Sukses

Soal COVID-19 Pirola, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo Minta Pemerintah Kerja Sama dengan Pakar

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) Bambang Soesatyo memberi empat tanggapan soal COVID-19 Pirola.

Liputan6.com, Jakarta - COVID-19 subvarian Pirola telah menyebar di beberapa negara termasuk di Inggris, Amerika Serikat, dan China.

Terkait penyebaran subvarian yang juga disebut BA.2.86, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI) Bambang Soesatyo memberi empat tanggapan sebagai berikut:

Minta Pemerintah Terus Monitor Perkembangan dan Persebaran Pirola

Pertama, pria yang karib disapa Bamsoet meminta pemerintah agar secara serius menyoroti sekaligus mewaspadai subvarian Pirola ini. Salah satunya dengan terus memonitor perkembangan serta persebaran kasusnya.

“Sehingga upaya atau langkah antisipatif hingga emergency break dapat dilakukan pemerintah apabila subvarian Pirola mendekati bahkan terdeteksi masuk ke Indonesia. Mengingat WHO juga diketahui menetapkan Pirola sebagai varian dalam pemantauan,” respons Bamsoet dalam keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com, Senin (11/9/2023).

Dorong Pemerintah Kerja Sama dengan Pakar

Kedua, Bamsoet mendorong pemerintah bekerja sama dengan para pakar atau ahli virus untuk melakukan penelitian mendalam terhadap subvarian Pirola tersebut.

“Agar dapat diketahui secara pasti karakteristik, tingkat penularan, cara pencegahan hingga efek mutasinya ke kondisi endemi di Tanah Air.”

Minta Pemerintah Terapkan Kembali Kebijakan Pakai Masker

Ketiga, Bamsoet meminta pemerintah untuk kembali menerapkan kewajiban penggunaan masker utamanya di ruang publik. Di samping memperketat pengawasan dan skrining di pintu masuk negara khususnya di Bandara dengan jumlah kedatangan wisatawan asing atau pelaku perjalanan luar negeri yang tinggi.

Upaya ini dinilai penting guna mencegah masuknya subvarian Pirola yang dapat menimbulkan lonjakan kasus COVID-19 kembali.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Imbau Masyarakat Waspada Penularan Pirola

Keempat, Bamsoet mengimbau masyarakat untuk turut mewaspadai penularan subvarian-subvarian baru COVID-19, dengan kembali memperkuat protokol pencegahan COVID-19 utamanya penggunaan masker juga vaksinasi.

Kedua hal tersebut dinilai masih efektif mencegah dari paparan berbagai varian virus corona yang saat ini masih terus bermutasi.

3 dari 4 halaman

Pirola Picu Lonjakan Kasus Mengkhawatirkan

Melansir New York Times, Pirola adalah subvarian Virus Corona jenis Omicron yang sangat bermutasi. Subvarian ini muncul pada 2021 dan menyebabkan lonjakan kasus dan kematian akibat COVID-19 yang mengkhawatirkan.

Varian ini kembali menyebabkan lonjakan infeksi di seluruh dunia dan meningkatkan kewaspadaan di kalangan otoritas kesehatan.

"Ketika Omicron menyerang pada musim dingin tahun 2021, terjadi peningkatan besar dalam kasus COVID-19 karena varian ini sangat berbeda dari varian Delta, dan varian ini menghindari kekebalan baik dari infeksi alami maupun vaksinasi,” kata spesialis penyakit menular Dr Scott Roberts dalam sebuah pernyataan Yale Medicine bulletin seperti dikutip dari NDTV, Rabu (6/9/2023).

4 dari 4 halaman

Memiliki Lebih dari 30 Mutasi

Kemampuan Pirola dalam menghindari kekebalan infeksi dan vaksinasi disebut-sebut karena subvarian ini memiliki lebih dari 30 mutasi.

"Ada beberapa alasan untuk khawatir, karena varian (Virus Corona) ini… memiliki lebih dari 30 mutasi pada protein lonjakannya (protein spike)," tambah Roberts, mengacu pada protein pada permukaan virus yang memungkinkannya masuk dan menginfeksi sel manusia.

"Jumlah mutasi (Pirola) yang begitu tinggi merupakan hal yang penting," kata Roberts, seraya menambahkan, “Ketika kita beralih dari XBB.1.5 ke EG.5, itu mungkin hanya satu atau dua mutasi. Namun pergeseran besar-besaran ini, yang juga kita lihat dari Delta ke Omicron, telah memicu kekhawatiran."

Menurut US Centres for Disease Control (CDC) atau Pusat Pengendalian Penyakit AS, gelombang baru COVID subarian Pirola sejauh ini telah terdeteksi di 10 negara salah satunya yang ada di Asia, berikut daftarnya:

  • Amerika Serikat
  • Israel
  • Kanada
  • Denmark
  • Inggris
  • Afrika Selatan
  • Swedia
  • Norwegia
  • Swiss
  • Thailand.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.