Liputan6.com, Jakarta - Kesehatan paru dan pernapasan merupakan aspek utama kesehatan bangsa. Misalnya saja, sekarang kita sedang mengalami polusi udara yang amat berdampak pada paru. Pada 3 tahun belakangan ini kita semua nyaris porak poranda karena COVID-19.
Belum lagi masalah kesehatan paru lain seperti Tuberkulosis (Indonesia peringkat kedua terbanyak kasusnya di dunia), Asma Bronkial dan PPOK, Kanker Paru, Penyakit Paru Intersitial, Alergi Imunologi, Penyakit Paru Kerja, dll.
Baca Juga
Pekan lalu, 1 September 2023 pagi saya mengikuti peringatan 45 tahun berdirinya Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (DPKR) FKUI / RS Persahabatan. Ini bermula sejak 1 September 1978, dimana FKUI / RS Persahabatan menjadi salah satu pionir pendidikan Dokter Spesialis Paru di Indonesia.
Advertisement
Sepanjang 45 tahun ini, DPKR sudah meluluskan lebih dari 500 Dokter Spesialis Paru yang kini berkiprah dari Aceh sampai Papua. Lulusan Dokter Paru dari DPKR sudah nyata-nyata memberi peran pentingnya bagi kesehatan paru dan respirasi bangsa Indonesia, sejak 1978, lalu pada tahun 2000-an, dan puncaknya ketika masa COVID-19. Peran penting itu terus dilakukan sampai sekarang. Lulusan Dokter Spesialis Paru dari DPKR FKUI berkarier sebagai dokter di garda terdepan penanganan masalah dan penyakit paru dan pernapasan di negara kita.
Para lulusan juga banyak yang berkarir sebagai pimpinan Rumah Sakit dan juga unsur pimpinan di Kementerian Kesehatan serta berbagai kegiatan lainnya. Tidak sedikit pula lulusan DPKR FKUI yang berkiprah di luar negeri, baik di World Health Organization (WHO) maupun organisasi profesi internasional.
Beberapa lulusan DPKR FKUI juga menerima berbagai penghargaan dan award--tingkat nasional dan internasional. Dari kacamata pengembangan ilmu pengetahun maka sudah ratusan artikel ilmiah yang dihasilkan DPKR FKUI, dan puluhan buku ajar pula.
Saya sendiri baru bergabung pada 1984 dan menjadi Guru Besar / Profesor pada 2008. Kemudian saya berkarier di Kementerian Kesehatan dan menjadi Kepala Badan Penelitian & Pengembangan serta menjadi Direktur Jenderal. Sesudah itu saya berkarier di WHO Asia Tenggara dan menjadi Direktur Penyakit Menular.
Sekarang DPKR FKUI diasuh oleh 38 staf pengajar, 23 diantaranya bergelar Doktor. Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Paru (PPDS) DPKR FKUI hari ini adalah 121 orang, dan tentu harapan kita agar semua PPDS ini dalam 4 - 5 tahun kedepan akan membaktikan dirinya pula bagi kesehatan paru dan pernapasan bangsa kita.
Anak gadis rambutnya tertata
Cantik parasnya juga perkasa
45 tahun DPKR tercinta
Semoga semakin jaya bagi bangsa
Prof Tjandra Yoga Aditama Lulusan Dokter Spesialis Paru 1988