waktu berkendara.
  • Kerja sama dengan Puskesmas setempat untuk penanganan polusi udara.

“Tentu pertama jangan sampai kita menambah polusi udara. Kemarin di jalan pulang ke rumah saya masih lihat ada warga yang membakar sampah, ini mohon jangan dilakukan lagi oleh kita semua,” kata Tjandra melalui keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com dikutip Jumat (8/9/2023).

Selain menghentikan kegiatan bakar sampah sembarangan, masyarakat juga bisa memanfaatkan momen ini untuk berhenti merokok.

“Kejadian polusi udara sekarang ini akan baik kalau dijadikan momentum agar para perokok berhenti merokok. Ini akan punya dua dampak, baik bagi kesehatan dirinya dan juga baik untuk tidak menambah pencemaran udara di sekitar para perokok.”

2 dari 4 halaman

Atur Waktu Berkendara

Cara ketiga yang bisa dilakukan warga untuk menekan polusi udara adalah mengatur waktu berkendara di jalan dengan lebih baik.

“Salah satu contoh konkretnya, anak saya di kantor sampai jam 13.00 dan jam 15.00 harus jemput anaknya di sekolah. Nah, daripada jam 13.00 berkendara ke rumah dan menjelang 15.00 berkendara lagi ke sekolah anak, maka baiknya pada 13.00 tunggu saja di kantor (sambil beraktivitas produktif lain) dan menjelang 15.00 langsung ke sekolah jemput anak,” kata Tjandra.

Jika pengaturan berkendara ini dilakukan, maka ada dua dampak baik. Pertama, tidak terlalu banyak berkendara dan menambah polusi udara. Kedua, membatasi aktivitas di luar gedung.

“Tentu banyak contoh-contoh lain yang dapat kita lakukan sebagai warga kota untuk tidak menambah polusi yang sudah cukup berat sekarang ini.”

3 dari 4 halaman

Kerja Sama dengan Puskesmas dalam Menangani Polusi Udara

Selain tidak menambah polusi, warga juga dapat berpartisipasi langsung dalam pengendalian masalah polusi udara.

“Saya sebagai warga kota biasa mendatangi Puskesmas Kecamatan Cilandak, tidak jauh dari rumah saya. Saya berdiskusi dengan Ibu Kepala Puskesmas dan mengusulkan dibuat Pojok Polusi dan langsung disambut baik.”

“Kami mendiskusikan selanjutnya dengan staf Puskesmas dan langsung dibuka Pojok Atasi Polusi Udara di teras Puskesmas sehingga mudah diakses pengunjung Puskesmas,” jelas Tjandra.

Pelayanan Pojok Atasi Polusi Udara pada dasarnya adalah memberi penjelasan teknis pada masyarakat tentang berbagai aspek polusi udara. Termasuk mengarahkan pengunjung jika perlu penanganan lebih lanjut jika ada masalah terkait polusi.

Dari Pojok Atasi Polusi Udara, masyarakat juga bisa mendapatkan informasi tentang situasi di sekitar mereka. Sebagai tindak lanjut, maka dapat juga petugas Puskesmas mendatangi lokasi tertentu yang mungkin polusinya tinggi. Di Puskesmas, ada “sanitation kit” yang salah satunya merupakan alat pengukur kadar polusi.

4 dari 4 halaman

Sediakan Tempat Konsultasi Khusus Terkait Polusi Udara

Menariknya, baru 10 menit dibuka, langsung ada warga yang datang dan berkonsultasi tentang polusi udara ini.

“Akan baik kalau sekarang-sekarang ini memang di setiap Puskesmas dan Rumah Sakit di Jakarta disediakan tempat khusus untuk warga berkonsultasi tentang polusi udara, dan melakukan tindak lanjut yang diperlukan.”

Kebetulan, di Puskesmas tersebut sedang berlangsung kegiatan akreditasi. Tjandra pun sempat berdiskusi dengan asesor akreditasi itu.

“Tentu akreditasi merupakan kegiatan jaga mutu yang amat penting agar pelayanan kesehatan ke masyarakat dapat terus dijamin mutunya. Tentu kegiatan jaga mutu harus terus berlanjut sesudah akreditasi, termasuk kegiatan pelayanan ke masyarakat tentang polusi udara dan kesehatan,” pungkas Tjandra.