Liputan6.com, Jakarta - Anda mungkin bingung, apakah rasa cemas yang berlebihan termasuk normal alias cemas biasa atau malah sudah masuk tahap gangguan kecemasan (anxiety disorders). Sebab, seringkali kita stres dan tertekan, rasa cemas terhadap sesuatu muncul.
Entah cemas dimarahi atasan atau cemas akan terjadi sesuatu yang buruk atau menjadi negative thinking. Padahal, hal tersebut belum tentu terjadi.
Baca Juga
Menurut Professor Emeritus of Psychiatry, University of Iowa Carver College of Medicine, Donald Black, M.D, kecemasan atau cemas adalah reaksi normal terhadap stres. Level cemas yang ringan dapat bermanfaat dalam beberapa situasi.
Advertisement
Kecemasan dapat memperingatkan kita adanya bahaya dan membantu kita mempersiapkan diri dan menjadi waspada.
Sementara itu, gangguan kecemasan berbeda dengan perasaan gugup atau cemas normal dan melibatkan rasa takut atau cemas yang berlebihan.
Gangguan kecemasan adalah gangguan mental (mental disorders) yang paling umum dan memengaruhi hampir 30 persen orang dewasa pada suatu siklus hidup mereka, dikutip dari American Psychiatry Association.
Tanda Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan dapat menyebabkan orang berusaha menghindari situasi yang memicu atau memperburuk gejalanya. Performa kerja, tugas sekolah, dan hubungan pribadi dapat terpengaruh.
Namun, gangguan kecemasan dapat diobati dengan sejumlah perawatan psikoterapi. Perawatan membantu kebanyakan orang menjalani kehidupan yang normal dan produktif.
Donald Black menekankan, setiap orang mengalami kecemasan dari waktu ke waktu. Mungkin orang tersebut telah menyaksikan gerakan yang menakutkan atau melihat sesuatu yang menjengkelkan di TV.
Atau yang lebih buruk lagi, mungkin orang tersebut pernah mengalami atau menyaksikan kejahatan. Siapa pun dapat merasa cemas dalam situasi-situasi ini, tetapi orang dengan gangguan kecemasan memiliki kecemasan yang terus-menerus atau berulang yang mencegahnya untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan.
Kecemasan dapat berkisar dari yang relatif ringan, misalnya gelisah disertai dengan rasa tidak nyaman hingga yang parah yang dapat menimbulkan serangan panik. Gangguan kecemasan yang parah dapat membuat seseorang mengubah gaya hidupnya untuk mengakomodasi kecemasannya, misalnya menghindari aktivitas.
Advertisement
Meditasi dan Relaksasi Bisakah Jadi Solusi?
Donald Black menjawab, meditasi dan relaksasi dapat membantu menghilangkan gangguan kecemasan. Dua upaya ini adalah pilihan terbaik untuk kecemasan ringan yang sebagian besar dari kita alami dari waktu ke waktu.
Ada banyak buku, internet, dan aplikasi dengan latihan relaksasi, dan panduan meditasi. Cara-cara ini relatif mudah dipelajari. Pendekatan-pendekatan ini dapat memberikan kelegaan dan dapat digunakan di mana saja setelah orang tersebut memahami metodenya.
Para profesional kesehatan mental dapat memandu orang yang membutuhkan pendekatan yang lebih pribadi untuk belajar relaksasi atau meditasi.
Adakah Obat yang Dapat Dikonsumsi?
Ada obat yang telah mendapat persetujuan U.S. Food and Drug Administration untuk mengobati gangguan kecemasan. Beberapa obat jenis benzodiazepin secara rutin digunakan untuk meredakan kecemasan asalkan sesuai dengan resep dokter.
Obat penenang ini aman dan efektif, tetapi harus digunakan untuk meredakan kecemasan jangka pendek. Obat ini memiliki banyak efek samping, termasuk kantuk. Orang yang mengonsumsi obat ini tidak boleh melakukan aktivitas berat atau mengemudi sampai mereka memahami bagaimana obat tersebut dapat memengaruhi mereka.
Antidepresan, lanjut Donald Black, banyak digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan umum, gangguan panik, agorafobia, dan gangguan kecemasan sosial.
Obat yang paling sering diresepkan berasal dari kelas selective serotonin re-uptake inhibitor (selective serotonin re-uptake inhibitor/SSRI). Obat-obatan ini umumnya efektif dan memiliki sedikit efek samping, meskipun tidak memberikan kelegaan secara langsung.
Bagaimana perawatan anak yang alami gangguan kecemasan? Anak-anak dapat diterapi dengan metode yang sama seperti orang dewasa. Terapis mungkin akan efektif dengan mengubah terapi menjadi sebuah permainan agar menyenangkan bagi anak.
Obat-obatan bekerja pada anak-anak seperti halnya pada orang dewasa, tetapi Donald Black mewanti-wanti, harus ada psikiater yang memerhatikan dosis yang jauh lebih rendah yang digunakan pada anak-anak.
Advertisement