Liputan6.com, Jakarta Virus Nipah (NiV) tengah merebak di Kerala, India. Hingga 17 September 2023 ada enam kasus yang terdeteksi.
Virus Nipah adalah virus yang ditularkan dari hewan ke manusia (zoonosis) dan dapat pula ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antar manusia.
Baca Juga
Profil Olivia Hussey Pemeran Juliet di Romeo and Juliet yang Meninggal di Usia 73 Tahun, Aktris sekaligus Aktivis Kesejahteraan Hewan
Bimbim Ungkap Momen Tak Terlupakan Bersama Slank, Merasa Beruntung Lepas dari Narkoba
3 Rahasia Berat Badan Anant Ambani Turun 108 Kg dalam 18 Bulan Menurut Pelatih Kebugarannya
Pada orang yang terinfeksi, penyakit ini menyebabkan berbagai penyakit mulai dari infeksi tanpa gejala hingga penyakit pernapasan akut dan ensefalitis (radang otak) yang fatal.
Advertisement
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) orang yang terinfeksi virus Nipah awalnya mengalami gejala yang meliputi:
- Demam
- Sakit kepala
- Mialgia (nyeri otot)
- Muntah
- Sakit tenggorokan.
Gejala-gejala tersebut bisa diikuti dengan:
- Pusing
- Mengantuk
- Perubahan kesadaran
- Tanda-tanda neurologis yang mengindikasikan ensefalitis akut.
Beberapa orang juga dapat mengalami gejala-gejala berikut:
- Pneumonia atipikal
- Masalah pernapasan yang parah seperti gangguan pernapasan akut.
Masa inkubasi atau interval dari infeksi hingga timbulnya gejala diyakini berkisar antara empat hingga 14 hari. Namun, ada pula kasus yang masa inkubasinya hingga 45 hari.
Virus Nipah ini juga dapat menyebabkan penyakit parah pada hewan seperti babi, sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi para peternak.
Gejala Parah Infeksi Virus Nipah
Radang otak atau ensefalitis dan kejang terjadi pada kasus yang parah. Gejala ini dapat berkembang menjadi koma dalam waktu 24 hingga 48 jam.
Kebanyakan orang yang selamat dari ensefalitis akut dapat sembuh total. Namun, kondisi neurologis jangka panjang juga dilaporkan terjadi pada mereka yang selamat. Sekitar 20 persen pasien mengalami sisa konsekuensi neurologis seperti gangguan kejang dan perubahan kepribadian. Sejumlah kecil orang yang sembuh kemudian kambuh atau mengalami ensefalitis yang pernah dialami sebelumnya.
Sementara, tingkat kematian kasus diperkirakan mencapai 40 persen hingga 75 persen. Angka ini dapat bervariasi berdasarkan wabah. Ini tergantung pada kemampuan pihak setempat dalam surveilans epidemiologi dan manajemen klinis.
Advertisement
Gejala Awal Infeksi Virus Nipah Tidak Spesifik
Tanda dan gejala awal infeksi virus Nipah tidak spesifik dan sering kali tidak dicurigai sebagai infeksi akibat virus Nipah pada saat pertama kali muncul.
Hal ini dapat menghambat diagnosis yang akurat dan menciptakan tantangan dalam deteksi wabah, tindakan pengendalian infeksi yang efektif dan tepat waktu, serta aktivitas respons wabah.
Selain itu, kualitas, kuantitas, jenis, waktu pengambilan sampel klinis, dan waktu yang diperlukan untuk memindahkan sampel ke laboratorium dapat mempengaruhi keakuratan hasil laboratorium.
Infeksi virus Nipah dapat didiagnosis berdasarkan riwayat klinis selama fase akut dan masa pemulihan penyakit. Tes utama yang digunakan adalah reaksi berantai polimerase waktu nyata (RT-PCR) dari cairan tubuh dan deteksi antibodi melalui uji imunosorben terkait enzim (ELISA).
Tes lain yang digunakan meliputi uji reaksi berantai polimerase (PCR), dan isolasi virus dengan kultur sel.
Belum ada Obat dan Vaksin Infeksi Virus Nipah
Saat ini belum ada obat atau vaksin yang spesifik untuk infeksi virus Nipah meskipun WHO telah mengidentifikasi Nipah sebagai penyakit prioritas dalam Cetak Biru Penelitian dan Pengembangan WHO.
Perawatan suportif intensif dianjurkan untuk mengobati komplikasi pernapasan dan neurologis yang parah.
Penanganan Infeksi Virus Nipah pada Babi
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh selama wabah Nipah yang melibatkan peternakan babi pada 1999, ditemukan cara yang kemungkinan efektif untuk mencegahnya.
Cara tersebut adalah pembersihan dan disinfeksi peternakan babi secara rutin dan menyeluruh dengan deterjen yang tepat.
“Jika diduga terjadi wabah, kandang hewan harus segera dikarantina. Pemusnahan hewan yang terinfeksi – dengan pengawasan ketat terhadap penguburan atau pembakaran bangkai – mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko penularan ke manusia,” mengutip laman resmi WHO, Senin (18/9/2023).
Membatasi atau melarang pergerakan hewan dari peternakan yang terinfeksi ke daerah lain dapat mengurangi penyebaran penyakit ini.
Advertisement