Liputan6.com, Gandhinagar Inovasi digital kesehatan rupanya masih banyak yang berfungsi secara terpisah-pisah. Padahal, urgensi akses digital kesehatan sekarang harus dapat saling terkoneksi dan terintegrasi agar mempermudah masyarakat untuk mengaksesnya.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin membeberkan dampak yang terjadi dari adanya inovasi digital kesehatan yang belum terintegrasi satu sama lain. Hal ini disampaikan Budi Gunadi saat ‘Opening Session The G20 Health Ministers Meeting India' beberapa waktu lalu.
Baca Juga
“Banyak inisiatif digital yang berfungsi secara terpisah-pisah dan tidak memiliki standar data, sehingga menyebabkan fragmentasi dan duplikasi sumber daya,” ungkap Budi Gunadi di Gandhinagar, India.
Advertisement
Dukung Pembentukan Global Initiative on Digital Health
Oleh karena itu, Budi Gunadi menyambut baik pembentukan Global Initiative on Digital Health yang diputuskan dalam G20 India 2023.
Upaya ini bertujuan mendemokratisasi teknologi digital, menyatukan upaya dan investasi di bidang kesehatan digital secara global.
“Mengenai Digital Health Innovation and Solutions, saya percaya ini akan merevolusi perawatan kesehatan melalui perluasan akses perawatan, meningkatkan kualitas perawatan, dan meningkatkan sistem informasi kesehatan secara keseluruhan,” jelasnya.
Seperti diketahui, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 India baru saja selesai pada 10 September 2023.
Di bidang kesehatan, Indonesia turut menyuarakan sejumlah isu prioritas kesehatan yang diusung G20 India, di antaranya, inovasi digital kesehatan dan upaya Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Respons Keadaan Darurat Kesehatan (Health Emergencies Prevention, Preparedness and Response).
Pengawasan Patogen yang Berpotensi Pandemi
Menkes Budi Gunadi Sadikin melanjutkan, dalam hal Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Respons Keadaan Darurat Kesehatan, Indonesia sangat menyadari keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.
“Saya ingin menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengoperasionalkan pengawasan One Health, terutama pada patogen prioritas yang berpotensi menjadi pandemi. Sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Indonesia bersiap untuk meluncurkan Integrated One Health Surveillance on Top-10 animals,” lanjutnya.
“Ini menyasar pada Top 10 patogen yang memiliki potensi terbesar untuk berpindah ke manusia, dan sedang mengupayakan potensi diagnostik, vaksin dan terapi (vaccines, therapeutics, and diagnostics/VTD’s) di level hewan.”
Risiko Penyebaran Patogen
Selain itu, perubahan iklim mengubah cara manusia berinteraksi dengan hewan dan lingkungan. Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman hayati dan varietas genom yang sangat besar memiliki salah satu risiko terbesar untuk penyebaran patogen.
“Kami sangat berkomitmen untuk mencegah hal ini,” ucap Budi Gunadi.
Advertisement
Kerja Sama Sektor Farmasi
Selanjutnya, Budi Gunadi Sadikin menekankan, perlu ada upaya penguatan kerja sama di sektor farmasi (Strengthening Cooperation In the Pharmaceutical).
“Ini juga sejalan dengan visi Indonesia dalam memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan penanggulangan medis yang esensial secara nasional dan global,” tegasnya.
“Kami mendukung upaya dalam membangun mekanisme sementara Platform Penanggulangan Medis Global (Global Medical Countermeasures Platform) yang dipromosikan selama masa Presidensi G20 India.”
Pengembangan Vaksin, Terapi dan Diagnostik
Penguatan kerja sama farmasi, kata Menkes Budi, dapat terimplementasi secara nyata di G20 India. Sebab, komitmen ini juga sudah diputuskan pada Presidensi G20 Indonesia 2022.
“Ini membangun komitmen kami di masa Kepresidensian G20 sebelumnya ke dalam tindakan nyata,” pungkasnya.
“Kami ingin menekankan kembali pentingnya menyelaraskan penelitian dan pengembangan dengan pembuatan vaksin, terapi, dan diagnostik untuk memperluas dan mendiversifikasi kemampuan negara-negara berkembang G20 dalam penelitian dan pengembangan serta manufaktur.”
Percepat Transformasi Digital Kesehatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Presidensi G20 India pada 19 Agustus 2023 meluncurkan Global Initiative on Digital Health (GIDH) terbaru pada Health Minister’s Meeting of the G20 Summit India.
GIDH akan beroperasi sebagai jaringan dan platform yang dikelola WHO untuk mendukung implementasi Global Strategy on Digital Health 2020–2025. WHO berperan sebagai sekretariat untuk implementasi strategi tersebut.
Tujuannya, menyatukan dan mengumpulkan standar global, praktik terbaik, dan sumber daya untuk mempercepat transformasi sistem kesehatan digital.
Inisiatif GIDH bertujuan menyatukan negara dan mitra untuk mencapai hasil yang terukur dengan beberapa upaya, antara lain:
- mengembangkan rencana investasi yang jelas berdasarkan prioritas untuk transformasi kesehatan digitalmeningkatkan pelaporan dan transparansi sumber daya kesehatan digital
- memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan kolaborasi di seluruh wilayah dan negara untuk mempercepat kemajuan
- mendukung pendekatan seluruh pemerintah untuk tata kelola kesehatan digital di berbagai negara
- meningkatkan dukungan teknis dan keuangan untuk implementasi Global Strategy on Digital Health 2020–2025 dan fase berikutnya
Kesehatan digital merupakan akselerator yang terbukti dapat memajukan hasil kesehatan untuk mencapai Cakupan Kesehatan Universal dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang terkait dengan kesehatan pada tahun 2030.
Intervensi kesehatan digital meningkatkan perawatan kesehatan dengan berbagai cara, mulai dari mendukung individu dalam mengelola perjalanan kesehatan dan kebugaran, memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk mematuhi pedoman dan memberikan perawatan berkualitas tinggi, hingga memperkuat sistem kesehatan dengan meningkatkan rantai pasokan dan manajemen tenaga kerja.
Advertisement